7. Mimpi yang Ilusi

1613 Words
゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐ ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚  ┊ ⋆ ┊ . ┊         ゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆          ゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. ゚☆ 。 H A P P Y R E A D I N G ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. Aku pikir, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk bermimpi, untuk mengjar apa yang dia cita-citakan. Namun mengapa orag di sekitarrku begitu mengecam mimpi yang aku punya? Seolah aku tak berhak akan itu. Mimpiku sederhana, mimpiku hanyalah hal biasa, jadi aku mohon jangan membuat semua itu jadi sirna. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ "Rum, kok diem aja? Gue kayak gendong beras jadinya." Aku membuka mataku. Astaga, aku sangat mengantuk tadi. Argentum membawaku dengan begitu lambat. Udara malam setelah hujan membuat aku terlalu larut dalam kata nyaman. "Gue ngantuk." "Ya udah, lo tidur aja." "Nggak mau!" "Kenapa?" "Ntar lo nyulik gue lagi." Aku dapat mendengar jelas gelak tawa Argentum yang renyah. Loh mengapa dia tertawa? Aku sedang serius padahal. "By the way, ngapain lo jualan bakso bakar? Hujan-hujan, jam segini pula. Cewek cantik kayak lo itu harusnya jangan keluar malam-malam," ujar Argentum padaku. Mendengar itu, rasanya aku ingin mengeplak kepala Argentum yang isinya hanyalah kata-kata dari seorang buaya. Aku menyipitkan mataku, meski Argentum tidak melihatku. "Ya, suka-suka gue lah mau ngapain. Lagian juga lo siapa? Buat apa gue harus ceri--" "Itu nyokap lo yang nyuruh? Lo tadi, 'kan keceplosan di sana bilang kalo lo belum dapet uang dari hasil dagang, lo bakal dimarahin nyokap lo." "Kenapa lo penasaran sama hidup gue? Gue aja males ceritain semua hal ke sahabat gue." "Karena sendiri buat lo terpaku dalam pemikiran yang kecil. Gue ingin bantuin lo, Rum. Gue nggak mau lo berjuang sendirian." Aku membeku seketika dengan perkataan Argentum. Apa memang iya seperti itu? Aku selalu memendam ceritaku dalam hatiku sendiri dan jarang bercerita tentang beban hidupku pada sahabatku. Aku bahkan tak pernah bercerita tentang masalahku kepada kedua orang tuaku sendiri. "Gue harus memperjuangkan hidup gue sendiri. Lo tahu? Ketika lo punya mimpi, tapi tak pernah dimengerti oleh orang terdekat lo, gimana rasanya? Lo paham, kalo semua apa yang lo inginkan harus lo perjuangin seorang diri tanpa ada yang support lo, tanpa ada yang bantuin lo. Rasanya gue sendirian. Gue berjuang sampai gue jarang merasakan jam tidur pada manusia normal." "Lo lagi merjuangin apa? Lo lagi ngapain aja?" Aku memejamkan mataku sesaat. Entah ada rasa dari mana, aku nyaman ketika mencurahkan isi hatiku kepada Argentum. "Gue lagi nyari duit, buat apa yang gue mau. Tujuan terbesar gue, gue bisa kuliah. Tapi ... gue aja nggak punya laptop dan perlengkapan yang memadai jika gue kuliah. Gue nggak mungkin minta sama kedua orang tua gue. Uang gue aja, sering diminta sama ibu." "Rum ... yang penting, lo jangan benci sama orang tua lo, ya? Meskipun lo merasa hidup lo nggak adil, lo merasa hidup lo sendiri, anggap aja lo itu adalah gadis yang kuat. Anggap aja, lo adalah gadis istimewa. Yang semakin dapet cobaan, maka semakin spesial diri lo, Aurum." Aku tertegun, air mataku tiba-tiba menetes saat mendengar semua perkataan Argentum. Selama ini, tak ada yang mengatakan hal seperti itu kepadaku. Selama ini, tak ada memahami diriku. "Rum .. gue bakal bantuin lo. Gue bakal ada di sisi lo. Jadi gue mohon, kalo lo ada apa-apa, lo cerita ke gue, biar lo nggak ngerasa sendirian." "Rum ...." Apaan, sih, Argentum terus memanggil namaku? "Hem?" "Turun ih, udah sampe di rumah lo. Bengkek bener punggung gue." Aku bahkan tak sadar jika aku dan Argentum telah sampai di depan rumahku. Aku turun pelan-pelan dari pundak Argentum, dan mencoba sekuat tenaga, agar kakiku dapat berdiri tegak. "Udah, gue balik dulu, ya? Kalo ada apa-apa, lo bilang gue aja. Asal lo tau aja gue itu bagian dari Marvel Avangers. Kalo teriakin nama gue, gue pasti bakal dateng," ujar Argentum tersenyum kepadaku. Aku mengangguk pelan, pura-pura saja aku mengerti. "Makasih udah bantuin gue." Argentum tak membalas ucapanku. Cowok itu justru mulai berjalan menjauhi kediaman rumahku. Aku dengan hati-hati menggerakan kedua kakiku. Rasa nyeri di lututku rupanya tak separah waktu sebelum sampai ke rumah. Aku melirik sekilas, gerobak pikul bakso bakal yang awalnya aku bawa, sudah tergeletak di halaman rumah. "Asslamu'alaikum, Ibu." Aku mendekati ibu yang tengah berbaring santai di depan televisi sembari menyanding cemilan-cemilan ringan. "Walaikumsalam. Lama banget jualannya! Awas aja kalo nggak dapet uang!" bentak ibuku, membuat aku menelan ludah. "Ini, Bu." Aku menyodorkan uang lima ratus ribu dari Argentum tadi. Ibu mengambil uang itu. Dia terlihat begitu tak percaya kepadaku "Kok banyak? Baksonya laku?" tanyanya setelah menghitung jumlah uang yang aku berikan. "Baguslah, berarti besok-besok kamu harus jualan lagi!" Aku mencoba tegar, dadaku terasa sesikit sesak. Ibu bahkan tak menanyakan keadaanku. Padahal, luka lebar si lututku terpampang jelas. "Ya udah saya cepat pergi ke kamar. Semua lampu dimatiin. Ngirit listrik!" Aku mendadak gelagapan. Aku ingat, tugas matematika milikku belum selesai. "Tapi kalau lampu belajar tak masalah, 'kan, Bu? Aurum mau belajar dulu sebelum tidur," tanyaku. "Nggak. Intinya kamu nggak boleh pake listrik malam ini. Tagihan listrik di rumah kita itu udah banyak, kamu jangan nambah-nambahin. Lagian belajar buat apa, nggak berguna juga." Sabar, Aurum. Aku menarik napas panjang, berupaya menenangkan diriku. "Ibu, Aurum ingin kuliah. Aurum ingin itu meski Aurum akan berusaha mati-matian. Jadi, Aurum harus belajar dengan giat, Bu." Ibu mengetuk kepalaku dengan lembaran uang di tangannya. "Heh anak curut! Kamu itu nggak usah sok-sokan mau kuliah. Kamu itu nggak mampu, Aurum! Kamu harusnya sadar diri! Buang mimpi kamu jauh-jauh. Lebih baik setelah lulus nanti, kamu berkerja di mall. Jadi sales, atau jadi apa kek!" Aku menggeleng tidak setuju. Aku tak ingin seperti itu. Tujuanku kuliah juga ingin membahagiakan orang tuaku. Dan aku ingin agar orang tuaku tidak dihina oleh saudara kami. Aku punya keinginan besar, aku tak bisa berhenti melangkah pada apa yang telah aku susun sebelumnya. "Apa Aurum salah jika mempunyai mimpi lebih dari itu? Aurum bahkan pengin punya bisnis sendiri, Bu. Sedikit saja ibu ngertiin Aurum. Aurum butuh restu dari Ibu. Toh Aurum juga berjuang sendiri. Kenapa, Bu? Kenapa Ibu justru membuat Aurum menciutkan mimpi Aurum?" tanyaku sekaligus meluapkan apa yang aku rasakan. Ibu bersedekap tangan. Dia memasang raut penuh amarah. Mungkin, salahku juga telah berbicara seperti itu kepada Ibu. "Pergi ke kamar kamu, Aurum. Pergi tidur nggak usah belajar!" perintahnya kepadaku. Suara decitan pintu kamar, menginterupsi aku dan ibu. Kami berdua menoleh serempak ke arah kanan. Ah, rupanya itu ayah. Mungkin, dia terbangun karena perdebatan aku dan ibu. "Bu, sudah, Aurum kan pengin kuliah. Dia punya cita-cita tinggi, kita seharusnya dukung Aurum," tukas ayahku. Ibu melirik sinis ke arah ayah. "Alah, Ayah aja cuma ngerokok sama minum kopi, nggak bisa ngehasilin uang banyak. Sok-sokan mau dukung mimpi anaknya!" bantah ibu. Dia lantas menatap tidak suka ke arahku. Entahlah, aku dapar melihat pancaran kebencian ibu terhadap diriku. "Kamu lagi, Aurum! Kalo mimpi itu jangan ketinggian, yang rendah-rendah aja. Kayak kamu pinter aja, dasar bodoh!" Deg. Dadaku semakin sesak, hatiku merasakan remuk yang teramat hebat. Aku memilih segera masuk kamar, aku menutup pintu rapat-rapat dengan pelan. Lalu aku membungkam mulutku sendiri. Air mataku mengalir deras, aku menahan isakanku dan itu membuat dadaku semakin terasa sesak. Apa aku yang terlalu perasa? Tapi sungguh, apa yang dikatakan ibuku sangat menusuk relungku dengan pedihnya. Nggak papa, Aurum. Kamu kuat, kamu spesial. Kamu harus bertahan, Aurum. Kamu nggak boleh nyerah! 。・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐ ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚  ┊ ⋆ ┊ . ┊         ゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆          ゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. ゚☆ 。 S E E Y O U I N T H E N E X T C H A P T E R ! ! ! ! ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD