14

1045 Words

14 "Set ...eh maap gue ... saya pikir si setan eh maap lagi si Pandu." Suara Sesil yang awalnya nyaring tiba-tiba saja terdengar lebih rendah dan gugup saat tahu di dalam ruang kerja Pandu ada Abimanyu yang duduk sambil memegang gawainya, Abi tersenyum dan menyilakan Sesil duduk. "Kak Pandu masih ke ruang direktur kayaknya, tadi ada sekretaris direkturnya ke sini, duduk aja Mbak." "Maap, gue ... eh saya bukan mbak-mbak." "Lah kan cewek masa saya manggil mas." Abi menahan tawanya saat Sesil masih saja berdiri dan canggung. "Maksudnya saya bukan mbak-mbak yang jual nasi pecel di depan." Abi tertawa dengan suara pelan. "Saya manggil Mbak kan karena saya menghormati Anda karena Anda wanita, bukan berarti mbak-mbak yang jualan atau yang bantu-bantu di rumah, iya dah saya panggil Anda Se

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD