Acting

1237 Words
"Hiks ... a-aku harus mencobanya. Aku ingin kembali ke tubuhku. Aku harus syuting, aku ingin memeluk ibu. Aku juga ingin bertemu Phi Zee," "Aish, kenapa pakai menangis segala? dasar cengeng!" White terus terisak. Dia tak bergerak sama sekali dari tempatnya, "Berhenti menangis, kau membuatku pusing!" Suara Body meninggi beberapa oktaf. White menutup telinganya dengan spontan karena terkejut. "Phi Body ... kenapa kau jahat sekali padaku? memangnya aku salah apa!" tangisan White kali ini makin kencang. Body menghela nafas, mencoba untuk menekan amarahnya agar tidak meledak. "Baiklah, kau mau melakukan tindakan konyol ini? ayo kita lakukan." White mulai berhenti menangis, lalu menatap Body, "B-Benarkah? Phi mau melakukan hal itu bersamaku?" "Bangun! ini kan yang kau mau?" Body memasang colokan ke stop kontak, lalu menatap White, "Tak masalah jika mati. Asal aku tak berurusan denganmu lagi. Kemarikan tanganmu!" Body mengulurkan tangannya. White bangun perlahan, lalu menggenggam tangan Body dengan gugup. "Tunggu apa lagi? pegang kabelnya," perinta Body, agar White memegang kabel yang telah dia kupas sebelumnya. White tiba-tiba gemetar, dia membatu menatap kabel tersebut. "A-Aku akan memegangnya," ucap White, dari suaranya jelas dia sedang ketakutan. "Hmm, cepatlah. Jangan buang waktu." White mengulurkan tangannya yang gemetar. Walau dia berada di tubuh Body, terlihat jelas bahwa wajahnya memucat. White berhenti ketika tangannya hampir menyentuh kabel tersebut. Dia mundur, lalu melepaskan tangan Body darinya. "Ada apa lagi? bukannya kau mau menyengat dirimu dengan listrik?" "A-Aku takut," ucap White lalu segera beranjak masuk ke kamar meninggalkan Body. "Jika kau takut, dari awal jangan memaksa! dasar b*doh!" Body menendang tong sampah di kakinya hingga berserakan di lantai, "Pengecut keras kepala itu, benar-benar menyusahkan!" *** Keesokan harinya. Body lagi-lagi merasa kesal, karena tiba-tiba White masuk ke kamarnya dan memaksanya untuk bangun. Keributan dimulai lagi. Body yang pemarah melawan White yang lemah namun keras kepala. Entah takdir apa yang membuat mereka berdua bertemu, dan bahkan bertukar jiwa. Apapun takdir itu, tentu saja bagi Body merupakan takdir buruk yang pernah terjadi di hidupnya. "Phi Body, kau harus bangun dan bersiap," ucap White sambil menarik tangan Body sekuat tenaga. Body beberapa kali menepis tangan White, bahkan mendorong White dengan kasar seperti biasa. Namun, White tetao tak menyerah, dia kembali berusaha untuk membuat Body bergerak dari tempat tidurnya. "Kau ini! bisa tidak kau membiarkanku tidur nyaman!? br*ngsek!" "Phi harus bangun! Phi Dew mengirim pesan, meminta aku datang ke lokasi syuting hari ini." "Kalau begitu pergi saja. Jangan menggangguku!" "Phi! kita jiwa kita sedang bertukar, mana mungkin aku menemui Phi Dew dan mengaku sebagai White!?" "Kalau begitu tak perlu temui dia," Body kembali menarik selimutnya, dan memejamkan mata. "Phi Body, tolong bangunlah! Phi harus menggantikan aku bekerja," "Tidak. Aku tak mau kemanapun, aku disini saja." "Phi!" "S*al! kau pikir kau siapa menyuruhku seenaknya?" "Phi harus menggantikanku bekerja, seperti kesepakatan dari awal," "Aku tak menyepakati apapun," "Tapi aku juga pergi bekerja menggantikan Phi Body," "Dan aku tidak bilang akan ikut menggantikanmu bekerja," "Ini proyek penting, Phi. Banyak staff yang bergantung dengan proyek ini!" "Jadi kau menyuruhku berakting? seperti adeganmu di televisi itu? kau sudah tidak waras ya? mana mungkin aku melakukan hal menjijikkan itu!" "Kalau begitu aku juga tidak akan menggantikan Phi bekerja!" "Kau mengancamku?" "Tidak, tapi aku memohon. Phi tolonglah," Body melempar bantal dan selimutnya ke bawah, lalu mulai memegangi kepalanya. Setiap berhadapan dengan White, kepalanya selalu saja sakit. "Kau, pergilah dari sini. Jika aku melihatmu lebih lama lagi, aku mungkin akan menghajarmu," "Jika Phi memilih begini, aku juga akan memilih untuk tidak bekerja." "Kau ... aish, s*alan!" *** Body berdiri kaku di lokasi syuting. Dia terpaksa harus pergi karena White mengancamnya dengan berbagai hal. Tak bisa dipercaya dia akhirnya mengikuti apa yang dikatakan White. Body memang lebih kasar dan galak, namun White ternyata lebih keras kepala dan pintar. "White, bersiap! jangan lupakan dialogmu lagi," ucap Phi Dew. Phi Dew mengidap stres hari ini. Tak seperti biasanya. White tak hanya melupakan dialog, aktingnya juga kaku seperti amatir. Bagaimana bisa seseorang yang sangat jenius berakting menjadi buruk dalam seminggu? jika bukan karena memikirkan kecelakaan yang menimpa White, Phi Dew pasti sudah mengamuk dari tadi. "White, kau baik-baik saja?" Zee mendekat lalu menyentuh pundak Body. Body menepis tangan Zee, dan menatapnya tajam, "Kau mau mati? berani-beraninya kau menyentuhku!" ucap Body pelan, namun terdapat kebencian di dalamnya. Zee keheranan. White tampak seperti orang lain. Biasanya White selalu tersenyum lembut, dan bersikap malu-malu di depannya. Namun, hari ini White selalu saja berkata buruk, tatapan White tampak begitu membenci Zee. White berkali-kali mengatakan akan membunuh Zee, jika Zee menyentuhnya sedikit saja. "Kau masih trauma karena kecelakaan itu?" tanya Zee sambil tersenyum, "Tak masalah. Phi ada disini, Phi akan membantumu," Zee hendak menggenggam tangan White. Melihat itu, Body segera mundur menghindari Zee. "Berhenti melakukan hal yang menjijikkan. S*alan, kenapa kau harus menyentuhku saat berbicara?" "White, Zee, bersiap. Kamera ... standby!" seru Phi Dew. Zee yang tadinya hendak melangkah mendekati Body akhirnya mengurungkan niatnya. Zee bersiap untuk mengulang adegan. Make up artis memperbaiki dandanan Body, membuatnya sangat risih. "White, lakukan seperti biasa. Phi akan membantumu," ucap Zee kemudian. "S*alan. Kenapa dia terus saja mengatakan ingin membantuku? apa yang bisa dia bantu? Laki-laki ini sepertinya berlagak dewasa dan berpikir dirinya penting." Racau Body dalam hati. "Baik, kamera Roll ... action!" begitu Phi Dew memulai aba-aba, Zee segera melakukan bagiannya. Sementara Body berdiri kaku di antara semua kamera yang menyorot kearahnya. "Sky. Kenapa kau berubah? apa kau sudah tak mencintaiku?" Zee memulai dialog. "Tentu saja aku ..." "Cut!" Phi Dew menghela nafas, "White fokus! kau membaca dialog seperti membaca buku tels pelajaran sekolah!" "Lalu aku harus bagaimana!? aku tak bisa berakting!" Body meninggikan suaranya. Semua orang di ruangan kaget, tak terkecuali Phi Dew dan Zee. Body menatap mereka semua, lalu menunduk, "Maaf. Maaf Phi Dew," ucap Body, sambil mengangkat tangannya kearah Phi Dew. "Hah, ok mulai lagi. kamera ready ... action!" Zee kembali mengulangi adegannya, setiap kali adegan diulang, setiap kali juga Body selalu salah. Dia melakukan semua kesalahan, yang bahkan tak pernah dilakukan aktor amatir sekalipun. Phi Dew membuka topinya, lalu melemparkan topi tersebut ke lantai. Phi Dew sangat kesal dan tak tahu harus melakukan apa lagi. "White, kenapa kau jadi begini? pelajari lagi dialog dan actingmu di rumah!" ucap Phi Dew lalu beranjak, "Semua bubar! kita lanjutkan saja besok!" Mendengar perintah Phi Dew semua staff meregangkan otot mereka dan sebagian besar mengeluh. "White, ayo kita makan siang ...." Zee berbalik. Namun, dia terdiam karena Body sudah tak ada di belakangnya, "Ada apa dengan White? dia bahkan bersikap aneh padaku. Apa dia marah karena aku meninggalkannya saat itu?" *** White berada di toilet saat itu, ketika beberapa staff drama masuk dan mengeluh satu persatu. "White benar-benar membunuhku hari ini. Ada apa dengannya!?" seorang staff yang bertugas menegang camera 1 menghela nafas, lalu mencuci mukanya dengan kesal. White mencuci tangan dengan pelan. Berusaha menguping pembicaraan staff tersebut. "Benar, kenapa aktingnya buruk sekali? karena dia syuting hari ini dibubarkan. Menyia-nyiakan biaya produksi saja," ucap satu staff lainnya. "Bocah manja itu. Apa karena dia aktor dan kaya jadi dia bisa seenaknya. Aku mendengar dia bahkan membentak Phi Zee. Sepertinya dia sudah gila." "Phi Body. Apa yang sudah kau lakukan?" White mengeluh dalam hati. "Untungnya Phi Zee sabar. Sebenarnya White hanya beruntung saja, karena dia terkenal dengan wajah cantik, jadi banyak yang menyukainya. Dia beraktin seolah-olah dia yang terbaik, dia berusaha menggoda Phi Zee dengan senyumnya. Menjijikkan sekali." White terdiam mendengar perkataan staff tersebut. Dia akhirnya memilih keluar, lalu berjalan pelan sambil menunduk. "Apa aku memang menjijikkan di mata semua orang?" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD