"Rush... sakit." Samar-samar aku mendengar suara wanitaku merintih kesakitan, namun suaranya terlalu jauh dan belum cukup membuat aku terbangun dari mimpi kecilku tentang dirinya. Suara panggilan yang penuh dengan rasa sakit itu pun berulang hingga akhirnya membuatku membuka mata. Benar-benar membuka mata. Disanalah aku melihat istriku sedang terkapar di lantai, tepat di depan meja rias miliknya. Hal tersebut kontan membuat aku bangkit berdiri dan duduk berhadapan dengannya. Wajah berpeluh, dan pucat. Laura terus memegangi perutnya . Sungguh aku baru bisa memahami situasi setelah wanitaku ini kembali merintih. "Sakit..." lirih Laura. Kepanikanku bertambah ketika dia kembali merintih. Kenapa tidak bisa berpikir disaat-saat seperti ini?! "A-aku harus bagaimana, Laura?" Tanyaku tergaga
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books