"Aku tidak butuh jasa sepertimu. "Ujar pria yang sudah tidak mudah lagi itu pada Mora, saat Mora menawarkan hal yang menyenangkan pada pria tersebut.
Mora yang mendapat penolakan tersebut dari pria tua itu langsung mencebik bibirnya kesal.
"Tenang saja. Bukan aku yang akan menemani anda. Aku punya wanita yang bisa ku lempar keranjang anda. Dan Yang pastinya wanita itu masih bening dan polos. "Ujar Mora sambil memperlihatkan senyum sinisnya pada pria tersebut.
Mendengar ucapan Mora, pria itu langsung menerbitkan senyumannya, membuat Mora yang melihatnya langsung memutar bola matanya malas.
Sudah tua, tapi masih saja memilih wanita. Masih untung kalau saja Mora yang mau dengannya, ini bukan Mora yang mau, sok percaya diri sekali. Memangnya wanita yang seperti apa yang diinginkan oleh pria yang sudah tidak mudah lagi seperti dia. Pikir Mora. "Ujar Mora dalam hati, saat melihat wajah senang yang ditunjukkan oleh pria tersebut saat Mora mengatakan bahwa wanita itu bukan dirinya, melainkan wanita muda yang masih sangat bening seperti yang ia katakan pada pria tersebut tadi.
"Di mana wanita yang kau maksud? "Tanya nya
"Tenang saja. Aku akan mengantarnya, tapi nanti setelah kau membayar aku dengan bayaran yang mahal. "Jawab Mora sambil tersenyum pada pria tersebut, seakan-akan Mora akan mendapatkan jalan untuk membayar hutang papanya pada rentenir yang tadi menghubunginya. Anggap saja mengganti uang yang diberikan oleh Naya kapan hari itu.
Yah, sejak Naya memergoki dirinya Tengah bertukar keringat dengan Diki, Naya sudah tidak lagi tinggal di rumah atau pulang ke rumah setelah Naya memutuskan hubungan dengan Diki. Naya yakin, setelah kejadian itu, Diki akan dengan santainya kembali menemui kakaknya dirumah tanpa memperdulikan perasaannya, makanya Naya memilih tidak tingg bersama dengan kakaknya.
Mora tidak masalah Naya tidak pulang, yang terpenting hubungan dirinya dengan Diki masih tetap aman.
Bagi Mora, yang diinginkan Mora dari Naya bukanlah sebuah ikatan saudara, yang penting uang tetap cair setiap bulan dari Naya.
"Berapa uang yang harus aku bayar? "tanya pria itu yang merasa sedikit tertarik dengan tawaran Mora, apalagi saat mendengar perkataan Mora yang mengatakan kalau wanita yang akan disodorkan pada dirinya adalah wanita polos.
Mora yang mendengar pertanyaan tersebut langsung bertepuk tangan, merasa ia akan segera mendapatkan apa yang ia inginkan.
"100 juta. "Jawab Mora singkat, namun mampu berhasil membangkitkan amarah pria di depannya itu.
" Kau berani menipuku? Memangnya wanita seperti apa yang kau sodorkan terhadapku sampai kau meminta bayaran 100 juta? "ujar pria itu dengan wajah seramnya, membuat Mora sedikit takut, namun dengan cepat Mora merubah ekspresinya jadi lebih tenang.
"Jangan salah, Tuan. Wanita yang akan saya berikan terhadap anda itu wanita muda. Dan perlu Anda ketahui, Anda adalah orang kedua yang akan memakai jasanya. Dan anda tahu, orang pertama yang memakainya berani membayar wanita itu berapa? Dia berani membayar wanita itu tiga kali lipat lebih tinggi dari uang yang saya minta tadi. "Mora mencoba sedikit menipu pria tersebut, namun ternyata tipuan Mora berhasil, karena pria tersebut langsung memberikan uang sesuai dengan yang diinginkan oleh Mora.
Mora menerima uang tersebut dan mencium nya hingga berulang kali karena senang.
"Beritahu saja nomor berapa kamarnya, nanti aku akan membawa dia ke kamar anda langsung." Ujar Mora dengan wajah cerianya
"Kau ingin menipuku?" tanya pria itu dengan tatapan tajamnya
"Oh tidak! Kalau anda tidak percaya, kau bisa menyeretnya langsung." Ujar Mora dengan cepat saat mendapat tuduhan yang tidak begitu kenyataannya.
"Ingat, kalau kau berani menipuku, maka kau harus membayar mahal karena telah berani bermain-main denganku." Ujar pria itu memberi peringatan pada Mora, karena tidak ingin ada orang yang berani mempermainkan dirinya.
Dirinya berani membayar mahal karena ia memang ingin menikmati tubuh wanita muda itu, yang tak lain adalah Naya. Jadi dia akan mengancam Mora, karena ia tidak mau rugi, apalagi ia berharap lebih terhadap wanita yang ditawarkan Mora, karena Mora mengatakan bahwa wanita yang akan ia serahkan adalah wanita muda.
Disaat Mora tengah menawarkan tubuh Naya pada seorang pria yang tidak lagi muda, tiba-tiba ponsel Mora berdering dan ternyata Diki menghubunginya.
Mora menerima panggilan masuk dari Diki, dan ternyata Diki meminta Mora segera menemuinya. Mora yang tidak tahu kenapa Diki tiba-tiba ingin bertemu dengannya, tidak ambil pusing dan memilih mengiyakan saja.
Pria yang ditawari seorang wanita oleh Mora semakin yakin bahwa dirinya ditipu saat mendengar Mora akan segera menemuinya.
"Lupa dengan peringatanku?" tanya pria itu sambil menahan lengan Mora.
"Tenang saja. Kau bisa menemui atau bahkan menikmati tubuh dia langsung malam ini." Ujar Mora cepat, sambil berusaha melepaskan tangan pria itu dari tangannya, karena Mora sendiri juga merasa jijik pada pria yang tak muda itu. Padahal pria itu juga merasa tidak berminat pada Mora, hanya saja pria itu menahan tangan Mora karena tidak ingin membuang uang begitu saja, apalagi uang itu tidak sedikit. Dia berani membayar Mora mahal karena ia tergiur dengan daun muda seperti Naya.
"Katakan, dimana wanita itu." Ujar pria itu meminta agar Mora menunjukkan wanita yang dimaksud Mora. Mora yang tidak ingin dituduh menipu langsung menunjuk ke arah Naya yang tengah menuangkan minuman anggur pada gelas pelanggan lainnya. Pria itu langsung tersenyum senang saat melihat tubuh Naya yang terlihat sangat sexi. Pria itu langsung berdiri, dan membenarkan jas nya yang sudah benar, lalu menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum ia membawa langkahnya mendekati Naya. Pria itu merasa tidak rugi membayar Mora mahal, saat melihat tubuh Naya yang langsung membangkitkan gairahnya. Mora sendiri memandang pria itu dengan geli saat melihat tatapan aneh pada tubuh Naya.
"Tua-tua keladi. Makin tua makin jadi." Gumam Mora dalam hati, sambil menggelengkan kepalanya. Mora tidak merasa bersalah telah melempar saudarinya sendiri pada pria yang tidak muda. Harusnya Mora sebagai seorang kakak melindungi Naya, bukan malah melempar Naya pada jalan yang gelap. Entah apakah Mora pantas disebut seorang kakak, atau memang suatu kesalahan dimasa lalu, sampai ia mendapatkan seorang kakak yang tidak memiliki hati nurani yang tega menjerumuskan Naya ke jalan kegelapan.
Mora terus memandang pria itu serta uang yang diberikan pria itu secara bergantian, karena merasa pria itu bodoh memberikan uang sebanyak itu hanya untuk menikmati tubuh Naya saja. Padahal, menurut Mora, masih banyak w************n yang akan melayaninya, kalau pria itu menginginkan, tanpa harus membayar ratusan juta hanya semalam.
Pria itu terus memandang tubuh Naya dari belakang dengan pandangan penuh hasrat, bahkan otak pria itu langsung traveling kemana-mana.
Naya yang tidak merasa tengah diperhatikan oleh orang lain masih tetap santai melakukan pekerjaannya, hingga sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya, dan membuat botol yang ia pegang langsung terjatuh karena terkejut.