Fero Anugraha
Nanti malam ayo dinner
Maudy Ayninda
Hah??!?
Fero Anugraha
D.I.N.N.E.R... Maudy!
Alias makan malam
Maudy Ayninda
Lo ngajak gue dinner?
Ga salah nih?
Berdua aja gitu?
Fero Anugraha
Iya, mank knp?
Kita kan pcran
Maudy Ayninda
Pacaran pura2 maksudnya?
Fero Anugraha
Bljr biar ga canggung d dpn Kak Mitha
Harus mau ya, beb
Maudy Ayninda
Pemaksaan itu namanya
Fero Anugraha
Gpp, sm pacar sndri jg Nnti tempatnya gue ksih tau
Maaf gabisa jmput,
Pacarmu ini lg cari nafkah dlu
Minta anterin sopir aja tar malam,
Oke sayang?
Maudy Ayninda
Hmmm.
Fero Anugraha
See you tonight
Setelah membaca chat terakhir dari Fero, aku tidak membalas lagi.
Andai aja kita pacaran sungguhan, Fer... pasti gue akan seneng banget hari ini karena diajakain dinner sama lo.
***
"Anak Mama cantik banget. Mau kencan, ya?" tanya mama saat aku turun dari tangga.
Iya... kencan boongan tapinya. "Enggak, Ma. Cuma mau ketemu teman."
"Kirain mau kencan sama yang namanya Fero itu."
"Ya... nggak lah, Ma. Mana mungkin dia suka aku, apalagi ngajakin aku kencan."
"Cup... cup... cup. Kasihan banget anak Mama yang cantik ini. Coba kasih kode dong ke dianya."
"Udah pernah, tapi nggak mempan. Orangnya nggak peka!"
Mama terkekeh. "Perlu jasa mak comblang? Kali Mama bisa bantuin."
Aku menggelengkan kepala. "Nggak usah, Ma. Nanti aku pikirin lagi gimana caranya supaya bisa luluhin hatinya."
"Semangat!!!" Mama mengacungkan kedua jempol tangannya padaku. "Mau berangkat sekarang? Mama panggilin Pak Bimo dulu."
Aku menghembuskan napas berat setelah mama berlalu. Apa reaksi mama jika tahu sekarang aku menjadi pacar Fero? Pacar pura-pura maksudnya. Aku belum mau terbuka sama mama, setidaknya untuk saat ini.
Pukul 19.30 aku tiba di restoran yang telah dipesan oleh Fero. Aku mengedarkan pandangan ke segala penjuru restoran. Di meja paling ujung, aku melihatnya. Fero melambaikan tangannya ketika melihatku juga.
"Udah dari tadi?" tanyaku saat sudah duduk di kursi yang berhadapan dengannya. "Sorry, gue telat.
"Enggak, kok. Gue juga baru 10 menit yang lalu sampenya," ujar Fero tersenyum. Ganteng. As always.
"Lo mau pesen apa?" Di depan Fero ada buku menu yang sudah terbuka. Nampaknya dia tengah melihat-lihat menunya sambil menunggu aku tiba.
"Coba lihat menunya sini!"
Fero menyerahkannya padaku. Sementara Fero memanggil pelayan restoran untuk mencatat pesanan kami. Aku menyebutkan makanan dan minuman yang aku mau pada pelayan yang sudah berdiri di dekat meja kami.
"Lo pesen apa?"
"Samain lah kayak pacar!" ujarnya menyengir.
Aku berdecak. "Ya udah Mbak, samain kayak pesanan saya," ujarku pada pelayan yang senyum-senyum melihat interaksi antara aku dan Fero. Pasti dia pikir kalau kami adalah sepasang kekasih benaran.
Sambil menunggu makanan datang, kami mulai mengobrol.
"Jadi... apa nih, maksud dari dinner ini?" tanyaku to the point.
"Cuma mau lebih dekat sama pacar. Biar romantis gitu kayak orang-orang," ujar Fero santai. Dia mengedipkan sebelah matanya.
Aku akan terbang melayang mendengar jawaban Fero seandainya hubungan kami tidak sedang pura-pura. Namun, aku tahu saat ini dia hanya sedang bercanda. Tidak serius sama sekali.
"Gue serius, Fer," ujarku frustrasi.
"Apa? Lo mau diseriusin sama gue? Duh Maudy... tunggu sebentar lagi, ya! Gue cari cuan dulu yang banyak biar bisa langsung lamar elo!"
Aku menjitak kening Fero karena dia memangkas jarak antara kami saat berbicara padaku barusan.
"Sakit, Yang! Belum apa-apa udah KDRT aja." Fero mengusap keningnya.
"Au ah!" decakku kesal. "Bisa ngomong serius nggak, sih? Nggak usah panggil sayang-sayangan deh!"
"Lo kenapa uring-uringan mulu kayaknya? Lagi PMS?"
"Enggak! Elo... udah bikin gue kesel."
"Maaf, Sayang... aku cuma bercanda."
Aku melotot padanya. "Gue bilang nggak usah panggil-panggil sayang!"
Fero menghentikan tawanya. "Belajar, Maudy! Biar terbiasa dan nggak kaku nanti di depan Kak Mitha atau keluarga gue lainnya. Maksud gue itu, kita sekarang di sini akan bahas gimana selanjutnya tentang rencana kita."
"Cuma rencana lo. Gue cuma bantu lo aja."
Fero menaikkan alisnya. "Tapi hari Minggu kemarin, gue bilang kalau gue akan lakuin apa aja buat lo. Berarti, lo juga dapet keuntungan dong, di sini?"
Aku sampai lupa hal itu. Aku belum kepikiran mau merencakan apa.
"Hmmm. Jadi sekarang gimana?"
Fero meraih tangaku yang terletak di atas meja. "Dimulai dari yang kecil, contohnya ini... berpegangan tangan."
Aku buru-buru mengalihkan pandangan saat kedua mata kami saling bertemu.
"Nggak usah tegang gitu. Rileks aja. Aneh kelihatannya kalau lo kaku kayak gini." Fero menghela napasnya. "Anggap aja lo lagi pegangan tangan sama orang yang lo sukai."
***
Hanya dengan berpegangan tangan dengan Fero, bisa membuatku susah tidur. Bayangan ketika jemarinya bertautan dengan jemariku--membuatku senyum-senyum sendiri saat ini.
Aku memang sebelumnya jarang terlibat skinship dengan Fero. Pernah sekali pelukan, saat wisuda. Dia memberikan ucapan selamat padaku. Kami bersalaman, lalu dia memelukku. Pelukan sebagai sahabat.
Tiba-tiba aku teringat percakapanku dengannya waktu di Kopi Daong.
"Gue boleh nanya sesuatu sama lo?"
"Hmmm. Mau nanya apa?"
"Kenapa gue yang lo minta menjadi pacar pura-pura lo? Kenapa bukan Aya atau yang lainnya? 'Kan ada banyak banget yang mau sama lo."
Fero langsung menjawab pertanyaanku.
"Karena emang lo orang yang tepat. Kalau Aya, dia agak lemes, suka nggak kekontrol omongannya. Bisa-bisa nanti dia malah keceplosan sama Kak Mitha. Tahu sendiri Kak Mitha itu orangnya nggak gampang percayaan sama sesuatu."
"Terus yang lainnya?"
"Big NO, Maudy! Kalau gue ajakin cewek-cewek yang suka sama gue, entar mereka malah kesenangan. Bisa deket-deket gue terus dan banyak lagi deh, bikin ribet."
"Cuma lo yang enggak ribet. Dan yang pastinya nggak akan baper kalau kita lagi pegangan tangan atau tiba-tiba gue meluk elo."
Fero tidak tahu saja. Dia meluk aku saat wisuda saja, rasanya jantungku nyaris melompat dari tempatnya. Kata siapa aku tidak akan baper??? Rasanya aku ingin berteriak kepadanya.
Getaran ponselku membuat lamunanku tentangnya buyar. Rupanya ada notifikasi pesan w******p dari orang yang aku lamunkan.
Fero Anugraha
Tidur cantik!!!
Jgn mikirin gue terus,
Gue ga kmna2 kok, cm dsini aja
Fero sialan. Lama-kelamaan aku baper kalau diginiin terus.
Jangan baper, Maudy! Inget... dia cuma iseng aja ngeledekin lo. Tahu sendiri 'kan gimana tengilnya dia?
Aku hanya membaca pesannya, tanpa niat membalasnya. Lalu meletakkan ponselku di atas nakas. Lebih baik aku tidur sekarang.