Saat ini Landra dan Alun sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Suasana pagi ini ditemani dengan gerimis ringan membuat hawa sekitar menjadi lebih dingin.
“Kak, nggak ada payung,” adu Alun saat menoleh ke kursi penumpang.
Landra yang baru saja mematikan mobil pun menoleh ke belakang dan mengambilkan jaket untuk Adiknya. “Pakai jaket Kakak buat nutup kepala kamu.”
“Kakak pakai apa? Di luar hujan,” sahut Alun khawatir.
Landra tersenyum dengan mengacak rambut Adiknya gemas. Senyum yang tak pernah ditujukan ke sembarang orang. “It's oke.” Setelah mengucapkan itu, Landra turun ke arah pintu penumpang dan membukakan untuk Alun.
Landra dan Alun turun bersama hingga akhirnya berpisah di koridor kelas karena arah tujuan yang berbeda.
“MORNING GUYS!” teriak Alun saat berada di pintu kelas.
“Morning,” jawab teman sekelasnya serempak.
Alun melangkah menuju bangku tempatnya duduk. “Woi kenapa lo?” tanyanya karena melihat Grace lesu. Tidak biasanya gadis itu bertingkah seperti manusia kekurangan darah
“Bingung gue.”
Alun menaikkan sebelah alisnya pertanda bahwa dia sedang bertanya. Gadis itu sedang malas berbicara, namun rasa ingin tahunya juga tinggi.
Terlihat Grace menghela napas pelan, menyebalkan sekali tingkah Alun saat ini. “Ada akun yang masuk ke jaringan pusat.”
Alun mengepalkan tangannya. “Cek, apa dia salah satu kiriman dari Baratayuda atau bukan!”
Grace mengangguk. “Masih nunggu kiriman dari Brain.”
New information from Brainemos, please check now
Suara notifikasi dari aplikasi yang dibuat oleh Celine mengalun di telinga keempat cewek tersebut. Keempatnya sontak mengecek pemberitahuan penting apa yang masuk sebelum terjadi sesuatu.
“Kita ke ruangan aja, takut ada paparazi dikelas,” perintah Alun mengajak mereka semua ke ruangan bertuliskan 'Private Room' yang berada di Rooftop sekolah.
Ketika sudah berada di private room, mereka langsung membentuk lingkaran guna mengecek data dari Brain yang tak lain adalah Ardo. Grace mengamati sebuah simbol dan hanya hacker tertentu yang dapat menerjemahkan. Disana tertulis R2str70 yang artinya ...
“Apaan tuh artinya?” tanya Jesslyn karena tak ada yang mengetahui kode tersebut selain hacker yang sudah mempelajari berbagai kode.
Grace memijit pelipisnya yang terasa sakit, apalagi setelah mengetahui arti dari kode tersebut. “Gini doang ribet banget, kalau ajak balapan kan bisa langsung hubungi Alun.”
“Hah?” beo ketiganya mendengar ucapan Grace. Terkadang Grace tidak jelas ketika mengucapkan sesuatu sehingga membuat para sahabatnya harus kembali menanyakan maksud dari ucapannya.
“Musuh kita cuma ngajak balapan,” jelas Grace lesu. Bagaimana tidak lesu, jika pesan tersebut membuat mereka sampai harus pindah lokasi demi menjaga keamanan? Sedangkan, tujuan para musuh hanyalah sekedar ingin bertanding!
“Anjing!” umpat Alun saat mengerti permintaan lawannya. Musuhnya yang satu itu benar-benar membuatnya terserang darah tinggi.
“Baratayuda emang g****k, gue kira mereka ngajak gelud!” sungut Jesslyn dengan menatap tajam layar laptop milik Grace.
Dilain tempat..
“Heh, akun siapa itu yang lo otak-atik?” tanya Riel saat melihat Ardo membuat kode untuk dikirim ke Stoneji. Jiwa kepo sekaligus khawatirnya meronta-ronta.
“Bentar, tadi ada yang kirim ke jaringan pusat,” jawab Ardo masih menatap Tab nya. Ardo tidak ingin fokusnya terpecah jika sedang dalam keadaan genting karena sedikit saja melakukan kesalahan, maka semuanya akan berantakan.
Landra yang sedang membaca buku segera bergabung. “Kirim ke Grace, takutnya ada musuh mau menyusup.” Perintahnya tegas khas seorang pemimpin.
Ardo mengangguk. “Iya, gue masih nunggu kode akhir yang masih loading daritadi.” Tanpa disuruh pun, Ardo pasti akan melakukannya.
Hello Brainemos, Check your information and please send in Hacknemos.
Suara jawaban dari apa yang ditunggu sudah masuk ke aplikasi milik Brainemos. Langsung saja Ardo mengirim pesan masuk tersebut ke aplikasi milik Grace.
Setiap anggota STONE memang memiliki aplikasi yang dibuat oleh Celine. Kegunaannya memang tak banyak, hanya untuk pengecekan ringan ketika ada permintaan WAR ataupun pertemuan antar geng. Celine sendiri membuat aplikasi yang dikhususkan untuk mengecek siapa pihak musuh yang akan menyerang diam-diam. Jadi sudah dipastikan sebelum perang, pihak lawan akan diberikan tanda merah sebagai jawaban bahwa 'STONE MENGETAHUI RENCANA PERANG'. Bukan curang, tetapi mereka semua tidak ingin ada anggotanya yang diserang mendadak dan sebagainya. Apalagi sering ada kode hacker yang dikirim untuk memutus aplikasi tersebut, membuat Grace harus ekstra di depan laptopnya agar tak tertinggal berita sedikitpun. Banyak pihak lawan berlaku curang dengan cara mengirim virus ke jaringan pusat yang membuat jaringan tersebut sulit terbaca ketika pihak lawan menyerang secara mendadak. Beruntung ada beberapa mesin pengintai yang sudah dipasang pada titik tertentu
“Gue send ke Grace dulu,” izin Ardo dengan fokus ke layar Tab nya. Dia harus bergerak cepat sebelum pihak lawan menyusup pada jaringan pusat meskipun kemungkinannya hanya sedikit.
***
Kring ... Kring
Bel menggema di seluruh DIS membuat murid bersorak karena dapat istirahat. Tak terkecuali Stoneji yang memang sejak tadi sudah menunggu.
“Bel nih, kantin yuk,” ajak Jesslyn dengan meregangkan ototnya. Duduk berjam-jam membuat badannya sakit.
“Yok,” sahut Alun dengan bahagia. Dia tidak sabar mengisi perutnya.
“Eh, lo nggak ke kantin?” tanya Grace kepada seseorang yang sejak tadi hanya diam menunduk.
“Aku bawa bekal kok, Grace,” jawab orang tersebut masih dengan kepala yang menunduk.
“Bawa aja ke kantin, lo seneng banget sendirian di kelas,” timpal Alun dengan menatap ke gadis tersebut.
“Udah ah lama, ayo,” ucap Jesslyn dengan menggandeng gadis yang tak lain adalah Agnes.
Mereka berlima berjalan bersama membuat seluruh pasang mata menatap mereka bingung. Bahkan tak sedikit dari mereka mencibir karena Stoneji yang mau berdampingan dengan si anak cupu tersebut. Seperti tidak ada orang lain saja yang bisa dijadikan teman. Begitu pikir mereka semua.
Itu cupu ngapain sama Stoneji
Gila cupu beruntung banget dah
Cari tenar dia pasti
Stoneji mau banget jalan sama cupu
Stoneji tak menghiraukan ucapan dari para murid yang berbisik tentang mereka. Menurut Stoneji, murid-murid di sekolah itu sifatnya sama semua, munafik. Lain halnya dengan Agnes yang sedari tadi menunduk karena takut tiba-tiba ada yang menyerangnya karena dia hanya anak beasiswa.
“Udah, lo tenang aja,” ujar Jesslyn dengan menepuk bahu Agnes.
Agnes tak menjawab hanya menundukkan kepalanya agar tak semakin membuatnya tersudutkan. Gadis itu tau diri untuk tidak bersikap layaknya seseorang yang memiliki kekuasaan.
“BUBAR LO SEMUA, GOSIP LAGI GUE IRIS ITU MULUT LO SEMUA!!!” teriak Alun membuat para tukang gosip tersebut membubarkan diri. Meskipun begitu, mereka masih saja menggerutu perihal adanya Agnes di antara Stoneji.
Woi gila STONE ganteng banget
Ah mau dong dikawal sama Landra
Gabriel gue cinta lo
Mario diem doang aja ganteng ya
Rio sayang
Celotehan murid di sekitar koridor membuat Stoneji mengernyit. Pasalnya tak terlihat STONE berada di sekitarnya tetapi para kaum hawa berteriak histeris. Hingga sebuah suara lebay membuat mereka paham jika para sahabatnya tak jauh dari posisinya.
“THANKS BUAT KALIAN PENGGEMAR BERAT STONE!”
Siapa lagi yang hobby berteriak selain Gabriel? Tidak ada. Ada baiknya Celine melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Jesslyn kala itu. Menyumpal mulut berisik itu dengan plester agar tidak lagi membuat keributan.
Tak lama mereka ber-sepuluh memasuki pintu kantin membuat semua murid menahan nafasnya. STONE dimata mereka semua, layaknya putri dan pangeran. Aura yang dipancarkan tidak main-main.
Alandra, memiliki sifat yang humoris namun terkadang mengerikan membuat siapapun bergidik takut.
Alunara, badgirl dengan kecantikan yang luar biasa tersebut bisa memacari cowok tiga kali sehari.
Jesslyn, memiliki badan kecil namun ketika berperang akan membuat sang lawan koma.
Gabriel, lebih cocok menjadi standup comedy sebenarnya. Tetapi jangan pernah meremehkan kekuatannya karena ketika dia marah, para musuh akan berakhir.
Mario, cowok datar dingin judes tersebut selalu mengerikan di waktu bersamaan. Apalagi ketika ada yang mengganggunya.
Grace, si kecil dengan otak bintang lima tersebut ratunya dunia hacker. Grace juga salah satu orang yang sangat tidak suka jika ketenangannya diganggu.
Celine, banyak yang mencomblangkannya dengan Rio. Namun hanya wajah datar yang ia tampilkan sebagai balasannya karena tidak suka jika ada yang mengurusi masalah pribadinya.
Ardo, otak dari seluruh anggota STONE. Kepintarannya yang di atas rata-rata membuat dia sering menjadi incaran lawan ketika perang dengan bertujuan menjatuhkan STONE.
Kenand, memiliki otak dan wajah di atas standart yang membuat kaum hawa memekik girang. Meskipun tak sepandai Ardo, namun otak Kenand dibutuhkan untuk keseimbangan mereka semua.
***