Bab 12. Bicaralah

1072 Words
Setelah acara inti selesai Hera tidak kembali ke tempat duduknya. Dia langsung mencari-cari keberadaan Idris. Perasaan bersalah menyelimuti Hera sekarang. terbayang-bayang di benaknya wajah kecewa Idris saat dia bergandengan dengan Hudson. Hera yakin Idris akan mengungkapkan kekecewaannya. Dan Hera harus bersiap-siap menghadapinya. "Who are you looking for?" Hera terkejut bukan main. Suara yang sangat dia kenal menegurnya saat dirinya sedang berjalan sambil melihat-lihat keadaan sekitar di sebuah ruangan sepi. "Idris?" Hera langsung menghentikan langkahnya. Dia langsung gugup. "Well. I am looking for you," ucapnya pasrah saat sebentar mengamati wajah kecewa Idris. Lalu dia menunduk kembali. "My Mom called me cause I got a phone call from my Grandma." Hera terdiam. Dia tahu Grandma Idris yang berada di Kolombo sedang sakit keras akhir- akhir ini. Hera semakin tidak berani memandang Idris. Perasaan bersalahnya semakin bertambah. "You should listen to me." "But, you know there is no time." Hera berusaha membela diri. "Then you should walk alone," lirih Idris penuh sesal. Hera pun tertunduk di hadapan Idris yang masih menunjukkan kekecewaan mendalam terhadap dirinya. "You shouldn't have accepted him as a bridesmaid partner, Hera. I'm really upset. We promised to be a couple, right? Why did you break our promise?" keluh Idris dengan nada agak tinggi. Hera mendongakkan kepalanya, menantang menatap Idris. "So, why don't you try to stop him, you even went to your Mommy. Tu ne peux pas juste me blâmer, Idris!" balas Hera sengit. Idris masih tatap wajah Hera dengan perasaan kesal. "You should wait for me, Hera, and not to take Hudson just so easily. I know he really likes you. His Mom likes you too." Hera yang terpojok dengan tuduhan Idris, berjalan cepat menjauhi Idris. Idris menghela napas kecewa saat menatap tubuh mungil Hera yang terbungkus gaun putih indah berenda, berjalan cepat-cepat menjauh darinya. Dia gigit bibirnya menahan tangis saat melihat rambut Hera yang tergerai bergerak-gerak bagai riak-riak gelombang di lautan luas. "Hera, you're always in my heart," ucapnya gemetar. Sambil meletakkan dua tangannya di saku celananya, Idris melangkah gontai menuju pintu ke luar dari gedung. Idris tidak menyadari bahwa Hera sempat menoleh ke arahnya dengan wajah berurai air mata. "Toi aussi, Idris," ucap Hera seakan mendengar ucapan Idris. *** Tata menarik napas dalam-dalam dan menghempasnya perlahan saat melihat Hera duduk termenung di atas tempat tidurnya. Selama pesta berlangsung, Hera tidak ceria. Dia banyak diam dan menyendiri. Meskipun Grace dan Gloria berusaha menghiburnya, Hera tampak tidak semangat. Tata tahu Hera sangat kecewa karena tidak berpasangan dengan Idris saat melempar kelopak bunga. Dia berpasangan dengan Hudson. Padahal momen itu adalah momen yang sangat dia tunggu-tunggu berpasangan dengan Idris. Lalu ada yang memberitahunya bahwa ada pertengkaran kecil antara Hera dan Idris di belakang ruang utama acara. Hera terduduk dan menangis tersedu-sedu di ujung koridor. Sebenarnya Tata tidak begitu menanggapi serius akan keadaan Hera yang benar-benar menyukai Idris, anak seorang perancang busana muda terkenal. Dia menganggap itu hanya main-main saja atau Hera yang mengalami cinta monyet lebih dini. Sedikit mengingat dirinya mulai menyukai teman laki-laki saat berusia delapan tahun dan dia masih duduk di kelas dua SD. Mungkin Hera lebih dini mengalaminya. Bedanya, Tata tidak mengungkapkan perasaan sukanya kepada anak laki-laki itu karena anak laki-laki itu merasa aneh berteman dengannya. Diapun dijauhi anak laki-laki itu. Namun Hera dan Idris saling suka dan saling menyayangi. Sepertinya ini adalah hal yang lumayan serius. Melihat Hera yang lama terdiam, Tata menghampirinya. "You're still sad cause you didn't walk with him?" tanya Tata sambil memainkan rambut keriting Hera. Rambut yang dia kagumi. Rambut yang mengubah jalan hidupnya. Hera menggeleng. "I am okay with that." "So why you're sad," "He hates me." Pandangan mata Hera lurus ke depan, seolah masih melihat wajah kecewa Idris saat memarahinya. Tata menghela napas sejenak. Dia kembali mengingat momen-momen penting saat pesta pernikahan berlangsung. Dia menyukai Idris. Idris sangat gentle. Menurutnya, Idris memiliki kepribadian yang hampir mirip dengan Farid, suaminya. Patuh kepada keduaorangtuanya, meski terkadang terlihat tidak menyetujui sikap mommynya, tidak terlalu banyak terpaku kepada gadget seperti anak-anak laki-laki lainnya, sikapnya sangat ramah kepada siapapun yang dia kenal. Satu hal, Idris sangat tampan dan memesona. Tata bisa menebak, kelak dewasa Idris pasti akan jadi rebutan kaum hawa, karena dia sosok yang setia dan teguh memegang janji. Namun, Tata tidak begitu menyukai Gema, mommynya. Saat acara pesta berlangsung, Gema berubah kaku dan angkuh serta tidak ramah. Tata berusaha menegur dan mengajaknya berbicara, Gema tidak menanggapinya dengan antusias. Matanya tidak fokus dan cenderung ingin menghindar. Gema sangat berbeda dari suaminya yang sikapnya sangat hangat dan ramah. Tata yang juga sibuk melayani para tamu, tidak sengaja berkenalan dengan Dista, menantu cantik si pengacara terkenal Anggiat. Dista berjalan bersama anak sulungnya yang bertubuh tinggi dan berwajah tampan. Theo namanya. Berbanding terbalik daripada Gema, Dista sangat ramah dan malah antusias bercakap-cakap dengannya. Dista terlihat nyaman berdekatan dengan dirinya saat acara pesta. Tata yang senang dengan Dista, sesekali melirik-lirik Theo yang gagah yang selalu memegang buku dan membacanya saat duduk di sebelah mamanya. Menurutnya, Theo jauh lebih sempurna daripada Idris. Tapi bagaimanapun, itu hanya keinginannya saja. Dia akan serahkan kepada Hera jika Hera sudah beranjak dewasa dan mengenal cinta yang sebenarnya. "You want to talk to him?" tawar Tata yang tidak ingin melihat wajah murung Hera. Hera terkesiap. Dia lalu mengangguk semangat. *** Sama halnya dengan Hera, Idris juga terlihat tidak semangat. Dia makan sedikit sekali malam ini. Gema jadi sedih melihatnya. Idris yang biasanya suka sekali berbicara, malam ini tidak banyak kata-kata yang ke luar dari mulutnya. Gema sadari dia telah berbuat kesalahan. Memanggil Idris pada waktu yang kurang tepat. Apa daya, mertuanya memaksanya memanggil Idris di saat-saat terpenting bagi hidup Idris. Ternyata Mama Uwung sangat ingin berbicara dengan Idris. Mama Uwung sampai mengatakan takut dia tidak bisa lagi berbicara dengan Idris, karena napasnya sudah sangat sesak. "I am sorry," ucap Gema yang kembali merasa bersalah. Perasaan yang dia rasakan sejak melihat Idris yang menahan kecewa melihat Hera berjalan berpasangan dengan anak laki-laki lain. Kekecewaan Idris seakan menular ke dirinya. Gema pun jadi tidak bersemangat di sepanjang acara. Dia yang biasanya semangat melakukan promosi hasil rancangannya, kali ini dia malah tidak melakukannya sama sekali. Ada beberapa temannya yang menanyakan sikap jutek Gema, Gema diam tak mengacuhkan. Dua hal yang menjadi beban pikirannya hari ini, keadaan Mama Uwung yang semakin lemah dan kekecewaan Idris. Meskipun demikian, dia tetap melakukan pekerjaannya secara profesional. "It is okay, Mommy. I'll be fine," jawab Idris berusaha santai. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD