Airin mengerjap samar dengan memandangi langit malam di atas sana yang sudah nampak gelap tanpa cahaya bulan yang menemani. Tangannya bergerak kecil memeluk tubuh mungilnnya dengan kedua lengannya mulai merasakan dingin yang perlahan menusuk kulitnya. Gadis berambut seleher itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lirih. "Gakpapa, Airin." Tuturnya berusaha menyemangati dirinya sendiri walau omongannya tercekat karena tenggorokannya yang mendadak kering. Semua kejadian terlalu datang mendadak seperti tanpa persiapan. Airin masih merasa seperti di alam mimpi, kejadian ini terlalu sulit untuk dipercaya. Gadis itu berharap semua ini hanyalah mimpi buruknya. "Kak Airin," Airin sontak menoleh dengan menegakan tubuh memandangi sosok jangkung dengan tubuh kurusnya yang kini berdiri