Dean menyadari dia telah berbuat kesalahan. Tak sengaja dia menampilkan karakter aslinya!
Bagaimana mungkin Dean yang perfeksionis melakukan kesalahan sefatal ini? Tapi kejadian tadi sungguh di luar dugaannya hingga saat itu emosinya yang berbicara. Tentang Queeny yang mengerjainya .. oke, itu masih bisa di tolerir. Dia masih bisa bermain apik disana. Menghadapi cecunguk~cecunguk itu tak masalah baginya. Dia adalah pemain judo dan tae kwondo level atas, menghadapi preman~preman keroco seperti itu amatlah mudah. Tapi saat dia menangkap gelagat tak menguntungkan buat Queeny, dia segera menyudahi permainannya. Secepat kilat dia merobohkan lawan~lawannya dan mengikuti Queeny dengan pimpinan preman itu.
Benar saja firasatnya! b******n itu hendak memperkosa Queeny. Mendadak Dean gelap mata, ia lupa dengan perannya sebagai Udin anak kampungan yang norak abis!
==== (*~*) ====
Queeny pov
Sejak peristiwa itu, gue sempat bolos kuliah selama seminggu. Gue malu bertemu si Udin. Bagaimana tidak malu, gue yang ingin mengerjai Udik .. akhirnya justru dia yang menolong gue. Gue memang jahat.
Bule sudah menjelaskan ke gue kalau preman sewaannya salah nongkrong di gang lain. Alhasil yang gue temui adalah preman asli yang berniat memperkosa gue! Gue sebel sekali pada Bule, jadi gue putuskan dia. Niat gue untuk menjadikannya Lover of the month yang kedua kali, gue batalkan secara sepihak.
Semingu gue di rumah, tak berbuat apapun, membuat gue banyak berpikir. Juga banyak melamun. Mengapa gue jadi teringat terus pada Udik? Mampus gue. Ini namanya karma! Bagaimana mungkin makhluk udik itu menguasai benak gue? Memang dia ganteng. Ehm, jika diperhatikan lebih seksama dia sangat tampan, apalagi ketika memasang tampang cool seperti saat dia menghajar kepala preman itu. Gue tak sadar jadi terpesona.
OMG. Ini tak bisa dibiarkan berlarut~larut. Bisa hancur reputasi gue kalau ketahuan naksir makhluk senorak itu! Dia, kan, kampungan! Kere pula. Mana bisa gue bersanding dengan dia seumur hidup gue? Bisa mati merana gue. Sepertinya gue harus mulai memilih Lover of the month bulan ini. Gue tegaskan, ya .. memilih! Tanpa perlu berburu sudah banyak cowok yang mengantri ingin menjadi lover of the month gue. Tidak sombong, itu kenyataan.
Seminggu setelah membolos, gue kembali ke kampus. Dan tebak siapa yang gue temui pertama kali? Yup, tebakan kalian benar. Si Udik!
"Mbak Piniii, kuangen aku, Mbak!"
Dia berteriak sambil berlari dan mengembangkan tangannya ingin memeluk gue. Perasaan mirip adegan dalam film india. Gue berusaha mencari tameng. Gue menarik seseorang yang berada di depan gue. Alhasil orang itu yang mendapat pelukan hangat si Udik.
"Mbak Pini! kok pean ngono seh?" protes Udik manja, eh norak.
Orang yang tadi gue jadikan tameng menoleh pada gue. Dhuerr! Gue speechless. Dia dosen wali gue yang killer, Pak Andrew. Ganteng, bodi bagus tapi dingin dan jutek habis. Terutama pada gue penyandang gelar mahasiswa abadi yang diasuh olehnya!
"Nona Queeny, daripada anda melakukan hal~hal tak berguna seperti ini lebih baik anda belajar untuk memusnahkan gelar mahasiswa abadi anda!" kata si killer sebelum meninggalkan gue.
Menyebalkan sekali, dia.
"Mbak, sopo toh iku? Mbencekno puol," komentar Udik sambil melirik sebal pada Pak Andrew.
"Bukan urusan lo! Lagipula ngapain juga lo mau meluk~meluk gue? Najis tau," omel gue.
"Kangen aku, Mbak. Seminggu gak ono pean dunia sepi~pi~pi.."
"Gombal lo!" kata gue sambil memukul lengannya.
Mengapa gue mulai main pegang~pegang Udik? Ih, najis. Di lain pihak, Si Udik mengelus~elus lengannya, di tempat bekas gue memukulnya. Seakan mensyukuri berkah yang dia terima karena gue sentuh.
"Laopo mbak bolos kuliah sak minggu?" tanya Udik sambil menjejeri langkah gue.
"Gue menghindari lo," jawab gue jujur.
Si Udik pikir gue bercanda kali, dia balas memukul ringan lengan gue.
"Ih mbak Pini guyon1 ae. Serius mbak, kok bolos kuliah opoo?"
1 Bercanda
"Lo gue serius, gue malas ketemu lo!"
"Takut tresno marang aku yo?" balas Udin pede abis.
Perkataannya menohok batin gue, masa sih gitu? Arghhh! Imposible, bantah hati gue. Masa selera gue serendah itu sampai naksir makhluk senorak ini? Itu degradasi abis~abisan! Lihat saja dandanannya hari ini.. celana komprang panjang tujuh perlapan warna ungu (warna yang paling gue benci!), kemeja warna hijau pupus yang tertutup kancing hingga mencekik leher, rambut lepek licin belah tengah. Pokoknya norak habis seperti biasanya! Tapi entah mengapa wajahnya masih terlihat ganteng di mata gue.
Hadeh, sepertinya otak gue mulai korslet! Mengapa gue mulai mengakui kelebihan makhluk hina dina ini?!
Si Udik cengar~cengir menyadari gue memperhatikan penampilannya.
"Piye mbak, ganteng toh aku? Ngene~ngene di kampung aku iki idola lho mbak. Di kos iya. Mbak~mbak pembantu iku podo naksir aku. Mereka iku sampe kirim surat cinta loh."
"Siapa suruh lo cerita? gue gak pengin tau, Dik!" potong gue sebal
. Kurang kerjaan amat mendengarkan kisah cinta si Udik dengan para pembokat di kosnya!
"Yaoloh mbak, cemburu yo?" Ia terkikik norak.
Menyebalkan, kan? Tidak tau diri sekali! Ingin gue dus-in orang ini terus mengirimnya ke planet Mars! Gue mempercepat langkah gue, dia ikut berjalan cepat. Apa dia tak sadar kalau diusir?
"Mbak, mbak, aku mau ngomong. Penting Mbak!"
Penting? Apa mau membatalkan tunangan? Itu harapan gue juga. Spontan gue berhenti hingga Udik menabrak gue dengan gemilang.
"Mbak Pini! Brenti kok gak ngomong toh. Nabrak iki," rengeknya manja.
"Lo mau ngomong apa, Din? Mau batalin tunangan?"
"Yaoloh Mbak, ora mungkin iku! Haram iku."
Ah, luruh sudah harapan gue. "Trus lo mau ngomong apa?" tanya gue tak bersemangat.
"Iku mbak. Bapak lan simbok ape rawuh mbak. Pengin dateng liat pean Mbak.2"
2 Itu Mbak. Bapak dan Ibu mau datang Mbak. Pengin datang lihat kamu Mbak
"Trus urusan apa ama gue?"
"Lho piye toh mbak? bapak lan simbok mau ketemu pean."
"Hah?! Ogah! Gue gak ada urusan ama nyokap bokap lo Udik!" tolak gue mentah-mentah.
"Piye toh mbak? wong tuwaku iku kan calon mertua pean toh."
Masa bodoh! Gue tak akan menemui ortu Udik. Pasti sama noraknya dengan anaknya! Menghadapi satu saja membuat pusing pala Barbie, tambah dua lagi.
Amsiong gue!
==== (*~*) ====
Lagi~lagi gue hanya bisa pasrah. Bokap berhasil memaksa gue menemui ortu Udik! Sialnya mereka bertiga, Udik dan kedua ortunya, diminta Papa menginap di rumah gue.
s**t!
Terpaksa gue harus bertatap muka dengan trio kampungan itu. Papa mengancam kalau gue tak bersedia menemui dan menemani mereka, gue akan dikurung di rumah!
Bokap gue memang kejam! Biarlah. Gue akan mengerjai mereka semua!
==== (*~*) ====
Bersambung