Ponsel Kenan bergetar membuat dirinya terbangun dari tidur nyamannya, diraihnya ponsel itu dengan sebelah tangan sedang tangannya yang satu masih menjadi bantal bagi Rubby.
"Ya Chris, oke baiklah satu jam lagi kita berangkat."
Kenan mengakhiri telpon itu dan matanya menatap tubuh Rubby yang masih terlelap.
Semalam dia menggendong paksa Rubby kekamarnya yang tak jauh dari ruangan home theater, dan wanita itu kesenangan dia langsung memeluk tubuh Kenan dan memejamkan matanya. Tubuh Rubby yang hanya menggunakan bra dan panty membuat Kenan gelisah sepanjang malam, wanita ini sengaja menggodanya dan sekaligus menyiksanya.
Geram dengan kejadian semalam Kenan mencium bibir Rubby yang sedikit terbuka membuat wanita itu melenguh karena tidurnya diganggu. Kenan yang gemas masih mengganggunya dengan menciumi leher serta meraba perut Rubby membuat Rubby sangat tidak nyaman dan matanya terbuka. Karena sudah sadar dengan keadaan Rubby membuka matanya dan berbalik badan menatap sengit Kenan.
"Mencari kesempatan hu?" Kata Rubby dengan senyuman genitnya membuat Kenan mendengus dan pria itu berdiri dengan hanya menggunakan boxer, seketika wajah Rubby merona membuat sedikit simpul senyum diwajah Kenan tercetak.
"Aku akan pergi sebentar, Miranda akan menyiapkan semua kebutuhanmu." Rubby cemberut dengan sikap Kenan ini, apa maunya coba mengurungnya diistana pria ini tanpa status jelas.
"Jadi apakah aku ini wanitamu sekarang?" Kenan menaikkan alisnya menatap Rubby tapi pria itu hanya berlalu masuk kedalam kamar mandi, hingga beberapa menit Kenan keluar dengan posisi Rubby yang masih bergulung dengan selimut dan memainkan ponselnya.
Pria pujaan Rubby itu membuka lemari raksasa yang ada didalam kamarnya, mengambil kemeja hitam dan memakainya dengan gerakan cepat. Rubby sesekali melirik semua yang dilakukan Kenan tanpa mau berbicara, dia sungguh ingin Kenan tahu kalau dia sedang merajuk.
"Aku pergi, jaga dirimu." Kenan berdiri dihadapan Rubby dan meletakkan dua buah card disana, lalu rasa ingin tahu Rubby menyala terang.
"Apa itu?"
"Apa kau tidak melihat itu card."
"Maksudku buat apa? Apa karna ciuman semalam dan kau sudah melihat tubuhku ini?" Rubby dengan bodohnya berdiri dan berputar didepan Kenan hanya dengan memakai bra dan panty nya itu. Darah Kenan langsung memanas dengan pemandangan indah didepannya, dia berdehem karena salah tingkah.
"Pakai saja mungkin kau perlu, password nya akan aku kirim ke chat mu." Rubby membulatkan matanya saat Kenan mengatakan chat nya.
Sebelum wanita itu mengoceh lagi Kenan memilih segera pergi, dan benar saja Rubby meneriakinya dengan pertanyaan.
"KENAN....BAGAIMANA KAU TAHU NOMORKU HEI__" Rubby menghembuskan napasnya karena pria pujaannya itu sudah pergi.
Dia mengambil dengan cepat dua kartu itu dan menyeringai penuh makna. Setelah itu Rubby melihat notifikasi ponselnya, dengan sekali klik dia membuka chat yang dikirim Kenan dan benar saja disana sudah tertera password kedua kartu yang dipegang oleh Rubby itu serta sebuah perhatian kecil yang diberikan pria itu
"Miranda akan datang membawakan obat untuk bekas jahitan itu, kau bisa menggunakannya."
Rubby tersenyum dan lompat-lompat di tempat tidur karena perhatian kecil Kenan, sungguh Rubby merasa sangat bahagia dia melompat-lompat sambil menjerit bahagia hingga pintu kamar itu terbuka memperlihatkan Miranda yang membawa nampan sarapan Rubby.
"Nona maaf mengganggu anda, saya disuruh Mr. Rexton untuk membawakan anda sarapan dan obat ini."
Rubby langsung berjalan mendekati Miranda salah tingkah, dia sangat malu karena ketahuan bertingkah tidak anggun didepan kepala pelayan Kenan ini.
"Ehm...tidak apa-apa Miranda, terima kasih." Miranda membungkuk dan lergi setelah tersenyum. Rubby menepuk jidatnya dan mengambil sepotong sandwich lalu menegak s**u kental yang menggiurkan itu hingga tandas. Dia menepuk perutnya lalu bergegas kekamar mandi, dia harus bertemu dengan Betty hari ini.
****
Image
Image
Rubby keluar dari Mansion mewah milik Kenan dari pintu samping, setelah dia berpamitan kepada Miranda untuk berjalan-jalan sebentar, dengan berjalan kaki menuju gerbang utama Keniston Palace.
Image
Setelah sampai dijalan masuk utama kawasan elit itu Rubby yang tadinya berjalan sambil mengandalkan ponsel pintarnya memberhentikan taksi untuk menuju ke Curzon St dimana perpustakaan Betty berada. Selama tiga belas menit dia didalam taksi dan akhirnya dia turun dengan senyumannya.
Image
Rubby memasuki perpustakaan tempat Betty sahabatnya itu bekerja.
Dan dia menemukan si kaca mata kesayangannya itu, dengan riang Rubby berjalan menemui Betty.
"Beth, ayo ikut aku." Wajah Betty melihat Rubby dengan tatapan horor.
"Why?" Tanya Rubby dengan tidak pekanya. Lalu dia melihat arah mata Betty yang ternyata ada seorang wanita yang sebatas bahunya berdiri dengan aura bagaikan bidadari.
"Ehm Veila Sorry, ini sahabatku dia sedikit__," percakapan Betty terhenti ketika Rubby dengan percaya dirinya langsong menyodorkan tangannya dengan senyuman khas Rubby, ceria dan secerah mentari pagi.
"Hai aku Rubby, aku ingin mengajak Betty keluar sebentar bolehkan?" Tanya Rubby.
"Dia bukan bos ku By, dan aku sedang bekerja." Betty menggelengkan kepalanya, sedangkan Rubby melihat wajah serius wanita disebelahnya ini yang juga menatapnya aneh.
"Sorry, aku pikir kau adalah atasannya." Wanita itu mengangguk dengan sopan, sepertinya tipe wanita pendiam sebelas dua belas dengan Betty.
"Tidak apa, saya ingin memulangkan buku, saya Veila." Betty mengambil kartu yang diberikan wanita bernama Veila itu sedangkan Rubby hanya menatapnya. Setelahnya wanita itu meyunggingkan senyum tipisnya, dan pergi menuju lorong perpustakaan.
"Beth, ayo pergi," ucap Rubby mengajak Betty, dengan melirik jam tangannya yang menunjukkan jam makan siang Betty mengangguk dan berpamitan kepada rekan sekerjanya.
Sebelum dia dan Betty keluar, Rubby melihat wanita yang barusan berkenalan dengannya itu melihatinya, tapi Rubby memilih tersenyum lebar lalu pergi keluar perpustakaan rumah kedua bagi Betty.
Rubby memilih sebuah cafe yang berada tak jauh dari perpustakaan, suasana nyaman dengan desain ornamen kayu membuat ruangan terasa hangat.
"Aku pesan hot chocolate saja." Betty duduk dan langsung berbicara dengan pelayan, Rubby tersenyum dan dia menggeleng.
"Hari ini aku traktir, kau bisa makan sepuasnya." Betty melirik wajah sahabatnya itu bingung.
"Aku tidak mau membayarnya By,"
"Ckckck, aku yang traktir percayalah ." Betty masih tidak mau memesan lebih membuat Rubby yang memilihkan semua menu mereka.
"Ada apa kau ingin sekali menemuiku di jam kerja seperti ini? Bukankah bisa di Flat saja." Hembusan napas Rubby berat menandakan kegelisahan wanita itu.
"Ada apa By?"
"Pria yang aku ceritakan kemarin menyuruhku tinggal ditempatnya, dan semalam dia menciumku dan kami tidur bersama." Betty membulatkan matanya.
