Bab 1. Dicerai

1030 Words
"Aku akan ceraikan kamu, Andira." "Mas Arya, tolong jangan begini. Jangan ceraikan aku, Mas. Bukankah dokter bilang masih ada kemungkinan aku hamil," ucap Andira memohon sambil memegang tangan suaminya. "Apa kamu bodoh?! Itu hanya ucapan dokter untuk menghiburmu, sampai kapan aku harus menunggu. Sudah tiga tahun lebih aku bersabar, Andira!" bentak Arya emosi. Pertengkaran suami istri yang terjadi di rumah sakit di depan ruang pemeriksaan dokter spesialis kandungan membuat beberapa mata melihat ke arah mereka. Rupanya semua karena ucapan dokter yang memeriksa kondisi Andira yang mengatakan jika Andira mengalami kesulitan untuk hamil. Meskipun dokter juga mengatakan jika masih ada harapan untuk hamil walau kecil, tapi Arya tidak begitu saja percaya. "Mas Arya, aku akan berusaha agar kita bisa memiliki keturunan. Aku rela disuntik setiap hari bila perlu, agar bisa segera hamil, aku mohon jangan ceraikan aku." Andira seolah kehilangan rasa malunya demi memohon pada suaminya itu. "Berhenti memberi janji palsu, aku tidak mau kehilangan warisan hanya karena hal yang tidak pasti. Lepaskan aku, Andira!" "Aw!" pekik Andora saat Arya menghentak tangannya membuat tubuh Andira terhuyung. "Apa-apaan ini? Apa Anda tidak malu bersikap kasar pada wanita?!" tanya seorang pria bersuara berat pria dengan balutan pakaian dokter yang menangkap tubuh Andira sehingga membuat Andira batal jatuh ke lantai. "Siapa kamu?! Tidak usah ikut campur urusan rumah tangga orang lain!" tukas Arya emosi. "Kak Levan," gumam Andira mengenali pria yang menangkap tubuhnya. Andira mengenal Levan karena Levan pernah datang ke panti asuhan tempat di mana dia pernah tinggal. Levan sering menemani mamanya memberikan santunan di panti, saat itu Levan masih kuliah. Dan sudah sangat lama. Levan tidak pernah datang lagi, sampai akhirnya Andira lulus sekolah dan menikah. "Oh kamu kenal dengan pria ini, jangan-jangan dia mantan pacar kamu. Baguslah kalau begitu, buat dia jadi penolongmu. Bila perlu menikah saja dengannya, mungkin dia mau menerima wanita mandul. Sudah aku mau pulang," ucap Arya dan berlalu meninggalkan Andira yang masih tertegun. "Mas Ar ...." "Sudah biarkan saja dia pergi, kamu mau dipermalukan terus? Lagipula pria seperti itu tidak akan paham apa yang kamu jelaskan, sudah ayo ikut aku!" ajak Levan menarik tangan Andira. "Tapi, Kak. Bagaimana jika aku benar-benar diceraikan, aku harus kemana dan melakukan apa. Selama ini aku hanya bergantung ada mas Arya," jelas Andira tapi kakinya terus mengikuti langkah Levan. Levan tidak menjawab, dia terus menggandeng Andira dan membawanya ke sebuah kantin yang ada di rumah sakit itu. Levan menarik kursi dan memberi kode agar Andira duduk, meskipun Andira masih bingung tapi dia Patih juga dan duduk di kursi yang ditarik Levan. "Dengar, Andira. Jika suamimu menceraikanmu, itu artinya dia tidak sungguh-sungguh mencintaimu. Mana mungkin hanya karena kamu tidak bisa memberikan keturunan dia menceraikanmu," ucap Levan baru menyahuti setelah dia duduk. Andira terdiam, apa yang dikatakan Levan ada benarnya. Sebenarnya, sudah beberapa bulan ini Andira merasa ada yang janggal dengan Arya hanya saja dia tidak berani mengungkapkannya. Andira merasa Arya sudah tidak mencintainya lagi, kehamilan hanya sebuah alasan bagi Arya untuk memantik perdebatan. Meskipun memang benar jika orang tua Arya hanya akan menyerahkan warisan jika mereka sudah memiliki keturunan, tapi selama ini Arya tidak masalah dengan itu. Berbeda dengan akhir-akhir ini, dia seolah sengaja menjadikan itu alasan. "Selama ini, aku hidup hanya bergantung pada mas Arya. Dulu setelah lulus SMA aku memang pernah bekerja selama dua tahun, tapi setelah mas Arya melamarku dia memintaku berhenti. Lalu aku menikah dengannya, selama tiga tahun lebih kamu berumah tangga aku hanya bergantung dengan mas Arya, bagaimana caraku melanjutkan hidup kalau sampai dicerai. Aku tidak mungkin kembali ke panti," jelas Andira apa yang terjadi dalam hidupnya. "Kamu tidak usah khawatir tentang itu, jika masih bernyawa artinya kamu masih memiliki rejeki. Kalau kamu mau, kamu bisa bekerja denganku. Aku memiliki seorang putra berusia dua tahun, ibunya telah tiada. Kamu bisa mengasuhnya kalau mau," ucap Levan memberikan solusi. "Apa Kak Levan gak salah, aku tidak punya sertifikasi pengasuh. Biasanya orang kaya selalu mengambil dari yayasan," sahut Andira. "Anakku sudah memiliki baby sitter, kamu hanya akan menjadi pegawasnya. Jadi tidak perlu semua itu, aku selalu was-was setiap meninggalkannya ketika kerja. Kalau ada kamu aku bisa tenang, aku tau kamu juga terbiasa merawat anak-anak. Dulu aku sering melihatmu mengasuh anak-anak di panti," terang Levan. "Memangnya istri Kak Levan meninggal kenapa?" tanya Andira penasaran. "Sakit, jadi kamu mau tidak kerja denganku?" tanya Levan seperti enggan menjelaskan tentang istrinya. "Mau sih, tapi aku harus pulang dulu. Aku harus memastikan apa mas Arya benar-benar menceraikanku atau tidak, aku takut dia hanya emosi saja tadi." "Ya sudah, kamu pulang saja dahulu. Kalau dia benar-benar menceraikanmu, kamu telepon saja aku, aku akan langsung menjemputmu. Mana ponselmu?" tanya Levan seraya menyodorkan tangannya. Andira pun memberikan ponselnya ada Levan, yang langsung disambut Levan dan mengetikan nomor ponselnya. Terdengar dering ponsel di ponsel Levan, ternyata dia melakukan panggilan untuk menyimpan nomor Andira di ponselnya. "Ini," ujar Levan seraya mengembalikan ponsel Andira. "Terima kasih, Kak. Karena sudah menolongku dan menawarkan bantuan, aku pikir Kak Levan tidak akan mengingatku." "Mana mungkin aku tidak mengingatmu, aku sangat ingat denganmu. Kamu gadis paling cantik di panti waktu itu, hanya saja kamu terlalu pendoam. Aku jadi segan mendekatimu," sahut Levan. "Apa aku begitu, perasaan aku yang paling cerewet di panti dulu. Ternyata aku pendiam ya," ucap Andira tersenyum. "Nah senyum gitu kan makin cantik, kamu tidak cocok dengan wajah sedih. Jadi jangan bersedih lagi, jalani saja apa yang sudah ditakdirkan untukmu. Jika memang perpisahan yang terbaik, terima saja dengan ikhlas. Kamu tidak perlu mengemis untuk tetap bersama orang yang tidak mau memperjuangkanmu," tutur Levan menasehati. "Iya, Kak. Bukan apa-apa, aku tadi hanya bingung. Selama ini aku hanya bergantung pada mas Arya, meski keluarganya tidak menyukaiku aku tetap bertahan. Karena mas Arya juga mendukungku, tapi sekarang dia berubah. Dia jadi sering mempermasalahkan soal keturunan, katanya orang tuanya tidak akan memberikan warisan jika kami belum punya anak. Itu yang menjadi alasan mas Arya beberapa bulan terakhir dan akhirnya memaksaku untuk memeriksakan diri hari ini," jelas Andira. "Sudah tidak usah dibahas lagi, jangan terlalu larut dalam satu masalah. Jalanmu masih panjang, kamu pasti bisa sukses dengan atau tanpa suami asal kamu punya tekad. Kesedihan tidak akan membuatmu lebih baik malah bisa memperburuk." "Oh jadi gini kelakuanmu! Kamu bukannya menyusul dan membujukku, tapi malah asik sama mantanmu ini!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD