60. Unbelievably Connection

1629 Words
Goo Hae Young berlari keluar saat bilik kecil yang ia tumpangi dari lobi, tiba di lantai 101. Mendapati Kim Jang Mi berdiri di depan pintu unit 08, membuat Goo Hae Young mempercepat langkah kakinya. Kecemasan tergambar jelas pada wajahnya juga embusan napas panjangnya. Tidak menampik jika jantung Hae Young bertalu dengan kencang sedari tadi. “Nyonya Choi.” Kim Jang Mi menyapa sambil membungkukkan badan. Hanya tepukan tangan yang diberikan Goo Hae Young pada punggung Jang Mi dan wanita itu melesat ke dalam ruangan. “Yong Do!” teriak Hae Young. Desahan napas panjang kembali diembuskan Goo Hae Young sewaktu ia memutar wajah. Mendapati dua anak remaja tengah duduk di atas lantai dan Goo Hae Young segera mengambil langkah menghampiri mereka. “Yong Do.” Panggilan itu membuat Choi Yong Do memalingkan wajah. Ekspresi sendunya tak bisa disembunyikan membuat sang ibu lemas seketika. Goo Hae Young menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh dua remaja tersebut. “Bu, tolong.” Dua kata barusan keluar di antara suara yang bergetar. Membuat Goo Hae Young bisa langsung mengetahui seberapa gamang putranya saat ini. Goo Hae Young mengangguk. Memutar pandangan kepada si gadis yang tampak tak sadarkan diri dengan kedua mata yang terbuka. Bagai seseorang yang telah kehilangan jiwanya dan memang sepertinya begitu. Kening Hae Young mengerut secara lambat, begitu juga dengan tangan kanannya yang tampak bergetar menjangkau lengan Park Yiseo. “Yi- Yiseo,” panggil Goo Hae Young. “Aku sudah melakukannya ratusan kali, kupikir. Namun, tak ada satu pun panggilanku yang berhasil menyadarkannya,” ucap Young Do. Pria muda itu memalingkan wajahnya pada sang ibu dan kembali berucap, “Bu, kumohon lakukan sesuatu.” Sambil mengulum bibirnya, Goo Hae Young mencoba untuk menganggukkan kepala. Dia kembali memutar wajahnya pada Park Yiseo lalu tatapannya turun menatap tangan Yiseo yang dipenuhi tanda merah bekas cambukan. Seketika mulut Goo Hae Young terbuka dan bola matanya melebar. “Ya Tuhan,” gumam Hae Young. Reaksi yang sama persis seperti yang ditunjukan Choi Yong Do sebelumnya. Wanita itu menelan ludahnya. “Apa yang terjadi padanya?” Mulut Choi Yong Do terbuka dan menggagap, “Ak- ak- aku tidak tahu, Bu. Aku tidak dizinkan masuk sampai kedua orang tuanya keluar dan saat mereka pergi, aku menemukan Park Yiseo dalam keadaan seperti ini. Tangannya dingin sedari tadi, Bu. Demi Tuhan, katakan padaku kalau dia baik-baik saja.” Goo Hae Young terdiam. Memandang selapis bening yang menutupi sepasang netra cokelat milik putranya. Dia sendiri tak pernah melihat Choi Yong Do begitu khawatir, getir dan gamang seperti saat ini. “Bu!” Dan panggilan itu menyadarkan Goo Hae Young. Ia menggoyangkan kepala. Menelan ludah, berusaha mengontrol perasaan emosionalnya dan kembali membawa fokusnya pada Park Yiseo. “Yong Do, angkat dia,” kata Hae Young. Bergegas Choi Yong Do bangkit dari atas lantai. Dia dan ibunya berusaha menarik tubuh Park Yiseo dan mendudukkan gadis itu di atas ranjang. “Ya Tuhan, tangannya sedingin es,” gumam Hae Young. Wanita itu mengambil tempat, memposisikan tubuhnya di depan kedua lutut Park Yiseo. Sementara Choi Yong Do berdiri di samping ibunya. “Yiseo, Yiseo, kau mendengarku?” panggil Hae Young. Tak mendapat jawaban, ia pun menepuk-nepuk pipi Yiseo. “Bu, bisakah kau katakan padaku mengapa dia seperti ini? Apakah dia sadar, apakah dia mengalami delusi?” tanya Yong Do terus-menerus. “Entahlah, Ibu bukan psikiater,” kata Hae Young. “Kalau begitu kita bawa dia ke rumah sakit. Atau, bisakah Ibu meminta seorang psikiater untuk ke sini? Serius, aku sangat takut, Ibu.” Goo Hae Young mendesah panjang, lantas menoleh. “Tenanglah. Mungkin Ibu bisa membantunya,” kata Hae Young. “Kalau begitu lakukan,” ucap Young Do sambil menunjuk Park Yiseo dengan tangannya yang terbuka. “Ya, tapi bisakah kau diam dan tidak membuatku panik?” Untuk sekelebat, Choi Yong Do terdiam. Perlahan-lahan ia menurunkan tatapan. “Aku sudah panik sejak tadi,” gumam Yong Do. Goo Hae Young kembali memutar wajahnya menatap Park Yiseo dan ia mengangguk wajah gadis itu dengan kedua tangannya. “Yiseo,” panggil Hae Young. Ia kembali menepuk-nepuk pipi Yiseo, tetapi gadis itu masih tidak merespon. Goo Hae Young mulai takut, jika ini dibiarkan lebih lama pasti akan sangat fatal pada kondisi mentalnya. “Bu, apa … dia … epilepsy?” tanya Yong Do begitu saja. Goo Hae Young menggeleng. “Tidak,” kata wanita itu. Ia terus menepuk pipi Yiseo. “Ada sesuatu yang membuatnya seperti ini. Dilihat dari kekerasan yang ia terima, mungkin saja Park Yiseo menahan rasa sakitnya. Namun, aku tidak mendapatkan sesuatu untuk bisa menjelaskan bagaimana kondisinya bisa seperti ini karena aku tidak melihat kejadiannya,” ujar Hae Young. “Tapi, apakah itu berpengaruh pada kejiwaannya? Maksudku, dia tidak sadarkan diri dengan mata terbuka. Aku sangat takut.” Goo Hae Young memutar wajahnya. “Aku juga takut, Yong Do. Ini di luar pengalamanku,” ujar Hae Young. “Kalau begitu ayo. Kita bawa dia ke rumah sakit. Aku sangat takut,” kata Yong Do. Membuat sang ibu berdecak kesal. “Kita tak bisa sembarangan membuat keputusan, apalagi pada Park Yiseo.” Choi Yong Do berdecak kesal. Memutar tubuh sambil mengusap rambutnya dengan kasar. “Arrgh!” Pria muda menggeram. Napasnya berembus kasar dan dengan cepat tubuhnya berputar menghadap ibunya. “Aku tidak habis pikir dengan orang tuanya. Tega sekali mereka menyiksa Park Yiseo.” “Yong Do, can you please shut up?!” desis Hae Young. Wanita itu merogoh sesuatu dari dalam saku celananya. Para dokter sering menyimpan alat medis di dalam pakaiannya dan untuk saja Goo Hae Young membawa penlight. Wanita itu langsung mengarahkan benda tersebut ke pupil mata Park Yiseo sementara tangan kirinya melebarkan kelopak mata Yiseo. Bertahan selama beberapa detik dalam posisi seperti itu sampai ia selesai memeriksa kedua mata Yiseo. Goo Hae Young menegakkan badannya. Kening Choi Yong Do mengerut. Ia tak berucap apa-apa selain kedua kakinya yang melangkah mendekati ibunya. Saat itu juga Goo Hae Young memutar tubuhnya ke samping. “Panggil dia,” kata Hae Young. Choi Yong Do mengerutkan keningnya, membuat sang ibu berdecak kesal. “Pegang wajahnya, dan panggil dia.” “Aku sudah melakukannya sejak tadi ta-“ “Lakukan sekali lagi!” tandas Hae Young. Choi Yong Do kembali melepaskan napas panjangnya dan pria itu memutar wajah lambat-lambat. Goo Hae Young melangkah ke samping sehingga putranya bisa menggantikan posisinya. Berdiri di depan tubuh Yiseo. “Pegang wajahnya,” kata Hae Young sekedar mengingatkan. Choi Yong Do terdiam. Menatap sepasang manik hitam tak bernyawa di depannya. Lelaki muda Choi itu menarik napasnya dalam-dalam, dan mengembuskannya panjang bersamaan dengan tangan yang mulai memanjat. Menaruh telapak tangannya pada kedua sisi wajah Yiseo. ‘Jika aku benar kali ini, maka aku akan percaya pada tahayul,’ gumam Goo Hae Young. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita itu, tetapi sekarang dia merasa sangat gelisah. “Young Do,” panggil Hae Young. “panggil namanya dengan suara tenang. Fokuskan pikiranmu hanya padanya. Anggap saja kalian sedang berada di dalam labirin dan kau sedang berusaha mencari Park Yiseo. Jika bisa, tutup matamu.” Choi Yong Do mengangguk. Perlahan-lahan menutup matanya. Insting mendorong pria itu sehingga tanpa disadari, wajahnya mulai bergerak maju sampai dahinya menempel pada dahi Yiseo. Sekali lagi Choi Yong Do menghela napasnya. Berusaha mengosongkan pikiran dan dalam rungunya hanya terdengar suara degup jantung. Butuh beberapa detik bagi Choi Yong Do. Dia sangat membutuhkan konsentrasi. Mengikuti instruksi sang ibu, masih dalam posisi menahan napasnya. Kali ini, Choi Yong Do mulai menghitung sambil membayangkan wajah Park Yiseo. Mengingat setiap kejadian yang pernah mereka lalui bersama dan berharap jika dia bisa mengembalikan kesadaran gadis di depannya. “Yiseo ….” Suara itu mengalun sangat pelan. Gelombangnya stabil. Menandakan jika Choi Yong Do berhasil mengalahkan perasaan emosionalnya. “Keep calling Yong Do,” bisik sang ibu. Melihat apa yang sedang terjadi di depannya, seketika membuat Goo Hae Young bergidik. Sampai-sampai ia mulai menonjok-nonjok bibirnya dengan kepalan tangan. “Keep calling.” Goo Hae Young terus bergumam. “Yiseo … Yiseo-ssi, dengarkan aku. Aku di sini. Jangan takut. Tidak ada yang akan menyakitimu. Aku di sini. Kemarilah. Yiseo. Lihat aku.” Goo Hae Young menurunkan tatapannya. Bola mata wanita itu membulat saat melihat gerakan dari jari Yiseo. “Keep calling, Yong Do. Dia mendengarkanmu,” ucap Hae Young. “Aku di sini, Yiseo. Kemarilah. Di mana pun kamu, ingatlah aku. Choi Yong Do. Kita teman, bukan? Kumohon, kembalilah pada temanmu yang payah ini. Aku membutuhkanmu. Sadarlah.” Melihat gerakan jemari Yiseo yang terus menunjukan jika dia mulai menangkap energi yang dikirimkan Choi Yong Do, membuat Goo Hae Young tertawa, tetapi matanya malah menitikan sebulir air bening. “Teruskan, Yong Do,” ucap Hae Young. Terus memberi perintah. “Yiseo-ah, aku … aku di sini. Aku di sini. Bangunlah.” “Scream!” titah Hae Yong. Seketika Choi Yong Do membuka kedua matanya. “YISEO …,” teriaknya. “HAH!” Embusan napas itu keluar dari mulut Yiseo. Tubuhnya terlempar ke arah Yong Do membuat pria itu langsung memeluk tubuh Yiseo. “Oh, thank God!” Goo Hae Young bergumam sambil menutup mulutnya. Ia tak menyangka jika ini akan berhasil. Wanita itu menitikan air mata, melihat bagaimana dua remaja di depannya saling berpelukan. “Yiseo, oh ya Tuhan.” Choi Yong Do terus bergumam. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasa sangat lega. Mendengar napas berat yang terus berembus dari mulut Yiseo. Gadis itu memeluk lengannya dan tubuhnya bergetar. Tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari bibir Park Yiseo. Namun, getaran di tubuhnya sanggup memberitahu jika dirinya benar-benar ketakutan. Bahkan sampai saat ini, ia belum benar-benar pulih. “Kau kembali,” gumam Yong Do. Didorong oleh instingnya, lelaki muda itu memberikan kecupan pada puncak kepala Yiseo. Semua itu membuat Goo Hae Young tersentuh. Ia memandang mereka penuh takjub. ‘Ya. Dan saat ini aku percaya jika kalian benar-benar telah terikat oleh takdir,’ batin Hae Young. __________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD