"Gelap? apa maksudmu dengan gelap?"
Terdengar suara yang tak asing. White segera menoleh ke sumber suara tersebut. Setelah melihat siapa yang berdiri di sampingnya, White agak sedikit kaget.
"Phi Body ...."
"Tak bisa dipercaya. Kau mengata-ngataiku di belakang?"
"B-Bukan Phi, maksudku tidak seperti itu,"
"Kau bilang kulitku gelap!"
"Maksudku dalam konteks yang baik ..."
"Lihat kulitmu, menyebalkan sekali, orang-orang memandangiku karena kulitmu yang seperti perempuan ini! memalukanku saja!"
"Ma ... mmm,"
Body membungkam mulut White dengan tangannya, "Sudah kubilang. Aku benci mendengar kau meminta maaf,"
White terdiam. Dia menatap Body lekat. Body akhirnya melepaskan tangan dari mulut White, lalu mendorong White dengan kesal, "S*alan. Kenapa aku harus terjebak di tubuh dan bersama orang b*doh ini," racau Body.
"Phi Body ... Phi kenapa ada disini?" White menatap Body dengan polos. Body menyeringai tak percaya. Melihat wajah dan tubuhnya sendiri, dengan sikap yang sungguh berbeda membuat Body frustasi.
"Kau ... sungguh menurunkan aura maskulinku," Body duduk di bangku sambil mengibaskan kemejanya. Karena dari awal tubuh White yang kini dirasuki jiwa Body itu memiliki kulit sensitif, Body kini ikut terkena imbasnya. Dia merasa sedikit perih dan gatal karena sengatan matahari dan keringat yang menempel pada kulit tersebut.
"Phi Body, kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa Phi disini?"
"Kau pikir kenapa ..." Body terdiam, lalu menghela nafas, "S*al! bisa-bisanya aku disini," Body bersandar lalu menatap kunci mobil di tangannya.
Beberapa saat yang lalu, tepatnya satu jam dua puluh menit yang lalu. Body yang masih merebahkan diri di kamar White tiba-tiba kaget karena Bu Lada mengetuk pintu dan masuk ke kamar tersebut.
"White, ibu sudah potongkan buah untukmu, ibu taruh di meja ya," Bu Lada menaruh nampan yang berisi buah ke meja, lalu duduk di tempat tidur White tanpa dia tahu bahwa jiwa di tubuh anaknya itu adalah orang lain.
Body yang kaget segera duduk, dia menjadi gugup dan tak mengerti harus bereaksi seperti apa. Yah, Body sudah lama tak mendapatkan perhatian dari orang tua, terlebih ibunya. Karena sang ibu pergi ke atas sana meninggalkan Body yang berumur sepuluh tahun. Sementara ayahnya? ayahnya mengalahkan White dalam kategori manusia yang paling dibenci Body. Yah, White berada diurutan kedua, dan ayahnya diurutan pertama. Body membenci ayahnya lebih dari apapun.
"White ... maafkan ibu, ibu harus keluar kota hari ini untuk mengurus beberapa pekerjaan," ucap Bu Lada sambil menatap Body lembut.
"I-Iya," jawab Body canggung.
"Ibu berusaha pulang lebih cepat, karena kau masih sakit, ibu akan mempekerjakan asisten rumah tangga selama ibu keluar kota untuk membantumu,"
"Tidak perlu! B-Bu ... aku tak butuh asisten rumah tangga,"
"Tapi kau masih sakit,"
"Aku baik-baik saja. Aku bisa melakukan apapun sendiri,"
"Hmm, baiklah. Kalau begitu ibu akan menyuruh Phi New saja untuk menemanimu,"
"Phi New?"
"Iya. Kau tak boleh menyetir sendiri. Phi New akan mengantarmu, dan untuk dua hari ini, jangan mengambil jadwal syuting. Ibu sudah meminta izin ke Sutradara Dew,"
"Tidak. Aku bisa membawa mobil sendiri, aku tak butuh supir."
"White, ibu tak bisa biarkan kau menyetir sendiri. Begini saja dua hari ini, kau jangan kemana-mana."
"Aku sudah tidak sakit lagi,"
"Ibu tak mau tahu, kau tak boleh menyetir."
"Kalau begitu, aku tak perlu supir. Jika aku ingin keluar, aku naik taksi saja."
"White, kau ... sudah tidak takut naik taksi?"
"Sejak kapan aku takut naik taksi?"
"Kau pernah hampir diculik di taksi, sejak itu kau trauma dan tak pernah mau naik taksi lagi. Sekarang kau ingin pergi keluar naik taksi?"
"Diculik? aku?" Body menepuk keningnya, "Benar saja. Ini bukan aku. Aku berada di tubuh si Lemah itu. Jadi, dia tak bisa naik taksi karena takut diculik? hahaha, dasar bodoh,"
"White ..."
"Ah, a-aku takkan naik taksi. Aku akan menyetir sendiri. Lihat," Body berdiri lalu melompat-lompat dan berputar di depan Bu Lada, "Aku benar-benar sudah sehat, aku baik-baik saja," Body tersenyum, "S*al. Bertindak imut seperti ini membuatku ingin muntah,"
"Baiklah, tapi jika pergi ke tempat baru, kau harus membawa Phi New. Ibu tak mau kau tersesat seperti terakhir kali."
"Tersesat?" Body sekali lagi terdiam, "Sebenarnya hidup si lemah ini seperti apa? tadi diculik dan sekarang tersesat?"
"Kau tak bisa menghapal jalan dengan baik, meskipun melihat peta. Kau tetap tersesat. Ingat, waktu itu kau dirawat di rumah sakit, karena alergi kulit, dan kelelahan setelah tersesat,"
"Baik. Aku akan bawa Phi New jika harus ke tempat baru," Body tersenyum menampakkan giginya, jelas sekali senyum itu dibuat-buat.
"Baiklah. Ibu keluar dulu, jika butuh apa-apa segera telepon ibu,"
"I-Iya, Bu."
Bu Lada mendekat, lalu mengulurkan tangannya hendak mengelus kepala Body. Body kaget, secara otomatis dia menjauhkan dirinya. Menghindari tangan Bu Lada. Body terdiam sejenak, setelah beberapa detik, dia menundukkan kepalanya perlahan. Bu Lada tersenyum lalu mengelus kepala Body dengan lembut.
"Dasar anak Ibu yang menggemaskan."
Sentuhan tangan Bu Lada di kepalanya membuat Body terpana. Beginilah rasanya, tangan seorang ibu. Sudah bertahun-tahun dia hampir melupakan sentuhan itu. Bu Lada membuat Body merasakan kasih sayang yang selama ini dia rindukan. Beberapa menit kemudian. Body menyadarkan dirinya sebelum terhanyut dan berakhir menyukai sosok Bu Lada sebagai orang tua yang lembut. Body mundur beberapa langkah, lalu melihat sekeliling berusaha mengalihkan perhatian.
"Hmm, sepertinya kau harus istirahat lagi. Ibu keluar dulu,"
Bu Lada akhirnya keluar dari kamar. Body langsung menghela nafas lega, dan menatap gawainya.
"Phi temani aku ke supermarket," suara White terngiang di telinganya.
"Aku tak bisa naik taksi," lagi-lagi Body mendengar suara itu. Body menggelengkan kepala, lalu mengunyah beberapa potonh buah pir dan apel yang ada di meja, "Terserahlah. Aku tak peduli dengan apa yang terjadi padanya "
"Kau pernah hampir diculik ..."
"Kau selalu tersesat di tempat baru,"
"Arggh!" Body frustasi. Dia berusaha mengabaikan White, namun kata-kata Bu Lada berputar-putar di otaknya.
"Karena menggunakan tubuhku, dia takkan diculik. Tapi ... bagaimana jika dia benar-benar pergi keluar, dan tersesat? bagaimana jika dia masuk rumrumahkit dan mencelakai tubuhku?" Body berdiri. Lalu mondar-mandir beberapa kali, "S*alan. Menyusahkan saja!"
Karena hal itulah Body berakhir menemukan White yang tampak seperti orang bodoh di pinggir jalan. Ternyata benar. Dia tersesat padahal jarak supermarket tidak jauh dari tempatnya berada sekarang.
Body menghela nafas lalu kembali mengibaskan kemejanya, "Menyebalkan sekali. Kenapa harus kau yang masuk ke tubuhku! s*al, cuaca panas begini aku malah berkeliling nencarimu,"
"Phi Body, Phi ... tidak pakai sunscreen?" pertanyaan White membuat Body terperangah. Dia mengetahui apa itu sunscreen. Tapi, dia tak percaya bahwa laki-laki sepertinya harus memakai benda seperti itu.
"Sunscreen?"
"Di kamarku, di samping tempat tidur ada kotak skincare ..."
"Kau ini ... sebenarnya laki-laki atau wanita? jujur padaku, apa kau operasi plastik? kau awalnya wanita, kan?"
"Aku tak pernah operasi plastik Phi, orang-orang memang menganggap aku mengoperasi hidung, atau kelopak mataku, tapi aku benar-benar tidak operasi, aku melakukan perawatan ..."
"Justru itu. Kenapa kau melakukan perawatan? kau ini wanita?"
"Bukan hanya wanita yang melakukan perawatan. Laki-laki juga,"
"Jadi menurutmu aku juga harus melakukan perawatan?"
"Jika untuk kulit Phi ... sepertinya perlu perawatan dasar saja. Kulit Phi sepertinya tidak sensitif,"
"Tentu saja tidak! aku tidak melakukan operasi plastik,"
"Aku tidak operasi plastik, Phi,"
"Terserah kau saja!"
"Phi kau harus mengenakan sunscreen atau tabir surya. Kulitku sangat sensitif, lihat sudah meruam. Pedih dan gatal bukan? begitu pulang, ada obat di laci samping tempat tidurku, Phi harus memakannya ..."
"Cukup! sekarang ayo pergi. Bukannya kau mau ke supermarket!?"
"Phi mau menemaniku?"
"Bukan menemanimu. Aku menjaga tubuhku agar tidak celaka!"
"Terimakasih, Phi."
White tersenyum manis. Membuat Body menghela nafas kesal beberapa kali.
"Jangan tersenyum seperti itu dengan wajahku!"
***
White dan Body sudah berada di supermarket. White membeli begitu banyak barang. Dia membeli keperluan dapur, seperti sirup, bumbu, minyak zaitun, dan sebagainya. Lalu beberapa alat kebersihan. Lalu barang-barang segar untuk memenuhi kulkas. Body menatap keranjang dorong White yang sudah membubung tinggi, dan dia menggelengkan kepala.
"Kau mau jualan? kau pikir mau ditaruh dimana semua barang-barang ini!"
"Sebagian di kulkas, dan sebagian di lemari dapur Phi. Phi Pond sepertinya suka camilan. Tapi kasihan sekali, di kulkas tidak ada apapun."
"Itu karena kami miskin. Orang kaya memang menyebalkan."
"Aku juga harus membeli beberapa dekorasi kamar,"
"Kau ... jangan coba-coba. Kau ingin membuat kamarku seperti kamar wanita!"
"Bukan begitu ..."
"Jangan pernah merubah kamarku. Awas jika kau berani melakukannya!" Body menatap White tajam. White merasa terintimidasi lalu menundukkan kepalanya.
"Maaf ... ah maksudku baik, Phi."
"Sudah semua, kan? ayo bayar dan segera pergi."
"Tunggu! masih ada lagi,"
White segera berlari ke bagian ujung kanan supermarket.
"Mau apa lagi dia? hah, br*ngsek!" Body menghela nafas. Lalu mengikuti White.
White dengan cepat memilih berbagai skincare yang telah dia catat sebelumnya.
"Facial wash, milk cleanser, toner, ah ... serum," White memasukkan semua ke trolinya yang tampak sangat padat.
"Untuk apa kau membeli semua itu?"
"I-Ini ... di rumah Phi tidak ada apapun skincare dasar sama sekali, jadi aku membelinya."
"Kau akan memakaikan semua benda itu padaku?"
"Bukan pada Phi, aku memakainya sendiri untuk kulitku, maksudku ..."
"Kau lupa? kau sedang berasa di tubuhku!"
"Iya, maksudku ... aku butuh semua ini. Aku tak bisa tidur tanpa membersihkan wajah dengan benar, aku merasa ada yang kurang jika tidak memakai toner, dan ..."
"Hah! laki-laki ini ... ya Tuhan. Sangat menyebalkan!"
TBC