Malam purnama berlalu begitu saja. Bien terkurung di dalam menara keabadian seorang diri. Setiap hari dia dintrogasi dengan pertanyaan yang sama yaitu menanyakan nama wanita yang telah tidur dengannya, tetapi pria itu tidak bisa memberi jawaban karena memang tidak tahu nama perempuan cantik yang telah merebut kesuciannya. Sesekali Bien berbicara dengan Seven melalu lubang yang ada di atap menara tujuh.
Lovetta kembali datang ke kamar Bien. Dia tidak menemukan pria itu, kamar terlihat rapi dan tidak tersentuh. Meja dan kursi dekat jendela tampak sudah berdebu. Tidak ada yang datang dan pergi ke ruangan pribadi itu. Kekhawatiran mulai mengganggu waniat itu. Dia melihat para penjaga yang semakin banyak.
“Di mana Bien?” Lovetta melihat sekeliling dalam wujud manusia. Tangan indah menyentuh pakaian yang tersimpan di lemari.
“Dia sudah lama tidak kembali ke kamar? Kemana Bien?” Lovetta merasakan kesedihan dan sesak di dalam hati.
“Apa aku benar-benar telah menghancurkan kehidupannya?” Lovette mengubah diri dalam bentuk Serigala hitam yang berlari cepat di halaman akademi sihir. Wanita itu tidak terlihat. Dia mencari Bien dan berusaha menemukan kabar tentang pria yang dicintainya.
“Aku sangat ingin bertemu dengan Bien. Aku yakin dia tidak berbohong.” Morai duduk di bawah pohon lampu.
“Morai, aku pikir ada wanita yang merenggut kesucian Bien.” Bell duduk di samping Morai.
“Apa kamu pikir ada wanita yang memperkosa seorang pria?” Morai menatap tajam pada Bell.
“Siapa yang bisa menandingi kekuatan Bien? Tidak ada! Jadi tidak mungkin itu terjadi. Bien adalah pria yang tidak tersentuh,” tegas Morai.
“Api suci itu membuktikan segalanya, Morai.” Bell bisa melihat kekecewaan di wajah Morai.
“Siapa wanita itu?” Morai mengepalkan jarinya.
“Aku sangat ingin membunuhnya. Bagaimana dia bisa menondai seorang pria seperti Bien. Wanita rendahan!” teriak Morai marah.
“Apa yang terjadi?” tanya Lovetta pada dirinya sendiri, tetapi dapat didengar oleh Morai dan Bell.
“Siapa di sana?” Morai mengarahkan jarinya pada Lovetta yang tidak terlihat.
“Hah, mereka semua para penyihir yang menyukai Bien.” Lovetta berlari menghindari Morai dan Bella yang bisa menggerakkan benda-benar di sekitarnnya.
“Bell, apa kamu mendengar atau melihat sesuatu?” tanya Morai.
“Sepertinya ada banyangan hitam.” Bell menajamkan matanya, tetapi tidak melihat apa pun. Lovetta telah menghilang dan lari ke hutan. Dia tidak menemukan keberadaan Bien.
“Di mana Bien? Apa dia dihukum?” Lovetta terus berlari dan berhenti di pinggir sungai. Dia duduk seorang diri.
“Bien, kamu di mana?” Jari indah Lovetta menyentuh air.
“Akhirnya aku menemukan kamu.” Escanor tersenyum pada Lovetta yang telihat sedih.
“Escanor.” Lovetta berdiri dan tangannya di cengkram kuat oleh pangeran Vampir.
“Apa kamu mau lari?” Escanor menarik tubuh Lovetta ke dalam pelukannya.
“Kamu cukup lama bersembunyi di gunung bersalju sehingga membuat aku melewati malam purnama dengan kesepian dan kedinginan,” bisik Escanor di telinga putih yang dihiasi giwang panjang dan indah menambah kecantikan wanita itu. Jari-jari kekar sang vampire menyusuri leher jenjang dan pundak yang terbuka.
“Lovetta, aku harus menunggu purnama selanjutnya untuk menjadikan dirimu milikku seutuhnya.” Escanor melingkarkan tangannya di d**a Lovetta.
“Itu tidak akan pernah terjadi,” tegas Lovetta.
“Kenapa tidak? Aku akan melakukan segal cara untuk mendapatkan kamu.” Escanor mencium telinga Lovetta dan menghembuskan napas hangat.
“Aku mencintai kamu, Lovetta dan hanya ada satu wanita yang aku mau. Sang putri serigala.” Escanor mencium leher Lovetta.
“Lepaskan aku!” Lovetta berontak.
“Ah, aku sangat tergoda untuk mengigit leher putih dan bersih ini, tetapi aku harus menunggu purnama selanjutnya.” Escanor menjilati leher jenjang Lovetta. Wanita itu hanya bisa memejamkan matanya menahan hasrat yang terbangun akibat dari perlakuan sang vampire. Dia bersyukur karena telah melewati masa kawin sehingga tidak mudah tergoda dan terlena.
“Escanor. Kita berasal dari bangsa yang berberda. Vampir dan Serigal adalah musuh bebuyutan yang tidak akan pernah bersatu. Diantara kita hanya ada dendam dan benci,” ucap Lovetta.
“Itu semua benar, tetapi kamu berbeda Lovetta. Aku mencintai kamu dan kita akan bersama sebagai vampire abadi.” Escanor tersenyum.
“Tidak akan pernah!” bentak Lovetta.
“Lepaskan aku!” Lovetta berontak dan berusaha melepaskan diri. Wanita itu mengeluarkan tarik dan cakar untuk melakukan perlawanan.
“Arrrgh.” Escanor merasakan perih pada leher dan lengannya.
“Kamu sangat ganas.” Escanor menatap Lovetta yang telah terlepas dari cengkramannya. Darah hitam mengalir dari lengan dan leher.
“Aku bahkan sangat ingin membunuh kamu,” tegas Lovetta.
“Kenapa kamu tidak membunuhku?” Escanor menyentuh luka pada lehernya yang lambat untuk sembuh. Dia merasa aneh begitu juga dengan Lovetta.
“Kenapa luka ini masih mengalirkan darah?” Escanor melihat cairan hitam pada jari-jarinya.
“Aku merasa sangat lemah, tetapi kenapa luka itu bahkan tidak bisa disembuhkan Escanor?” Lovetta memperhatikan Escanor yang sedang berusaha menyembuhkan lukannya.
“Apa yang membuat kamu semakin kuat?” Escanor tersenyum dan menatap pada Lovetta.
“Aku tidak tahu.” Lovetta merasakan tubuhya semakin lemah. Dia segera berlari meninggalkan Escanor.
“Lovetta! Tunggu!” teriak Escanor kesal.
“Kenapa? Bagaimana bisa?” Escanor terduduk di batu.
“Terakhir, luka cakarnya langsung sembuh dengan cepat. Apa terjadi perubahan dan peningkatan kekuatan?” Escanor menyentuh pergelangan yang pulih dengan sangat lambat. Darah hitam pekat itu mulai mongering dan luka menutup perlahan.
“Aku harus kembali ke kamar dan menghisap darah.” Escanor menghilang dan langsung berada di dalam kamarnya. Dia menyapa pelayan darah yang dengan suka rela digigit serta dihisap oleh pria tampan itu.
“Pelayan!” teriak Escanor dari depan pintu kamar. Dia merasa sangat lemah dan lapar karena banyakya darah yang keluar.
“Ya, Tuan.” Seorang pelayan dengan pakaian terbuka berdiri di depan Escanor.
“Wanita rendahan!” Escanor menarik tangan pelayan masuk ke kamar. Dia menggigit dengan kasar penuh emosi sehingga memberikan rasa sakit yang tidak terkira. Wanita itu berteriak memekakan telinga.
“Diam!” Escanor memukul tengkuk leher pelayan. Dia mengigit dengan sangat brutal dan menghisap darah wanita itu hingga kering. Tubuh yang segar telah menjadi pucat dengan banyak bekas gigitan.
“Menjijikan!” Escanor melempar mayat dari jendela kamarnya.
“Kenapa dia semakin menggila?” Dante yang sedang duduk di taman segera menyembunyikan mayat. Dia tidak mau membuat takut para pelayan.
“Apa yang terjadi?” tanya Collin yang melihat Dante membungkus mayat pelayan dan membawa ke penjara bawah tanah.
“Escanor sudah membunuh banyak pelayan wanita. Dia terus menghisap darah dengan ganas,” jawab Dante.
“Apa pria yang sedang jatuh cinta akan menjadi mengerikan?” Collins tersenyum.
“Itu akibat dari jatuh cinta pada wanita yang salah.” Dante tersenyum.
“Lovetta memang sangat menggoda. Wajah cantik dan tubuh yang seksi. Pria mana yang mampi menolaknya?” Collins berjalan bersama Dante kembali ke taman. Dua vampire tampan itu mendongak ke kamar Escanor.
“Dia terluka,” ucap Spike.
“Bagaimana kamu tahu?” tanya Collins.
“Aku bisa mencium darah Escanor,” jawab Spike duduk di kursi taman.
“Bagaimana dia bisa terluka? Tidak ada manusia atau makhluk apa pun yang bisa mengalahkan Escanor,” ucap Dante.
“Kamu bisa melihat cermin dari mata Escanor.” Spike tersenyum.
“Pria itu sudah memecahkan cermin ajaibku,” ucap Dante kesal. Collins dan Spike tertawa.
“Aku turut berduka.” Collins menepuk pundak Dante.
“Arrgggh!” teriakan Escanor terdengar oleh tiga bersaudara yang sedang di taman.
“Apa yang terjadi padanya?” tanya tiga pria saling pandang.
“Aku tidak berani bertanya,” ucap Collins.
“Siapkan saja pelayan darah. Itu adalah cara terbaik Escanor meluapan emosinya.” Spike beranjak dari kursi.
“Apa kamu mau tidur? Malam masih panjang.” Dante melihat pada Spike.
“Aku akan mau minum dan bercinta. Masih ada banyak perawan di kamar rahasia.” Spike mengedipkan matanya.
“Hah, apa dia akan menikahi salah satu dari tawanan itu?” Danter tersenyum.
“Tidak akan. Spike lebih tertarik gonta-ganti pasangan,” jawab Collin.
“Di mana Lestat?” tanya Collin.
“Di ruang baca. Dia sangat suka berada di sana.” Collins tersenyum.
“Pria lembut, tetapi mengerikan.” Danter tertawa.
“Apa yang kalian tertawakan?” Escanor telah berdiri di hadapan Dante dan Collins. Pria itu bisa datang dan pergi sesuka hati tanpa ada yang tahu.
“Menertawakan Lestat yang sangat suka berada di ruang baca,” jawab Dante.
“Hm.” Escanor berjalan menuju ruang baca yang berada tidak jauh dari taman. Dia ingin berbicara dengan Lestat yang lebih bijaksana dan terbuka ketika ditanya.
“Ada apa?” tanya Lestat ketika melihat Escanor berdiri di depannya.
“Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan Lovetta?” Escanor duduk di depan Lestat.
“Apa kamu benar-benar mencintainya dan bukan karena hanya nafsu sesaat?” Lesta melepaskan buku yang dibaca. Dia menatap Escanor.
“Aku tidak tahu, tetapi aku mau dia terus berada disisiku dan bukan pria lain,” jawab Escanor.
“Dengan kekuatan yang kamu miliki tidak ada yang tidak bisa dilakukan, tetapi Lovetta juga memiliki kekuatan yang tidak biasa,” jelas Lestat.
“Aku sudah menyelidiki asal usul Lovetta yang membuatnya istimewa. Dia memiliki darah para penyihir dan peri. Itu yang membuatnya semakin cantik dan tentu menggoda, ditambah dengan jiwa pemburu dari Serigala. Dia termasuk keturunan campuran. Itu yang membuat para penyihir mengurung diri di akademi. Mereka tidak mau bertemu dengan Serigala,” lanjut Lestat.
“Bagaimana dengan vampire dan Serigala?” tanya Escanor lagi.
“Tidak masalah, jika kamu bisa mengubahnya menjadi bangsa yang sama dengan kita,” jawab Lestat.
“Jika kamu mengubahnya menjadi vampire berarti kamu tidak akan pernah bisa menghisap darah dengan cinta.” Lestat tersenyum.
“Aku ingin melakukan itu, tetapi sepertinya tidak mudah. Makan dan bercinta secara bersamaan dengan suka rela. Ini tidak mudah.” Escanor berdiri dan berjalan menuju jendela besar. Dia melihat langit yang dipenuhi bintang. Angin bertiup kencang dan awan hitam mulai menyembunyikan cahaya terang.
“Sepertinya akan hujan badai,” ucap Escanor.
“Kenapa cuaca bisa berubah dengan tiba-tiba? Alam sedang tidak bersahabat akhir-akhir ini.” Lestat melihat keluar.
“Akademi sihir sedang dalam masalah. Bien sang pewaris Penyihir Agung kehilangan kesuciannya di hari penobatan.” Dante memilih buku.
“Manusia suci pun bisa tergoda pada seorang wanita.” Escanor tersenyum.
“Pria itu yang telah dinodai dalam mimpi erotis. Dia bahkan tidak mengenali wanita yang mendatanginya setiap malam,” jelas Dante.
“Bagaimana kamu bisa tahu sedetail itu?” Escanor menatap Dante.
“Aku punya banyak mata-mata dan anak buah.” Dante tersenyum.
“Dan kamu bahkan mampu mengikuti mataku.” Escanor memberikan kilatan penuh amarah pada Dante.
“Aku sudah minta maaf dan kamu telah memecahkan cerminku.” Dante mengalihkan pandangan.
“Aku tidak mau kalian melihat Lovetta dan jatuh cinta padanya,” tegas Escanor.
“Aku mau kita melakukan penyerangan pada kawanan Serigala,” ucap Escanor.
“Lakukan di bulan purnama. Mereka berkumpul di gunung bersalju.” Lestat merapikan buku bacaan ke lemari.
“Mereka memiliki pelindung,” ucap Escanor.
“Sebelum mereka memasuki kawasan pelindung. Lakukan penyerangan dalam perjalanan,” jelas Lestat.
“Kamu memang bisa diandalkan.” Escanor tersenyum.
“Aku serahkan pimpinan pasukan pada kamu,” lanjut Escanor.
“Bulan purnama akan datang dengan mudahnya dan aku akan terus berusaha untuk bertemu dengan Lovetta setiap malam.” Escanor tersenyum.
“Dia benar-benar jatuh cinta pada putri Serigala itu.” Dante memperhatikan Escanor.
“Sudah berapa kali kamu mengatakan kalimat itu?” Lestat melihat pada Dante.
“Aku juga tidak tahu. Rasanya masih tidak bisa dipercaya.” Danter tersenyum.
“Matahari sudah hampir terbit. Aku akan pergi tidur.” Danter keluar dari ruang baca.
“Lestat, persiapkan semuanya dengan sempurna.” Escanot menghilang dan kembali ke kamarnya. Pria itu membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia merebahkan tubuh di kasur dan memainkan rambut Lovetta yang ada di dalam laci meja.
“Kenapa aku tidak bisa melakukan apa pun pada rambut ini?” Escanor mempehatikan lambut Lovetta yang mulai kusam.
“Kenapa?” Escanor menyadari perubahan pada rambut itu.
“Apa yang terjadi?” Jari-jari Escanor menggenggam kuat helaian halus berwarna hitam pekat dan berkilau.
“Kamu bahkan tidak mengizinkan aku memiliki rambut ini.” Escanor beranjak dari tempat tidur dan memasukan rambut Lovetta ke dalam wadah kaca dan menutupnya rapat.
“Kamu akan menjadi milikku, Lovetta. Aku tidak peduli jika harus membunuh semua kawanan Serigala dan hanya menyisakan kamu seorang.” Escanot tersenyum penuh kebencian. Dia melihat leher bekas cakar Lovetta yang mulai sembuh.
“Kamu berani melukaiku. Aku pastikan luka ini akan terbayar dengan kehidupan yang lebih menyakitkan.” Escanor meraba lehernya dan menghempaskan tubuh di atas kasur.
“Lovetta, hadirlah dalam pelukanku.” Sang pangeran Vampir memerjamkan mata dan terlelap dalam senyuman.
Lovetta berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamarnya. Dia melihat kuku yang telah melukai Escanor dan terduduk di kursi. Wanita itu sudah berganti pakaian dan siap tidur di pagi hari, tetapi dia masih berusaha mencari tahu kekuatan lain yang dimilikinya yang mampu menguras tenaga dan membuatnya menjadi lemah dengan mudah.
“Apa yang terjadi padaku? Apa aku benar-benar sedang hamil bayi laki-laki sehingga dia menyerap semua kekuatanku dan menggantikan dengan kekuatan lain?” Lovetta meraba perutnya.
“Aku harus bersembunyi agar bisa melahirkan bayi ini dengan selamat.” Lovetta mengusap perutnya dengan lembut.
“Sebaiknya aku tidur untuk memulihkan diri dan pergi ketika hampir sore.” Lovetta naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuh di atas kasur empuk. Dia mengubah diri menjadi wujud Serigala agar bisa melindungi bayinya.
Terlelap dengan mudah karena wanita itu sangat lelah. Dia bisa merasakan tenaganya yang terkuras habis hanya dengan berlari cepat dan sering mengubah diri dari wujud Serigala dan manusia. Matahari semakin tinggi dan tidur Lovetta semakin nyenyak. Cahaya hangat memberikan kenyamanan padanya karena mereka memang makhluk malam.