BABAK WOLU (8)

1241 Words
Queeny pov Lola membelalakkan matanya, sesaat kemudian gadis itu tertawa ngakak.  Uh, gak sopan bingitz!  Beraninya dia tertawa diatas penderitaan gue!  Gue pun melotot garang. "Ups sorry Queen.  Secara cerita lo lucu banget!  Wow hebat bener si Udin sampai bisa bikin Queeny Wijaya, sang pecinta kebebasan, takluk tak berkutik!" "Bahasa lo yang enak dikit napa, La.  Gaje banget deh. Gue curhat pengin dibantu cariin solusi, eh lo malah ketawain gue!" omel gue. "Solusi apaan? Yah lo tinggal nikahin dia lah. Lo kan mesti tanggung jawab Queen," goda Lola usil. "Berani mati, lo!  Najis tau gue merit ama dia!  Jadi selevel ama babu sebelah kosnya dong gue!" Gue jadi teringat si Bapak yang super pikun, dia sering menganggap gue babu sebelah kos.  Terhina banget, gue! Lola tertawa ngikik.  Ck, dia mirip Mak Lampir saja. "Sobat lo depresi tingkat dewa gini lo malah ketawa~tiwi," gerutu gue sebal. "Oke serius, tiap hari yang lo bicarain sekarang cuma Udik mulu.  Wait jangan protes dulu! Lo cerita Udik begini-begitu, Simbok kayak gini, Bapak yang pikun akut, intinya lo kehilangan jati diri lo, Queen. Lo terlalu asik, tenggelam ama urusan lo di keluarga kampungan itu." Iya juga sih.  Gue sampai lupa dengan diri gue yang dulu.  Dan sudah sebulan ini gue tak punya lover of the month!  Gue baru menyadarinya. "Lover of the month!" pekik gue riang. Jadi bangkit pemuda-pemudi, eh semangat gue! "Iya, eh bukan itu maksud gue!  Lo mesti arahkan hidup lo ke hal lain selain si Udik and family. Misalnya cari kegiatan yang menantang," terang Lola. "Gue mesti cari lover of the month yang menantang ya?  Siapa target gue yang menantang?" Lola memandang gue tak setuju, tapi gue terlanjur panas.  Ibarat ketel air gue telah mendidih,  salahkan Lola yang menyalakan kompornya! Pandangan gue kemudian terfokus pada sesosok pria dengan tampilan gagah, modis namun berwibawa. "Pak Andrew!"  Tak sadar gue menjentikkan jari gue. "Gila lo, Queen!! Ingat itu dosen wali lo!" jerit Lola agak histeris. "Lah itu kan menantangnya!  Gue akan menjadikan dia milik gue dan akan gue bawa dia ke bokap sebagai calon gue.  Itu untuk menggagalkan pernikahan gue sama si Udik hina dina itu. Yang penting buat Bokap, kan, gue menikah sama laki baek~baek.  Bukan dengan berandalan yang selama ini dia pikir menjadi lover of the month gue.  Kini gue akan mencari sendiri calon gue, laki baek nan alim, Pak Andrew tersayang!  Trada, solusi yang luar biasa!  Thanks buat ide lo say." "Your welcome ... heh bukan gue!  Itu ide konyol lo sendiri, Queen," ralat Lola. "Waktu gue cuma sebulan, La.  Sebelum gue terpaksa menikah dengan makhluk hina dina itu." Lola melongo ngedengerin ucapan gue. "I can't believe it. You're crazy girl!" Ya, gue sudah gila, kali, berkat ulah Papa and kroni~kroninya, maksud gue keluarga si Udik itu.  Mereka yang menyebabkan gue mengambil tindakan nekat ini! "La, gue gak mau buang~buang waktu. Mumpung ada target buruan gue, gue cabut dulu ya!" Tanpa menghiraukan protes Lola, gue segera berlari menghampiri dosen kesayangan gue. "Pak Andrewww!" teriak gue manja. Pak Andrew spontan menoleh, wajahnya masam melihat gue. "Saudara Queeny, ingat ini kampus.  Bukan pasar apalagi kebun binatang!" sindirnya tegas. "Ya tahulah gu .. saya, Pak.  Masa saya lupa ingatan?  Tapi sesaat tadi sempat lupa diri, secara melihat Bapak ganteng begini." Rayuan pulau kelapa bait pertama mulai gue luncurkan.  Wajah Pak Andrew semakin  masam.  Duh, kok tambah mengemaskan. "Bapak punya cermin?" "Buat apa?!" ucapnya dingin. "Coba Bapak sesekali bercermin saat cemberut begini.  Tambah guanteng, Pak!" Bait kedua, tapi sepertinya rayuan gue belum mengena di hati.  Sabar Queeny, semangat berjuang buat masa depan lo! "Saudara Queeny Wijaya, daripada melakukan hal~hal menjijikkan begini lebih baik anda buka teks book anda.  Belajar!  Tiga minggu lagi Final Test dan saya tak ingin anda gagal lagi di mata kuliah yang saya pegang.  Ingat kegagalan yang ketiga berarti anda gagal selamanya.  Selamat siang!" Masih ada hari esok...esok..esok..dan esoknya lagi.  Gue masih punya 30 hari lagi! Semangat Queeny, lo pasti bisa menaklukkan gunung es ini! Mendadak gue tersadar, ada secercah harapan untuk menaklukan Pak Andrew!  Fakta bahwa dia mengenal gue dengan baik. Dia tahu nama lengkap gue dan dia juga tahu gue mengulang tiga kali di mata kuliah yang dipegangnya. Ternyata, diam~diam dia perhatian pada gue.   ==== >(*~*)Aku rapopooooo.. Joko~ku wes pean rebut. Mbak Pini... oh ..mbak Pini.. Aku rapopooooo.. Ta serahno jokoku.. Mbak Pini ...oh ..mbak Pini.. Asalno pean tanggung jawab Aku rapopoooo.. Aku wes ora joko.. Shit! s**t! s**t! Gue langsung tahu siapa yang menyanyikan lagu dangdut terjelek sepanjang masa itu! Udiiik!  Lo sudah menghancurkan nama baik gue! "Cari siapa, Mbak?" sapa seorang cewek berbadan kekar. Dandanannya super hancur! Sudah kaki sebesar gajah masih PD memakai rok mini ungu!  Atasnya dia memakai tanktop kuning mencolok yang size-nya kekecilan dua nomor, sehingga lemaknya membedah kemana~mana.  Ih, jijay.  Sudah begitu rambutnya dikuncir lima, poninya dipasang rol rambut, terus dia memakai make up menor yang bukannya membuat dia makin cantik tapi malah menyebabkan dia cocok ikut film horor. Tapi sebagai setannya! "Lo, tolong panggil Udik..eh Udin.  Suruh dia keluar sekarang juga!" perintah gue tanpa basa~basi. "Situ siapa?" Cewek aneh  itu balik bertanya sinis. "Kepo lo, urusan apa sama lo?!" bentak gue. "Lho ya urusan aku, Mbak!  Sapa wae yang mau ketemu Mas Udin yayangku harus ta selepsih.  Opo maneh cewek gak jelas model pean ngene!" Melihat gelagat begini, jangan~jangan orang ini adalah babu sebelah kos Udik yang kabarnya naksir Udik mati~matian!  Makhluk semacam ini yang disamakan Bapak sama gue??  Hoek! Mau muntah, gue. "Lo siapa?" ketus gue. "Kenalkan aku Mia van Houten, calon bini Mas Udin yayang." Mendadak gue punya ide, dia bisa gue jadikan sekutu gue untuk menggagalkan pernikahan gue.  Gue tersenyum ramah padanya. "Kenalin gue Queeny.  Gue sering dengar cerita tentang lo dari Udin.  Sepertinya si Udik eh Udin sangat mengagumi Mbak Miah ya." Wajah Miah sontak berseri~seri, sikapnya tak lagi bermusuhan. "Ohya? wah didepanku dee jual mahal, ternyata di belakangku.. Tunggu! Pean iki sapa? sapane Mas Udin yayang?" "Gue ini bossnya laki lo, si Udin!" "Oalah Bu Boss.  Nggih, matur nuwun pean datang sini Bu Boss." Sikapnya langsung berubah hormat. "It's oke, Miah.  Now, bisa lo panggilin si Udik..eh Udin?" "Nggih, Bu Boss, tapi mumpung pean disini.  Miah mau nanya, Bu Boss kenal sing namae Mbak Pini?" Nah lo!  Gue mencium ada masalah disini. "Enggak!" bohong gue. "Pengin ta bikin perkedel wae wong iku!  Beranine dee ngambil keperjakaan Mas Udin yayang.  Iku hakku Bu Boss!!  Iku hakku!!" Miah berteriak penuh emosi.  Seakan telah mendendam kesumat tujuh turunan.  Duh, jangan sampai dia tahu bahwa gue adalah yang dimaksudnya ‘Mbak Pini’ itu! Tapi sepertinya keberuntungan belum berpihak pada gue.  Di saat kritis begini, si Udik justru muncul dan dengan polosnya bertanya, "Sarimi, kowe ngomong mbek sopo?" Lantas Udik menyadari kehadiran gue dan dengan mata berbinar~binar dia teriak, “Mbak Pini! Mbak Pini kangen aku, yo? kok sampek jemput aku ndek kene!" Gue sontak mendapat tatapan mematikan dari Miah, eh Sarimi. Bukan hanya itu, mendadak ia menyerang gue! Menjambak rambut gue dengan tenaga bisonnya!    ==== >(*~*) Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD