Bab 10. Aku Jatuh Cinta

1016 Words
Gloria dan Grace saling pandang ketika tidak sengaja melihat keakraban Hera dan Idris. Mereka berdua cepat-cepat menghampiri keduanya dan mengajak Hera bermain. Hera awalnya enggan meninggalkan Idris sendirian, tapi tak lama kemudian Nadzir dan Bagas datang menghampiri. Keduanya mengajak Idris bergabung untuk bermain bersama. "Aku liat kamu pegang-pegang?" todong Grace tajam. Tampaknya dia tidak menyukai keakraban Hera dengan Idris. "Nggak. Cuma begini...." Hera memperagakan gayanya berangkulan. "Masa kayak orang pacaran?" sergah Grace lagi. "Pacaran itu apa?" tanya Hera. Grace menepuk jidatnya. Dia toleh Gloria untuk menjelaskan arti pacaran kepada Hera. "Pacaran itu sayang-sayang, Hera. Lanang sama wedok duduk-duduk berduaan kayak kamu karo Idris," jelas Gloria dengan medok jawanya. "Oh, iya. Aku pacaran kok sama Idris. Aku sayang sama dia," tanggap Hera. "Ha?" Gloria dan Grace saling pandang dengan mulut menganga. "Kamu masih cilik," gerutu Gloria. "Kamu jealous aku dekat sama Idris?" sergah Hera. "Ih. Hera. Udah ah. Yuk kita dolan saja. Ojo di sini. Di sini banyak ulat bulu...." Grace lalu menarik tangan Hera agar cepat-cepat beranjak dari sudut taman yang sekitarnya ada berbagai macam tanaman. "Ulat bulu?" dahi Hera mengernyit tak mengerti. "Caterpillar, Hera." Gloria menerjemahkan sambil bergidik. Hera tak sadar berteriak membayangkan ulat bulu yang dimaksud Gloria. Dia ikut berlari bersama Grace dan Gloria. Lalu ketiganya tertawa bersama-sama. Dan tawa mereka berubah histeris karena kedatangan Hudson. Hudson adalah sahabat yang mereka kenal saat sama-sama menghabiskan waktu di Melbourne beberapa bulan lalu. Hudson ditemani seorang gadis kecil bernama Mahira. Mahira adalah sepupu Idris. Sarah, mamanya Mahira merupakan saudari sepupu dari Gema, Mama Idris. Sore itu benar-benar pecah di depan pekarangan rumah Pakde Guntur. Anak-anak kompak bermain bersama dan tidak ada yang tersisihkan. Semuanya riang gembira. Terutama saat Mbok Min membawakan mereka banyak cemilan dan minuman dingin. *** Wajah Hudson cemberut. Dia tidak diikutkan dalam kelompok anak-anak yang mengiringi pengantin besok pagi. Bagas lalu menenangkan perasaan Hudson. Dia menjelaskan bahwa Hudson baru saja datang dari Melbourne dan dia belum dikenal keluarga besar Njid Akhyar. Sementara susunan acara serta orang-orang yang terlibat sudah diatur sedemikian dari jauh-jauh hari. Akhirnya Hudson pun menerima alasan tersebut. Dia ditetapkan sebagai cadangan saja. Tampak Hudson sesekali melirik ke arah Hera yang selalu berduaan dengan Idris. Ternyata dia ingin sekali berdampingan dengan Hera. Dia ingat Mamanya yang selalu memuji-muji Hera yang cerdas dan berpikiran luas. Mamanya sangat terkesan dengan sikap Hera yang pernah mengunjungi keluarganya dan menginap di rumahnya di Melbourne. Waktu itu hampir seluruh keluarga Hera dari Jakarta berkunjung ke Melbourne dalam rangka menjenguk Mbak Ayu yang melahirkan. *** Tata terheran-heran mengamati Hera yang gelisah menjelang tidur. Matanya tertutup, tapi tubuhnya terus bergerak. Sebentar menghadap ke kiri, sebentar menghadap ke kanan, sambil memeluk guling kecilnya erat-erat. "Hera," panggil Tata pelan. Dia sentuh pinggang Hera pelan. Hera berhenti bergerak. Tapi matanya yang tertutup terlihat bergerak-gerak. Tata tersenyum simpul. Hera pasti pura-pura tidur. Baru saja dia akan menggerakkan tubuh Hera, tiba-tiba dia terdiam seperti menyadari sesuatu. Daisy tidak berada di dalam dekapan Hera malam ini. "Hera. Where is your Daisy?" tanya Tata tanpa menyentuh tubuh Hera. Hera tidak menjawab. "Hera. I know you're not sleeping." Hera menggerakkan tubuhnya menghadap ke mamanya. Lalu tersenyum sambil membuka matanya pelan-pelan. Tata tertawa kecil melihat tingkah putri sulungnya. Hera sudah pandai berpura-pura. "She is with Aunty Gemma," jawab Hera dengan senyum malu-malu. "Oh. Why?" "Idris said that his Mommy will make new clothes for my Daisy." Tata menghela napas panjang. Dia tatap wajah Hera dengan seksama. "You like Idris," gumamnya. "Je l'aime bien. Il m'aime aussi." Hera yakin dia dan Idris saling menyukai. "Well, remember that you're still a kid." "Are we wrong to have such feeling? Like each other? Love each other?" Tata tersenyum mendengar pertanyaan Hera. Sepertinya Hera kecil sudah memiliki perasaan khusus terhadap lawan jenis. Dia berpikir Idris pun demikian. Tata tidak kaget dengan apa yang dirasakan atau dialami Hera. Sebelumnya di Caen, Hera yang kerap bermain sendirian suka berbicara sendirian tentang cinta. Hera lebih tertarik menyaksikan drama serial mengenai percintaan orang dewasa. Tapi Tata tidak lupa mengajari anaknya apa yang pantas disaksikan dan yang tidak pantas, sepanjang dia menyaksikan drama serial percintaan. Beruntungnya Hera mengerti penjelasannya. Lagipula, yang disaksikan Hera adalah drama serial dalam kategori bimbingan orang tua. "Nothing wrong with it. It's normal." Hera tatap wajah mamanya dengan tatapan serius. "Mama," desahnya pelan. "Ya, Sayang." "Aku sepertinya sedang jatuh cinta." Tata menahan tawanya. Hera sedikit cemberut, tidak suka dia ditertawakan. "Why you laugh? You said it's normal." Tata usap-usap perutnya yang buncit. Ada gerakan yang dia rasakan di dalamnya. "Ya. Normal. Mama senang kamu ungkapkan perasaan kamu yang sebenarnya." Tawa Tata mulai reda saat menyadari Hera serius membicarakan tentang perasaan cinta yang dia rasakan. "Kamu jatuh cinta dengan Idris?" tanya Tata sambil memainkan rambut keriting Hera. Dia mulai menganggap serius apa yang sedang diungkapkan Hera. "Ya. Dia juga jatuh cinta kepadaku. Dia bilang dia mau melakukan apa saja untuk kebahagiaanku." Sebenarnya Tata ingin sekali bersorak tertawa. Lucu sekali mendengar curahan hati anaknya yang masih berusia lima tahun tapi sudah berbicara tentang cinta. Sekilas dia mengingat masa kecilnya saat seusia Hera. Sepertinya sangat berbeda. Tata kecil belum mengenal kata cinta. Tata yang sangat memahami watak si sulung, kembali memasang mimik serius mendengarkan curahan hatinya. "What did you do with him ... a kiss?" goda Tata dengan nada tanya. Hera menggeleng. "I hug him. He hug me too ... and we're happy," "Good. Remember not to?" "Not to kiss and not let other touch your private parts of body unless Mama and Papa." Tata menelan ludahnya. Tidak menyangka Hera kecil bersikap seperti orang dewasa. Dia sangat berharap Hera bisa terus menjaga sikap. Tata pegang bahu Hera erat-erat. "You are precious to me," ucapnya yang tersadar akan sikapnya yang sedikit berlebihan mengenai apa yang sedang dialami Hera. "I know, Mama. You are too to me." Tata pegang pipi Hera lembut. "Why you chose him, kenapa kamu sudah yakin dengan memilih dia?" tanyanya ingin tahu. Tak menyangka putri sulungnya sudah memilih pasangan hidupnya. "He is like me. He is my mirror. When I see him, I see myself." Hera benar-benar jatuh cinta kepada Idris, hingga dia menganggap Idris adalah cerminan dirinya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD