When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Kalau benar mencintaiku aku ingin kamu membuktikannya,” ucap Reyhan, laki-laki yang selama ini dicintai Andini ketika ia duduk di bangku sekolah. “Tapi, Rey! Aku enggak berani!” ucap Andini sembari memohonnya untuk tidak meminta satu hal itu padanya. Kesucian Andini. “Berarti, benar! Kamu sudah tak suci lagi, seperti yang mereka katakan,” ucap Reyhan sembari pergi meninggalkan Andini. Ia pun mengejarnya, “Jangan marah, Rey! Aku masih suci, aku belum pernah melakukan hal itu.” “Sudahlah, kamu jangan bohongi aku! Kalau kamu memang masih suci, kenapa harus takut. Aku tidak akan percaya jika tidak membuktikannya sendiri.” Andini kebingungan harus bagaimana lagi. Permintaan yang tak mungkin bisa ia penuhi. “Sudahlah! dengan caramu begini aku sudah paham. Lebih baik kita putus.” Itula