゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆
゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊
゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚ ┊ ⋆ ┊ . ┊
゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆
゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚.
゚☆ 。 H A P P Y R E A D I N G
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚.
"Selamat ketemu sama Pak Kusmanto."
Aku menganga tidak percaya. Argentum telah membohongiku? Astaga, apa-apaan ini? Kenapa banyak sekali makanan di atas meja taman hadapanku?
"Gue minta maaf buat kejadian tadi pagi. Maaf ya, gue udah makan bubur ayam lo."
Aku mengangguk pelan. Ah, rupanya Argentum masih punya hati juga untuk meminta maaf kepada orang lain. Aku pikir, cowok itu akan susah berucap kata maaf.
"Tapi bukan sepenuhnya salah gue, sih. Salah lo sendiri yang nggak bilang. Untungnya gue itu cowok ganteng yang baik hati. Jadi, gue beliin lo semua makanan ini. Gimana? Gue baik banget, kan?"
Aku menggelengkan kepalaku. Ternyata dugaan aku tadi sepenuhnya salah. Argentum adalah cowok yang sombong. Aku hanya mengamati makanan-makanan itu. Ada nasi goreng, mie goreng, Thai tea bubble dengan ukuran extra large, bakso, dan aneka makanan ringan. Tunggu, di meja itu juga terdapat brownies dan cup cake.
Aku menatap ke arah Argentum. Ternyata, dia malah mengalihkan pandangannya. Apa sedari tadi dia memperhatikanku? "Lo mau kasih gue makan, apa mau acara syukuran? Lo pikir perut gue selebar perut gajah?!" pekik aku yang tak mungkin melahap semua makanan yang diberikan Argentum.
"Gue nggak tau apa yang lo suka. Ya udah gue borong aja. Lo boleh kok makan semuanya, mau nambah lagi juga boleh. Tenang, putra mahkota seperti Argentum ini selalu mengayomi rakyatnya." Argentum menepuk dadanya sendiri merasa bangga.
Aku mengangkat sebelah alisku. Omongan Argentum terlalu absurd masuk dalam telingaku. "Gue nggak mau. Gue mau makan sama sahabat gue aja. Lo habisin semuanya sendiri aj-- "
Kurang ajar, aku belum selesai berbicara, tapi Argentum menyuapiku dengan bakso.
"Makan ya, jangan marah-marah. Marah mah bisa bikin lo cepet tua tau nggak?" Agentum menepuk puncak kepalaku. Membuat diriku terpaku seketika.
Astaga, Aurum, ayo sadar!
"Gimana gue nggak mau marah-marah, orang di depan gue sekarang itu manusia setengah setan kayak lo! Ngeselinnya nau'dzubullah!" jawabku kepada Argentum. Aku jujur akan ucapanku tadi. Aku sangat merasa kesal karena terus-terusan berhadapan dengan Argentum.
Argentum hanya diam, dia memasang airpods pada telinganya. Udara di taman SMA Khatulistiwa sedang begitu segar. Anginnya semilir menghampiri kami berdua. Aku memejamkan mataku sesaat. Berhubung Argentum sedang diam, dan sepertinya dia tulus memberikanku makanan, aku memilih untuk mulai memakan bakso.
Buat apa menolak? Perutku sangat lapar sekarang. Aku melahap bakso itu dengan begitu cepat, aku tak mempedulikan tata cara makan di depan seorang cowok. Biasanya, para gadis lain akan menjaga image mereka ketika makan di depan cowok. Tapi untukku, aku tidak memerlukan itu semua.
Aku mendongak sedikit untuk melihat Argentum. Cowok itu terlalu diam, siapa tahu dia sedang tertidur sekarang. Aku tersedak ketika mendapati Argentum yang menatapku dengan lekat-lekat.
Argentum langsung memberikanku minum. Dia mendadak menjadi panik. "Salting, ya, makan diliatin cowok ganteng?" tanya dia tersenyum kepadaku.
Jika saja thai tea yang sedang aku minum ini rasanya tidak enak, aku ingin menyemburkannya kepada Argentum sekarang juga. "Lo yang liatin gue! Gue tahu gue serakah banget kalo urusan makan, tapi nggak usah segitu juga kali liatinnya. Berasa gue makan di warteg tapi utang, terus dilihatin sama yang punya warteg!"
"Lo cantik, Aurum."
Mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Argentum, aku menatap cowok itu dengan seksama. Apa kata dia? Aku? Cantik? Apa dia sedang melantur. "Gue cuma cewek bias--"
"Tapi boong!" seru Argentum diiringi tawanya yang menggelegar.
Aku tak bisa tinggal diam. Aku menginjak kaki Argentum sekuat mungkin biar dia tau rasa. Lantas, aku tak peduli lagi dengan keluhan dan rengekan Argentum. Aku sengaja menyibukkan diriku untuk menuntaskan semua makanan yang Argentum berikan.
"Rum, sakit tau, lo harus tanggung jawab! Berani-beraninya lo nginjek kaki Putra Mahkota? Pengin lo gue tenang ke rawa-rawa, hem?"
"Yang ada, gue yang bakal bawa lo ke rawa-rawa. Biar tenggelem, biar lo nggak usah muncul lagi di hadapan gue!" sarkasku memanyunkan bibir. Cowok seperti Argentum adalah cowok yang menyumbang penyakit darah tinggi.
Aku mendelik tajam, Argentum mencubit pipiku dengan pelan. "Gemes. Lo sukses bikin gue gemes, Aurum. Ayo tinggal tunjukin diri lo, biar gue bisa jatuh cinta sama lo."
Ada apa ini? Mengapa aku merasa oksigen di sekitarku terasa hilang? Aku mematung, terlebih tatapan Argentum mengunci tatapanku sehingga aku tak bisa mengalihkannya. "Gue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak mau bikin orang lain jatuh cinta sama gue. Karena semua hal terkait cinta, adalah hal yang paling fana di hidup gue."
Bukannya menciutkan nyali, Argentum justru tersenyum sangat manis. Tunggu. Aku bilang senyumnya manis? Baiklah, aku akui itu ucapanku. Argentum memang sangat manis. Tapi kelakuannya begitu bertolak belakang.
"Kita lihat aja nanti, Rum. Siapa yang akan jatuh cinta, siapa yang akan meminta, dan siapa yang merindu pada akhirnya."
Argentum beranjak dari duduknya. Dia pergi begitu saja tanpa pamit kepadaku dan membiarkan semua makanan di hadapanku tergeletak.
"Enggak! Gue nggak bakal jatuh cinta!" pekikku menentang apa yang Argentum ucapkan tadi.
"Dinding yang udah gue bangun, hati yang udah gue jaga, akan gue pertahanin itu semua. Dasar Argentum cowok aneh. Padahal baru tafi pagi ketemu tapi langsung kayak gitu. Oh, gue yakin sih dia pasti playboy kelas kakap! Gue nggak akan termakan sama omongan dia!" lanjutku.
Aku bergegas menuntaskan bakso yang tadi aku makan. Menghabiskan bakso itu dengan secepat kilat. Aku dapat melihat kelima sahabatku sedang berjalan santai. Aku bersyukur, akhirnya makanan yang diberikan Argentum tidak akan mubazir.
"Cyuvi, Sulan, Ellyna, Jihan, Ricky! Sini kalian!" teriakku memanggil mereka.
Karena jarak yang tak begitu jauh, rupanya mereka mendengar teriakanku dengan jelas dan langsung berlari menghampiri.
"Buat lo pada, makan gih gue kenyang." Aku menepuk perutku yang sudah kekenyangan.
"Gila, lo dapet hujan makanan dari mana?" tanya Ricky merasa heran karena aku mempunyai makanan banyak.
Mendengar itu, Sulandari langsung menabok lengan Ricky. "Lo tuh gimana, sih?! Gue yakin ini semua hasil give away."
"Nggak. Salah bener persepsi lo. Kalo gue sih yakin ini semua hasil si Aurum ngemis ke ibu kantin." Aku melirik tajam ke arah Ellyna yang tadi mengatakan hal itu.
Kemudian aku mengalihkan pandanganku ke Jihan. Dia menggelengkan kepalanya. "Gue pikir lo berdua salah. Makanan ini semua pasti hasil Aurum jual diri," ujarnya kemudian tertawa renyah.
Aku menganga lebar, aku langsung menepuk lengan Jihan. Dasar kurang ajar itu anak. "Resek banget sumpah lo, Ji. Ini semua tuh dari Argentum. Kalian tau, 'kan? Yang tadi di UKS sama gue. Tiba-tiba aja ngasih gue makanan sebanyak ini."
Aku mengangkat sebelah alisku ketika melihat Cyuvi yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu yang berat. "Hm, gue mencium bau konspirasi doi baru ini. Kayaknya bakal ada yang jatuh cinta nih."
Aku mendatarkan ekspresiku. Apa-apaan sih, kata Cyuvi ini. Padahal, aku sama sekali tidak menginginkan yang namanya jatuh cinta.
Bagi aku, jatuh cinta itu sangatlah ribet! Bahkan paling ribet daripada hal lainnya.
***
。・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚
☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚
゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆
゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊
゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚ ┊ ⋆ ┊ . ┊
゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆
゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚.
゚☆ 。 S E E Y O U I N T H E N E X T C H A P T E R ! ! ! !
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚..