Penolakan
"apa Dafa gak mau dijodohkan” ucap laki-laki itu dengan suara lantang
Ayah dan ibunya memaksanya untuk dijodohkan dengan wanita yang belum dikenalnya. Laki-laki yang masih menempuh pendidikan tinggi itu ngotot untuk tidak ingin melakukan hal itu
.
“ibu tau kan aku sudah punya pacar. Namanya Clara” laki-laki itu berdiri sambil melihat kedua orangtuanya yang sedang duduk.
“kalian belum menikah juga putusin aja” ucap ayahnya terkesan bicara enteng Dafa melihat Sinis ke sosok laki-laki itu. Bisa-bisanya berkata seperti itu pada Dafa yang begitu mencintai kekasihnya.
“pokoknya hari ini kamu ketemu sama dia dulu”-Ayah Dafa memaksa dirinya
Dafa yang kesal mengambil jaket yang tergeletak di kursi dan ayahnya hanya memandang dengan kesal melihat anaknya mau pergi “kalau kamu tidak datang nanti malam, jangan salahkan Ayah jika melakukan sesuatu terhadap kekasihmu” langkah Dafa terhenti sesaat lalu pergi keluar meninggalkan tempat itu.
Dafa mengendarai mobilnya menyusuri jalan hendak menemui seseorang
Tok..
tok..
Clara membuka rumah itu dan melihat sesosok laki-laki yang dengan wajah kusut berada didepan rumahnya dan tiba-tiba langsung memeluknya.
“aku harus apa Rara,, huhu...” laki-laki itu menangis di pelukan gadis itu hingga membuat Clara hanya berusaha untuk menenangkan sambil mengusap kepala pria itu membiarkan dia meluapkan seluruh emosinya sampai dia bisa mengatur amarahnya.
“udah nangisnya, ayo duduk dulu” Clara melihat wajah Dafa sambil menggandeng tangannya ke kursi. Lalu, mengambilkan segelas air itu Dafa dan duduk disampingnya. “kamu kenapa? Ceritakan”
“Ayahku, mau memisahkan kita, dia menjodohkan ku dengan seorang wanita” ucap dafa sambil menatap gelas yang berisi air itu dengan rasa sedih yang amat sangat. Clara tidak tau harus merespon apa, sebenarnya dia merasa sakit mendengar itu.
“dia memaksa ku untuk menikah secepatnya aku gak mau, hari ini dia memaksa ku untuk bertemu dengan wanita itu, Rara aku harus gimana” Tanya Dafa sambil memegang kedua tangan Clara dan melihat matanya lekat mencari jawaban agar Clara menyuruhnya untuk tidak pergi.
“ayahmu benar, mungkin gadis itu baik untukmu” jawabnya sambil tersenyum setelah sempat terdiam dalam hati dia melawan semuannya dia ingin Dafa ada disisinya jangan pergi menemui gadis itu tapi dia tidak ingin terlihat egois.
“kau mau membiarkan aku bersamanya kamu tidak mencintaiku? –tanya Dafa setelah mendengar jawaban gadis itu.
“aku mencintai mu tapi wanita itu gak salah dia mungkin sama kaya kamu dipaksa” –jawab Clara membuat Dafa berpikir .
“kamu hanya perlu menemuinya jangan sampai dia menunggumu ditempat pertemuan itu.
“baiklah aku pergi karena kamu yang minta, nanti aku akan bicara pada gadis itu”
****
-ditempat lain
"Kamu jangan makan mulu dong” Puji mengambil semangkuk bakso favoritenya itu
“kenapa aku pengen makan’ Arumi berusaha untuk mengambil kembali tapi tidak diberikan
“kamu sudah makan dua porsi itu sudah cukup”- tegas Puji wajah Arumi berubah jadi sedih.
“kamu kenapa makan banyak banget?” Tanya puji merasa sahabatnya ada masalah
“huah.. tante Iren menyuruhku menikah”-Arumi menaruh Wajahnya diatas meja dengan wajah Frustasi
“baguslah… kamu gak akan single lagi” jawabnya simple sambil menyedot minumannya.
“kamu gak tau mana mau cowok itu sama aku yang gendut ini, lihat lemak dimana-mana” menunjuk lemak di perutnya.
“lucu kok lagian kamu gak gendut Cuma semok aja, cantik juga” Puji memuji sahabatnya
“percuma ngomong sama kamu, gak ngerasain penderitaan ku.
“terus kamu maunya apa?” Tanya puji menatap gadis itu.
“aku mau dapat cowok yang menerima aku apa adanya bukan terpaksa”-Ucap Arumi lalu berdiri mengajak Puji meninggalkan restoran itu. Mereka berjalan di mall Arumi melihat baju yang cantik dan tertarik untuk membelinya
“kenapa kamu berhenti”-puji menoleh melihat Arumi yang sedang mengelilingi patung baju itu. Arumi terkagum dengan Dress yang indah tapi tidak muat untuknya.
“Arumi ayo jalan aku gak mau kamu beli baju lagi yang gak muat mubazir”puji menariknya menjauh pergi dari tempat itu.
“Nona Arumi, Nyonya Iren minta anda segera pulang untuk bersiap-siap makan malam” ucap seorang Ajudan padanya.
“ah, baiklah tapi antar puji dulu kerumahnya” mereka memasuki mobil yang terlihat dua orang berdiri didepannya dan membukakan pintu mobil.
Arumi gadis muda keturunan orang kaya yang menikmati semua kenyamanan ini, dirumahnya terdapat lebih dari sepuluh pembantu dan lebih dari belasan Ajudan untuk mengawal anggota keluarga Bakti Purnomo. Bakti Purnomo adalah Nama kakeknya dan tante Iren anak bungsu dari dua bersaudara.
Ayah Arumi adalah Hardi Jaya Purnomo yang mewarisi perusahaan dibidang property tapi naas Ayahnya harus meninggal karena kecelakaan saat usianya sepuluh tahun. Ibu Arumi entah dimana dia tidak tau karena sejak kecil Iren lah yang dianggap Ibu.
Arumi gadis cantik dan manis yang mempunyai masalah melampiaskan kesedihan kepada makanan hingga dia menjadi gemuk.
sampai dirumah Arumi disambut para pelayan yang sudah bersiap untuk menandandani nya.
“aku mandi dulu” ucapnya nyelonong masuk kekamar.
Setelah keluar dari kamar mandi dia disambut dengan pelayan yang membawakan pakaian untuknya dan membantu memakaikan baju, setelah itu tukang make up kenalan tantenya merias wajah Arumi dengan telaten “Arumi memang cantik tapi hari ini bakal aku buat lebih cantik. Arumi didandani seperti seorang Artis menggunakan gaun putih yang indah dengan riasan yang mendukung tubuh tingginya menutupi tubuh gemuknya. Hanya pipi chubbynya yang menonjol.
“nona Arumi pertemuan dengan laki-laki itu jam tujuh malam kita berangkat sekarang” ucap pak Delta yang menunggu di depan pintu kamar.
“baiklah tunggu dimobil aku segera keluar” –jawabnya seraya berpikir tak salahnya mencoba lagi.
Arumi berangkat ke tempat itu disebuah restoran mewah, Arumi di bawa ke dalam ruangan yang dihiasi dengan gaya romantis layaknya kencan bersama seorang kekasih. Dia duduk di depan meja berisi lilin dan bunga mawar merah menunggu seorang laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Lama sekali Arumi menunggu tapi tidak ada orang yang datang hampir jam delapan malam.
“untuk apa aku menunggu, bahkan dia tidak sudi melihat wajahku” Arumi memegangi tas dompetnya berdiri hendak meninggalkan ruangan itu tapi seseorang itu berlari masuk.
“maaf aku telat” ucapnya sambil menarik nafas. Arumi menyuruh Dafa untuk duduk dulu sambil memberi minuman. Mereka menikmati makanan tanpa berkata apapun sampai Dafa mulai bicara “aku sudah punya pacar”ucapnya membuat Arumi merasakan apakah itu yang namanya ditolak sebelum menyatakan.
“oh iya.. maaf gara-gara aku kamu pasti harus putus sama pacarmu” –ungkapnya sambil tersenyum kecil.
“aku gak putus dan gak mau putus, aku Cuma mau bilang aku gak mau dijodohkan” tegas Dafa melihat gadis itu.
“maaf aku… gak tau .. batalkan saja perjodohan ini”-jawab Arumi.
“aku gak bisa, kalau kamu mau bantu aku batalkan ini, bilang kamu tidak mau dijodohkan denganku”-Dafa.
“aku gak bisa, kalau kamu mau batalkan sendiri” jawab Arumi pergi meninggalkan tempat itu
“kau wanita egois, aku mencintai kekasihku bukan wanita sepertimu menikah karena bisnis udah kaya mau kaya lagi dasar gila kekayaan” ucap Dafa kesal Arumi tetap berjalan keluar kejadian didalam ruangan tidak ada yang tau hanya mereka berdua.
Árumi memasuki kamarnya membaringkan tubuhnya menatap langit-langit mengingat Dafa laki-laki yang menolak untuk untuk menikah dengannya. Arumi gadis yang sering didekati oleh laki-laki dan beberapa kali pacaran dan semua mantannya diperlakukan baik tapi semua mantannya selingkuh dengan perempuan lain yang cantik.
Arumi hanya jadi Bank berjalan. Tapi sekarang laki-laki menolak untuk dijodohkan karena mencinta kekasihnya dan mengatakan itu tepat di depannya serta di pertemuan pertama. Arumi sangat kesal entah ia merasa Iri atau karena ditolak seperti tadi.
Tring…
tring…
Telepon Arumi berdering ia mengambilnya dan meletakan di telinga
“gimana kencan mu”-tante Iren
“lancar tante”-Arumi
“kamu suka dia”
“ehmm” Arumi hanya menjawab singkat
“tante Arumi ngantuk”ucapnya sambil pura-pura menguap
“ya udah kamu tidur sana, good night” Arumi meletakan ponselnya lagi diatas meja samping ranjang