"Rina, nyonya tidak sadarkan diri di dalam bathup!" teriak Nina dengan panik memanggil kepala asiten. Tadi, dia curiga dengan nyonya-nya yang tak kunjung keluar kamar mandi. Setelah dia buka, ia melihat tubuh nyonya-nya yang sudah lemas masih dengan tubuh telanjang.
"Bagaimana bisa?" tanya Rina yang ikutan panik berlari tergopoh-gopoh masuk ke kamar mandi.
"Cepat beritahu Tuan Vicky!" suruh Rina. Nina menggeleng, ia takut mendapat murka majikannya karena lalai menjaga istrinya.
"Panggil Claudia!" perintah Rina lagi. Nina berbalik, tapi dadanya sesak melihat Tuan-nya sudah berdiri menjulang dengan rahang yang mengeras. Dengan langkah angkuh, Vicky menuju bathup. Mengulurkan tangannya untuk menggendong istrinya.
"Ambilkan handuk dan letakkan di tubuh istriku!" titah Vicky pada Rina. Buru-buru Rina menyambar handuk dan menutupi tubuh majikannya.
Vicky membawa Stela keluar kamar mandi dan membawanya ke kamar pria itu. Tadi Vicky sempat melihat CCTV yang membuat dadanya bergemuruh hebat. Melihat Stela menangis membuat dirinya ikut merasa sakit. Andai Stela tau kalau Vicky memasang CCTV di kamar mandi, pasti dia akan sangat murka.
Rina dan Nina mengikuti langkah tuannya. Mereka was-was kalau Vicky akan marah. Vicky meletakkan Stela di ranjang besar miliknya. Menyelimuti tubuh dingin istrinya.
"Kalau kalian lalai sekali lagi, aku tidak akan segan-segan memecat kalian berdua!" ucap Vicky mengultimatum. Rina dan Nina mengangguk.
"Rina, hubungi Dokter Cleo! Nina, buatkan Teh panas untuk nyonya!" titah Vicky yang langsung dilaksanakan mereka.
Vicky memakaikan pakaian santai pada istrinya dengan susah payah. Beberapa kali dia menegug ludahnya kasar melihat keindahan yang nyata di hadapannya. Tubuh molek istrinya seolah memanggil nya untuk segera menyentuhnya. Namun lagi-lagi dia harus menahan hasratnya
Tak lama kemudian Dokter Cleo datang memeriksa tubuh lemas Stela. Syukurlah keadaannya baik-baik saja. Hanya tubuh Stela jadi menggigil karena kedinginan. Dokter Cleo juga menyarankan Stela agar makan dengan teratur dan memberikan beberapa vitamin.
Vicky mengambil hairdryer baterai. Mendudukkan tubuh istrinya yang masih belum sadar. Vicky memeluk tubuh Stela erat untuk menyangga agar tubuh Stela tidak oleng. Vicky mulai mengeringkan rambut istrinya. Ia takut kalau rambut istrinya tetap basah, malah membuat Stela masuk angin.
"Eghhh!" erang Stela. Stela yang merasa kedinginan, mengeratkan pelukannya pada Vicky.
"Dingin!" cicit Stela. Setelah rambut Stela kering. Vicky kembali membaringkan tubuh istrinya yang lemas. Vicky melepas kaosnya, dia ikut berbaring di samping Stela. Memeluk tubuh istrinya yang membutuhkan kehangatan.
Nina yang mau mengantar Teh, mengurungkan niatnya saat melihat Vicky dan Stela tidur sambil berpelukan. Ia memilih kembali ke dapur, tidak lupa Nina menutup pintu kamar Tuannya yang sedikit terbuka. Saat sampai lantai bawah, Nina dikagetkan dengan seorang wanita yang tengah menatapnya tajam.
"Dimana Vicky?" tanya wanita cantik dengan angkuh menatap ke arah Nina.
"Vicky sedang bekerja!" saut Claudia yang datang dari arah dapur.
Wanita itu menatap tajam Claudia. Kentara sekali aura permusuhan keduanya, "Mobilnya ada disini. Ini juga sudah jam delapan malam," ujar wanita itu dengan tajam.
"Kalau tau sudah malam, kenapa bertamu?" tanya Claudia dengan tatapan mengintimidasinya. Claudia sangat membenci wanita di hadapannya. Veryn, sepupu Vicky yang menentang keras pernikahan Vicky dengan Stela. Tidak sekali dua kali Veryn mengancam Stela akan mencelakian perempuan itu karena sudah merebut Vicky dari Veryn. Namun, Stela bukan gadis lemah. Stela selalu melawan. Veryn, wanita yang mempunyai obsesi besar dengan Vikcy. Dan Claudia benci melihat itu. Claudia sudah bersumpah untuk selalu menjaga keutuhan rumah tangga Vicky dan Stela, meskipun Stela juga tidak pernah menginginkan pernikahan itu.
"Jangan ikut campur!" gertak Veryn.
Claudia menepuk tangannya beberapa kali, hingga para penjaga langsung menyeret Veryn untuk keluar.
"Kurangajar, aku adukan kalian pada Vicky. Biar kalian dipecat semua!" teriak Veryn mencoba melepas cekalan para penjaga itu. Namun para staff keamanan itu jauh lebih kuat, mereka menyeret paksa Veryn sampai ke depan pintu dan menutupnya dengan kencang.
"Vicky!!" teriak Veryn tanpa henti. Claudia menatap pintu yang tertutup. Ia pikir Veryn punya gangguan jiwa.
Stela menggeliatkan tubuhnya. Entah kenapa ia merasa badannya gerah, tapi menggigil. Stela mencoba bangun, tapi kepalanya pusing. Menoleh ke samping, ia kaget melihat wajah Vicky yang terpampang di hadapnnya. Sejenak Stela menikmati wajah tampan suaminya sebelum ia mengenyahkan pikirannya jauh-jauh. Stela membulatkan matanya saat menyadari Vicky yang bertelanjang d**a. Dengan tidak berperasaan, Stela menonjok wajah Vicky dengan tangan kecilnya.
"Aakhh!" ringis Vicky yang seketika terbangun.
"Dasar pria m***m. Cari-cari kesempatan saat aku tidur. Kamu bisa dipidanakan karena telah memperkosaku!" teriak Stela memukuli wajah Vicky membabi buta. Vicky yang masih setengah sadar tidak bisa mengelak. Istrinya sangat brutal.
"Penjahat kelamin, tidak berperasaan!" teriak Stela.
"Aduhh!" ringisnya kemudian saat kepalanya mulai pusing.
"Kamu kenapa?" panik Vicky memegang kepala Stela.
"Jangan dekat-dekat, kamu pasti sudah menodaiku," ujar Stela dengan tajam. Vicky menyeringai.
"Kamu yang menggodaku duluan," ucap Vicky. Stela membulatkan matanya tanda tidak setuju.
"Tidak mungkin aku menggodamu!" teriak Stela menyangkal.
"Itu kenyataannya," jawab Vicky.
"Aku tidak menggodamu, pasti kamu yang tergoda dengan tubuhku tanpa aku melakukan apapun!"
"Mau bukti? Aku punya rekaman CCTV." Vicky berkata sambil turun dari ranjang untuk mengambil HP nya. Stela mengenyahkan pikiran liarnya saat melihat tubuh atletis Vicky yang berjalan.
"Lihat!" titah Vicky memperlihatkan rekaman CCTV di hp nya. Setiap sudut rumah Vicky ada CCTV nya. Bukan karena bermaksud apa-apa, hanya memudahkan dia memantau semua kegiatan istrinya. Stela melihat dirinya yang mengatakan 'dingin dan ingin di peluk Vicky. Buru-buru Stela menyodorkan hp Vicky kembali. Pipinya memanas. Apa dia sememalukan itu.
"Kenapa tidak dilihat lanjutannya?" tanya Vicky menantang. Stela menggeleng. Ia tak sanggup melihat lagi, takut tambah malu.
"Apa benar kita melakukan sesuatu?" tanya Stela takut-takut.
"Lihat saja!" tantang Vicky. Vicky berani menantang karena tau, Stela tidak akan mau melihat lebih lanjut.
"Katakan saja!" gertak Stela mulai tidak sabar. Vicky memajukan tubuhnya. Menahan kepala Stela.
"Kita melakukan ini!" Bisik Vicky menyatukan bibir mereka. Stela tercenung, tubuhnya terasa kaku saat benda kenyal menyentuh bibirnya. Melumat bahkan mengigit. Stela mendorong tubuh suaminya. Ia menutup mulutnya karena ia ingin muntah. Apa itu rasa ciuman yang sebenarnya? Kenapa menjijikkan sekali. Stela mengusap bibirnya dengan kasar, air matanya menetes.
"Ini ciuman pertamaku. Kenapa mengambilnya dariku?" tanya Stela tak terima.
"Ini yang kedua, yang pertama sudah tadi. Bahkan yang pertama lebih panas," bisik Vicky dengan suara diserak-serakin, biar terdengar sexy.
"Tidak mungkin. Rasanya sangat menjijikkan!" teriak Stela.
"Jangan mengelak. Kamu bahkan tadi bilang nikmat."
"Pembohong!" kesal Stela mengusap air matanya. Apa benar yang dikatakan Vicky. Kalau benar, kenapa dia tidak sadar.
"Kamu tidak sadar karena pengaruh obat dari dokter. Dan ingat, aku sudah menyentuhmu. Mungkin sebentar lagi akan ada bayi di rahim mu. Mengingat senjataku ini sangat unggul. Sekali tembakan langsung jadi," jelas Vicky terkekeh. Dalam hati ia bersyukur atas kepolosan Stela. Semoga Stela percaya dengan apa yang dikatakan. Agar Stela takut kalau akan kabur dari dirinya.
Stela meraba perutnya. Stela tidak mau hamil. Stela tidak suka anak kecil," Vicky b******n. Aku tidak mau hamil!" teriak Stela keras. Vicky tak mendengarkan, pria itu berjalan keluar kamar.
"Vicky tunggu!" Stela turun dari ranjang. Berlari mengejar Vicky.
"Aku tidak mau hamil, b******n. Aku harus menggugurkannya!" teriak Stela kesetanan memukul bahu Vicky dari belakang.
Bught!
Bught!
"Vicky jahat!"
Brukk!
"Stela!" teriak Vicky saat Stela jatuh terkapar di belakangnya. Vicky membopong tubuh Stela. Suhu tubuh istrinya sangat panas. Vicky menggerutu dalam hati, ia jadi curiga kalau Cleo dokter gadungan. Tadi dia bilang Stela baik-baik saja, kenapa sekarang malah pingsan. Vicky menelfon kembali Dokter Cleo.
Setelah diperiksa dan diberi obat, Vicky segera menyuruh Rina untuk membuatkan bubur sayur untuk istrinya. Stela yang baru sadar terus memegangi kepalanya yang sakit. Stela menyayangkan kebodohannya yang tertidur di kamar mandi.
"Ayo makan, aku suapi," ujar Vicky. Stela melirik mangkuk yang dibawa Vicky, tapi Vicky segera menjauhkan. Takut kalau Stela akan membanting mangkuk itu.
"Gak mau!" tolak Stela.
"Stela, menurutlah kali ini saja. Tubuhmu lemas, dari siang belum makan. Tenagamu juga habis saat naik turun tangga-"
"Itu salah karyawanmu yang menyuruhku kerja rodi!" sentak Stela.
Vicky mengambil hp nya. Mendiall nomor Monica dengan cepat, "Pecat Diana sekarang juga. Dan pastikan besok dia tidak bekerja lagi!" perintah Vicky dengan tegas. Stela membulatkan matanya. Tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Vicky.
"Kalau ada masalah bilang, biar aku yang membereskan!" ucap Vicky.
"Kenapa seenaknya begitu?"
"Aku bos nya, dan kamu istriku. Siapapun yang mengganggumu, pasti aku singikirkan," jelas Vicky membuat Stela kesulitan mencerna kata-kata suaminya itu.
"Ayo makan!"