Aku terbangun di pagi harinya, ruangan putih yang sama seperti 3 tahun lalu. Yang berbeda hanyalah ada Clayton di sini. Clayton menemaniku setelah kejadian di kantor kemarin.
"Kau sudah bangun?" tanya Clayton yang sekarang duduk di tepi tempat tidur rumah sakit yang sempit ini.
Aku hanya diam.
"Aku menakutimu lagi, ya?" Aku masih tak menjawab. Ingatanku 3 tahun lalu kembali menyeruak di udara, benar-benar menyesakkan.
"Maafkan aku, waktu itu-"
"Pergilah." Kataku lirih, "Tidak puas 'kah kau sudah membuat anakku tak sempat melihat dunia?"
Clayton terkejut mendengar yang aku katakan.
"A-Apa maksudmu? Anak siapa?" tanya Clayton gugup bercampur bingung.
Pelupuk mataku sudah dipenuhi air mata, rasanya tak sanggup mendengar apapun yang dia ucapkan.
"Siapa kau sebenarnya Clayton Dover? Siapa orang yang selama ini aku cintai? Kenapa aku bisa terjebak diantara orang-orang sepertimu? Bahkan aku tak pernah menyadari jika semua ini adalah campur tanganmu!"
Pria di depanku ini memberikan tatapan menyesal. "Maafkan aku, aku tak bermaksud ikut campur dalam hidupmu. Aku hanya ingin membuatmu tetap aman dibawah pantauanku.Aku terlalu mencintaimu, Laura." Katanya lembut.
Aku menepis jauh-jauh pemikiran untuk mengasihani Clayton meskipun dia menangis di hadapanku.
Batinku terus berteriak untuk pergi jauh dan melupakan dia. Dia adalah pembunuh anakku. Satu-satunya keluarga yang mungkin akan aku miliki.
"Aku akan pergi jika kau tak ingin pergi. Jangan pernah temui aku lagi, di manapun tempatku berada. Aku tak segan-segan akan memasukkanmu ke dalam penjara lagi!" ancamku padanya.
Clayton memberikanku tatapan memohon miliknya. Tatapan yang selalu membuatku luluh. Tatapan yang selalu dia keluarkan ketika mengajakku bercinta.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Laura. Aku akan ada di tempat kau berada." Katanya lagi.
Aku mendengus dan mengalihkan pandanganku ke arah lain, "Baiklah. Jika kau benar-benar mencobanya Clayton. Aku berani bersumpah!" ancamku lagi.
Namun sepertinya Clayton tak pernah mendengar ancamanku. Yang dia lakukan malah menggenggam tanganku erat.
"Aku mencintaimu, Laura!"
Aku tertawa renyah meremehkan, "Kau menyakitiku, Clayton. Bahkan kau berubah menjadi pengecut setelahnya. Kau kabur."
Matanya membulat tak percaya dengan ucapanku, "Aku bukan pengecut! Saat itu-"
"Akui saja, Clay. Kau seorang b******n tak bermoral."
Plak.
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kananku. Lagi-lagi dia menyakitiku.
Saat itu Clayton menatap nanar pada telapak tangannya yang menjadi saksi jika laki-laki ini menyakitiku lagi.
Clayton Dover atau Clayton Gomery kembali menyakiti Laura Hardjojo.
"Pergilah." Lirihku sambil menahan tangis.
"Aku mencintaimu, Laura."
"PERGILAH!"
***