Handuk Basah

1206 Words
Malam perlahan menunjukkan eksistensinya, Mahfud baru saja masuk ke dalam ruang pribadinya bersama Ningsih. Dengan wajah yang kusut Ia melihat istrinya yang tengah duduk di kursi yang ada di meja rias. Pantulan kaca yang langsung menghadap ke pintu kamar, membuat tatapan mata mereka saling terpaku satu sama lain. "Ayah sudah pulang? Alhamdulillah ayah sudah sampai di rumah." Ucap Ningsih dengan wajah yang sumringah. Melihat istrinya yang menyambutnya dengan wajah penuh senyum, membuat Mahfud sedikit mengernyitkan kening. "Ada apa?" Tanya Mahfud seketika, sembari berjalan menuju sisi ranjang yang ada di kamar tersebut. Tubuh yang lelah membuatnya tidak ingin banyak basa-basi. "Ih ayah kok gitu sih, ibu kan manggil ayah baik-baik. Harusnya ayah jawabnya baik-baik juga dong." Ucap Ningsih lagi dengan bibir yang mencebik. "Aku capek, bilang aja terus terang ada apa?" Balas Mahfud tak acuh. Dia mengambil segelas air putih yang selalu tersedia di nakas samping kasur dan meminumnya sampai habis tak tersisa. "Gini yah, Kalo boleh ibu mau minta uang 5juta. Buat ngirim simbok di kampung. Nanti kan anak-anak katanya mau liburan ke kampung, uang itu buat jaga-jaga simbok aja. Siapa tau mau beli kasur atau benerin rumah. Kan katanya atapnya pada bocor yah, takutnya anak-anak ngga betah nanti kalo ngga di benerin dulu kan?" Jelas Ningsih panjang lebar sembari berjalan mendekat ke sisi ranjang yang sama dengan Mahfud. Entah ia mendapat keberanian dari mana untuk mengarang cerita seperti ini. Seandainya suaminya tau yang sebenarnya kegunaan uang itu, mungkin saat ini juga dia akan menjadi samsak hidup oleh suaminya sendiri. "Tumben banget kamu mikirin anak-anak, Lagian juga liburan besok kan Farah udah bilang dia mau liburan ke villa. Bukan ke rumah orang tua kamu yang reot itu. Kamu ngga sedang cari cari alasan aja kan?" Balas Mahfud dengan tatapan yang intens mencoba mengintimidasi istrinya tersebut. Di tatap sedemikian rupa oleh Mahfud, membuat nyali Ningsih sedikit menciut. "Beneran ayah, si Ratna kan juga bilang pengen liburan ke rumah nenek kakeknya kan? Ibu mah cuma biar adil aja antara si Ratna sama Farah yah. Kasian kan mereka kalo sampe ngga di turutin kemauannya." Ucap Ningsih lagi, masih berusaha untuk mencoba merayu suaminya. Ucapan Ningsih semakin membuat Mahfud menggeleng-gelengkan kepala. Ia sangat yakin istrinya ini sedang menyembunyikan sesuatu. Tetapi, ucapan Ningsih sedikit banyak juga sudah menyentil naluri kebapakan yang ia miliki. Ya, benar. Dia harus adil antara kasih sayang ke Ratna dan juga ke Farah. Dia harus bisa mengayomi keduanya. Sebisa mungkin dia akan mewujudkan keinginan kedua anaknya itu. "Oke, nanti aku transfer langsung aja ke rekening bapak ya. Liburan berapa lama lagi emangnya kah?" Ucap Mahfud akhirnya setelah mempertimbangkan terlebih dahulu. "Eh ngga usah ayah. Biar ibu aja yang transfer ke bapak. Lagian kata bapak teh kartu atm-nya lagi ngga bisa di pakai, lupa pin katanya. Mau ke bank juga bapak belum ada waktu luang, masih sibuk di sawah kan bentar lagi panen. Ayah kirim ke ibu aja ya." Balas Ningsih berusaha menghalangi suaminya agar tidak langsung berhubungan dengan orangtuanya. Karena kalau itu sampai terjadi, bisa gagal rencana yang sudah dia susun susah payah. Mendengar ucapan istrinya yang terkesan tidak mau dia menghubungi mertuanya pun membuat Mahfud semakin heran. Tetapi, dia mencoba untuk menepis segala pemikiran buruknya. "Oh gitu ya, emang liburannya mulai kapan?" Ucap Mahfud lagi mengulangi pertanyaan yang sama. "Emm, sekitar 2 bulan lagi ayah." Jawab Ningsih dengan hati-hati. "Masih cukup waktu kan kalo dari sekarang di cicil buat rehab rumahnya simbok?" Sambung Ningsih lagi. Ningsih sangat berharap rencananya ini akan berhasil. Sengaja dia menyebutkan tentang liburan anak-anak, karena segala sesuatu yang menyangkut anak-anak akan sangat membekas untuk Mahfud. Dan, mau tak mau Mahfud akan selalu mengabulkan permintaannya. "Ya tunggu satu atau dua Minggu lagi. Penjualan toko lagi turun, uang yang ada harus di putar buat modal dulu." Ucap Mahfud dengan tidak semangat. "Udahlah, aku mandi dulu." Sambung Mahfud lagi sambil beranjak mengambil handuk yang di gantung di dinding kamar, dan berlalu menuju kamar mandi yang juga berada di dalam kamar tersebut. Melihat respon yang di berikan sang suami, Ningsih pun dapat tersenyum lebar. "Akhirnya bisa juga ngadalin si Mahfud." Ucap Ningsih dengan semringah. "Heh demi anak-anak apaan, demi Ratna yang mau liburan ke kampung heleh mimpi siang hari." Sambung Ningsih lagi yang bicara dengan dirinya sendiri. Dia berbicara dengan bibirnya yang di buat-buat seolah sedang mengejek. "Hahahaha" Tawa Ningsih pun menggema di dalam kepalanya sendiri. Ya, tentu saja Ningsih hanya tertawa untuk dirinya sendiri. Sebab, jika sampai terdengar oleh sang suami akan menyebabkan gagalnya rencana yang sudah ia susun. *** Saat Mahfud sudah berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, Ningsih pun segera mengambil ponselnya dan berniat menghubungi sang berondong. Setelahnya, Ningsih segera membuka pintu balkon ruang pribadinya dan bergegas menutupnya kembali. Lalu, dia pun membuka aplikasi w******p dan mencari kontak atas nama "Kang Galon. Tentu saja Kang Galon yang dimaksud adalah Bagas. Hal ini dia lakukan untuk mengecoh Mahfud dan anak-anaknya andaikan sewaktu-waktu mereka memergoki adanya panggilan masuk atau pesan singkat dari kontak yang bernama "Kang Galon" tersebut. Cukup cerdas bukan si Ningsih ini? tuuuut... tuuuut... tuuuut... Tampilan yang berada di layar smartphonenya menunjukkan tulisan "Memanggil" yang berati sang pujaan hati sedang tidak bisa di hubungi saat ini. Tak kehabisan akal, Ningsih pun beralih ke panggilan telepon biasa. Dia menekan nomor telepon sang pujaan hati yang sudah dia hafal di luar kepalanya. "Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan." Bunyi suara operator yang menyambut telinga Ningsih. "Ahh kemana sih ini orang pake susah di hubungin lagi ahh." Gerutu Ningsih pada dirinya sendiri. Dia pun mengirimkan pesan w******p ke kontak yang bernama Kang Galon. "Ay, ngga bisa di hubungi sih?" Centang satu berwarna abu-abu pun tampak di room chat tersebut. "Ay, kemana sih?" Masih tetap sama hanya terdapat centang satu berwarna abu-abu. Merasa kesal dengan Bagas yang tidak bisa di hubungi, Ningsih pun mematikan smartphonenya dan bergegas kembali ke dalam kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar, segera dia memasukkan ponsel yang dalam keadaan mati tersebut ke dalam laci yang ada di meja riasnya. Setelahnya, dia berpura-pura sedang menyisir rambut untuk menghindari kecurigaan dari sang suami. Beberapa saat berselang, Mahfud pun keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan handuk yang menutupi organ vitalnya. Dia segera menuju lemari pakaian yang berada di sisi ranjang untuk mencari pakaian tidurnya. Setelah mendapatkan pakaian yang ia inginkan, dia pun masuk kembali ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya tersebut. Setelah ritual sehabis mandi yang di lakukan Mahfud selesai dengan sempurna, dia pun segera keluar dari kamar untuk menemui putri bungsunya. Ternyata, yang di lakukan Mahfud memancing ketidaksukaan Ningsih. Sebab, dia meninggalkan kamar dengan handuk yang masih tergeletak di atas kasur. "Ayah, handuknya yang bener." Teriak Ningsih dengan suara yang menggelegar sesaat sebelum pintu kamar kembali tertutup rapat. Sebetulnya dia bisa saja segera beranjak dari meja rias ini dan merapihkan handuk yang di pakai suaminya tersebut. Tetapi, Ningsih terlalu malas untuk meladeni hal-hal remeh macam itu. Karena dia berasumsi, bahwa kebiasaan suaminya yang meletakkan handuk basah di atas kasur itu harus segera di hilangkan. "Iya Bu, lupa maap." Balas Mahfud kemudian. Dia pun segera membalikkan badan dan meletakkan handuk basah tersebut ke tempat yang seharusnya. Setelahnya, dia melanjutkan langkah untuk keluar kamar dan menghampiri putri bungsunya. Bersambung... Ada kah readers yang suaminya sama kaya si Mahfud? Yang kalo habis mandi suka naroh handuk basah di atas kasur? Hihi... ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD