Waktu menunjukkan pukul sebelas malam dan Naily masih berada di kantor tempatnya bekerja. Sebagai asisten pribadi dari Gavin Romario Dinata, tentu ada aturan yang harus Naily patuhi. Salah satunya tidak boleh pulang sebelum sang bos pulang. Bukankah sangat tidak wajar karena sekarang hampir mendekati tengah malam?
Parahnya lagi, situasi seperti ini hampir terjadi setiap hari. Sayangnya Naily tidak bisa protes mengingat dirinya sudah terikat kontrak yang dengan bodohnya ia tanda-tangani setahun lalu.
Saat itu, Naily terpaksa melakukannya karena terlilit utang beberapa pinjaman online yang sudah lewat jatuh tempo sehingga sangat membutuhkan uang untuk membayarnya. Di saat yang bersamaan, Gavin menawarkan p********n di muka jika Naily bersedia menjadi asisten pria itu.
Tidak tanggung-tanggung, kontraknya selama lima tahun!
Naily yang tidak bisa berpikir panjang, ditambah tawaran gaji yang sangat menggiurkan, akhirnya setuju menandatangani kontrak bekerja selama lima tahun di perusahaan Gavin. Naily awalnya hanya mengira menjadi asisten biasa, tapi nyatanya beginilah nasibnya sekarang yang seakan menjadi pesuruh Gavin yang tidak bisa menolak apa pun perintah pria itu.
Salah satu aturan yang Gavin buat adalah ... Naily tidak boleh berbicara formal dengannya sekalipun status mereka atasan dan bawahan. Gavin menilai hal itu malah jadi canggung karena terlalu serius, sedangkan Gavin ingin suasana yang lebih santai. Untuk itu ia dan Naily tidak menggunakan saya, Anda atau Pak, melainkan aku, kamu juga bos.
Naily yang sudah gelisah karena waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, tapi dirinya masih duduk di ruangan Gavin. Rasanya Naily ingin sekali berteriak tepat di telinga bosnya itu agar pulang sekarang juga.
Jujur saja, Naily ingin segera merebahkan diri di atas tempat tidur. Ia sangat lelah seharian ini melayani Gavin. Sejatinya asisten pribadi terlalu bagus untuk menjadi nama profesinya karena sebenarnya Naily adalah 'babu' dari bos menyebalkan bernama Gavin.
"Ly, aku udah putus sama Anggika," ucap Gavin tiba-tiba.
Setelah Gavin cukup lama sibuk dengan ponselnya, akhirnya pria itu mulai bersuara.
"Oh," balas Naily tanpa terkejut sedikit pun. Bosnya putus dengan wanita sudah seperti kegiatan rutin setiap hari mengingat banyaknya wanita yang Gavin pacari. Entah berapa jumlahnya, seingat Naily ada empat atau lima. Apa lebih? Naily tidak sekurang-kerjaan itu sampai kepikiran untuk menghitungnya.
"Sama Resa dan Feli juga," tambah Gavin. "Semuanya aku putusin, termasuk Kayla, Risma dan Chery."
Tunggu, tunggu ... jadi dari tadi Gavin sibuk dengan ponselnya hingga membuat jam pulang Naily terhambat karena sibuk mengajak putus para selingkuhannya? Astaga.
"Aku resmi jomlo sekarang," kata Gavin lagi.
"Wah, bos yakin nggak akan menyesal?" Naily tahu ini pertanyaan retorik karena ibarat mati satu tumbuh seribu. Putus dengan enam selingkuhan ... akan muncul kandidat-kandidat lain yang akan Gavin pacari.
"Tidak akan. Aku akan berhenti memacari banyak wanita. Aku akan pensiun dalam berselingkuh."
Ini antara Naily salah dengar atau Gavin yang sedang membual!
"Kenapa tiba-tiba tobat, Bos?"
"Kamu tahu, jadwalku besok jam delapan malam?" Gavin malah balik bertanya.
"Meeting dengan Nona Fiona Erisandi, putri tunggal pemilik Erisandi Group sekaligus CEO Starlight," jawab Naily sambil melihat layar pada ponselnya yang menampilkan jadwal harian bosnya.
"Nah itu, sebenarnya pertemuan kami bukan untuk membicarakan pekerjaan, melainkan perjodohan yang sudah orangtua kami atur."
Naily sebenarnya terkejut, tapi sebisa mungkin ia tidak memberikan ekspresi berlebihan.
Seorang Gavin, playboy si tukang selingkuh ... dijodohkan? Apa Naily tidak salah dengar? Terlebih Gavin tampak santai mengatakannya. Seolah-olah pria itu juga menginginkan perjodohan tersebut.
"Aku sebenarnya kenal Fiona, dari kecil kami bahkan bermain bersama. Tapi hubungan kami menjauh saat aku berselingkuh darinya saat kami SMA dulu. Lalu kami kuliah ke luar negeri tapi di negara berbeda dan sampai sekarang belum pernah ngobrol lagi," jelas Gavin.
Sial. Sejak masa SMA pun Gavin sudah menjadi playboy.
"Salah aku juga, sih, seharusnya tidak perlu memacari Fiona. Dengan begitu hubungan kami pasti akan baik-baik aja sampai sekarang," lanjut Gavin.
Sejak awal, Gavin memang tidak pernah sungkan bercerita pada Naily. Baginya, Naily bukan sekadar asistennya, tapi juga merupakan pendengar setianya.
"Itu artinya besok adalah pertemuan kalian lagi setelah sekian lama?"
"Ya, betul. Untuk itu aku sengaja mengakhiri hubungan dengan semua selingkuhanku. Aku akan serius kali ini. Fiona memang mantan pacarku, dan aku pastikan dia akan menjadi istriku."
"Semoga pertemuan kalian lancar. Meski sejujurnya aku agak heran ... karena Bos yang selama ini kukenal paling anti dengan yang namanya pernikahan."
Gavin terkekeh. "Jangan bilang kamu mengira aku masih menyukai mantan pacarku itu? Astaga, aku dan Fiona berpacaran saat masih SMA, itu pun aku lakukan karena dia cantik, bukan karena cinta."
Naily mengangguk-angguk. "Berarti ada bisnis dalam pernikahan kalian? Makanya bos setuju dengan perjodohan ini?"
"Sial, aku tidak pernah salah memilih asisten. Rupanya kamu cepat mengerti."
Dinata Ekspres (DE) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi atau pengiriman barang. DE berada di bawah naungan Grup Silver, perusahaan milik orangtua Gavin.
Sayangnya, DE tidak memiliki manajemen yang baik sehingga hampir bangkrut lantaran para pelanggan lebih memilih menggunakan jasa ekspedisi lain yang menjadi saingan DE.
Sampai kemudian, Gavin diperintahkan oleh orangtuanya untuk mengambil alih DE, lalu mempertahankan DE agar jangan sampai bangkrut. Jika Gavin berhasil, pria itu akan langsung mewarisi semua kekayaan orangtuanya tanpa kecuali.
Jika Gavin gagal, orangtuanya bisa jadi akan memercayakan perusahaan-perusahaan miliknya pada paman Gavin. Tentu saja Gavin tidak rela. Ia yakin akan berhasil membuat DE bangkit dari keterpurukannya.
"Bos yakin menikah adalah jalan keluarnya? Aku khawatir bos akan menyelingkuhi Nona Fiona lalu semua malah menjadi kacau."
"Aku udah mantap berubah, Ly. Aku akan menjadi pria setia."
Entah kenapa, Naily malah mendengar ucapan Gavin seperti kebohongan. Ah, benar atau tidaknya, seharusnya Naily tidak peduli karena memang bukanlah urusannya.
"Terus bagaimana dengan Nona Fiona? Dia pasti menolak saat tahu bos menikahinya karena tujuan tertentu."
"Itu sebabnya dia jangan sampai tahu niatku sebenarnya. Kami pernah pacaran, lalu berakhir putus karena aku selingkuh. Tapi kami bertahun-tahun tanpa komunikasi, dan aku rasa dia sudah melupakan masa lalu buruk kami," jelas Gavin. "Dulu aku sangat tampan, dan sekarang aku lebih tampan lagi. Bukankah Fiona pasti akan langsung jatuh cinta padaku? Bagaimana menurutmu?"
"Menurutku ... bos terlalu percaya diri."
"Sial, aku memang tampan dan sempurna."
"Terserah bos kalau begitu."
"Ly ... jangan bilang kamu cemburu?"
Mata Naily membelalak. "Cemburu bos bilang?" Wanita itu kemudian tertawa. "Jangan asal bicara, Bos. Buat apa aku cemburu?"
"Sejujurnya mustahil kamu tidak jatuh cinta padaku yang sangat tampan ini."
"Bos, tolong jangan buat aku muntah."
Gavin malah terkekeh. "Sial, sekarang kamu semakin berani. Tapi baguslah, aku paling kesal berurusan dengan orang kaku. Dan aku suka interaksi kita yang santai. Karena sejatinya bagiku kamu bukan sekadar asisten, melainkan teman juga."
"Dan babu," gumam Naily yang sepertinya tidak terdengar oleh bosnya.
"Tapi Naily ... awas menyesal loh. Jangan sampai kamu menyatakan cinta saat aku benar-benar berstatus suami orang."
"Aku pastikan nggak akan, Bos," jawab Naily yakin.
"Ah, sial. Saat semua wanita bertekuk lutut padaku, asistenku sendiri justru nggak berminat menjalin cinta denganku."
"Justru karena aku asisten yang otomatis selalu di dekat bos, makanya aku tahu banyak bobroknya bos. Jadi nggak berminat."
"Dasar. Kalau begitu pulang, yuk," ajak Gavin.
Kalimat yang sangat ingin Naily dengar dari tadi. Pulang.
Tak lama kemudian, mereka bergegas pulang. Sebagian besar area kantor sudah gelap. Naily berjalan mengikuti langkah bosnya, memasuki lift.
Besok adalah hari bersejarah bagi Gavin. Seorang Gavin, playboy kelas kakap akan membuka lembaran baru dengan menyetujui sebuah perjodohan.
Ya, Gavin akan menikah.