When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aleeza sudah hilang dari pandangannya, namun senyum tipis Vano tidak juga luntur. Melihat senyum tertahan Aleeza tadi, menyakinkan Vano kalau gadis itu sebenarnya sedang kesal. Yah, wajar sih, dulu ia juga pernah berhadapan dengan situasi seperti tadi dan ia juga kesal saat dosen perempuannya mengerjainya. “Van, kamu dengerin aku kan?” Zenia yang kembali bercerita tentang film barat yang ia tonton kemarin malam lantas bertanya kepada Vano saat pria itu hanya diam dan melamun. Vano tersadar. Ia kemudian tersenyum lembut menatap Zenia yang tampak kesal. “Iya, Zen. Aku dengerin kok,” sahutnya dan Zenia kenbali tersenyum senang. “Van, kalo boleh tau mahasiswi tadi siapa, sih?” Zenia sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan wanita yang mencoba-coba mencari perhatian Vano karena ia tahu pria