"Aku tidak bisa menolak pesonanya Beth, dia terlalu tampan dan rasanya aku ingin terus menggodanya. Tapi tenang saja kami tidak bercinta, hanya tidur yang sesungguhnya." Betty merasa lega tapi dia tidak ingin menyela apa yang akan dikatakan lagi oleh Rubby.
"Dia tidak mengatakan menginginkanku ada didekatnya, tapi perlakuannya membuatku merasa bahagia. Dia berkata akan bahaya bagiku jika terus berada didekatnya."
Betty semakin serius mendengar curhatan Rubby ini.
"Kenapa berbahaya? Bukankah seharusnya dia melindungimu jika dia menginginkanmu?" Rubby mengangguk pasrah dan kembali semangat bercerita, mereka tidak menghiraukan pelayan yang sudah datang mengantarkan pesanan mereka, oh bukan lebih tepatnya pesanan Rubby.
"Dia berbahaya Beth, dia itu sepertinya Ma_fi_a," ucap Rubby pelan tapi Betty langsung merinding.
"Kenapa kau bisa berurusan dengan orang seperti itu By." Betty tidak habis pikir dengan Rubby dan sepertinya dirinya juga yang bisa terlibat dengan urusan menyeramkan seperti ini.
"Entahlah, mungkin tuhan sengaja mengirimkannya padaku dan lihat dia sudah memberikanku kartu miliknya ini." Seringai Rubby yang ditanggapi dengan gelengan Betty.
"Ah iya, aku ingat dia juga mengirimi aku chek kosong dengan tanda tangannya untuk melunasi hutangmu saat kau dirumah sakit."
"Jadi sudah kau cairkan cek itu?" Tanya Rubby yang dijawab gelengan kepala Betty sambil memakan Sphagetti pesanan Rubby .
"Bagus, besok cairkan saja uangnya dengan nominal besar dan jangan lupa bagi denganku." Betty mengambil sendok bersih dimeja makan mereka dan mendaratkannya dengan mulus dikening Rubby.
"Aku sedikit bercanda dan banyak serius nya tadi Beth."
Mereka tertawa bersama sambil memakan hidangan lezat itu, setelah selesai Rubby berjalan bersama Betty kembali ke perpustakaan dan sebelum pergi dari sana Rubby teringat dengan sesuatu.
"Beth, apa kau kenal dekat dengan wanita yang berkenalan denganku tadi?"
Raut wajah Betty seakan mengingat siapa yang dimaksud Rubby.
"Ah Veila, tidak juga dia hanya sering kesini dan kami sempat berkenalan." Rubby mengangguk dan kembali bertanya.
"Apa aku terlihat aneh hari ini?"
"Bukankah kau memang selalu bertingkah aneh," kata Betty membuat Rubby semakin gemas saja dengan sahabatnya ini.
"Yasudah lah aku pulang, bye Beth hati-hati saat pulang."
"Apa kau kembali ke Flat mu? Atau kediaman pria itu?"
"Aku kembali ke Flat, kau tenang saja."
"Bagus, setidaknya jangan terlalu genit By aku khawatir kau akan kecewa."
Rubby memeluk Betty membuat sahabatnya itu risih.
"Aku sangat menyayangimu Beth, akan aku usahakan." Rubby pergi dengan wajah cerianya sedangkan Betty hanya bisa menggelengkan kepala.
***
Di tempatnya Kenan menggeram karena seseorang mengirimkan pesan singkat dan potret Rubby yang sedang menunggu taksi, entah siapa yang mengirimkan pesan ke ponsel Chris yang langsung dilaporkannya langsung ke Kenan.
"Lacak nomor ini sekarang Chris."
"Maaf sir, saya sudah mencobanya tadi dan hasilnya nomor ini sudah tidak digunakan lagi."
Inilah yang dia tidak mau, jika Rubby menjadi kekasihnya hidup wanita itu tidak akan senyaman sebelumnya karena dia memiliki banyak musuh yang diam-diam mengintainya, mencari setiap kelemahannya.
"Bawa aku ke tempat wanita itu, dia harus sedikit kuberi pelajaran karna tidak mendengarkanku."
Bersambung....