Pukul tujuh pagi, Arumi dan Jihan baru keluar dari ruang dokter yang menangani Dimas, ayah dari Jihan dan Juna. Pemuda berponi samping itu berdiri melangkah menghampirinya dan Jihan. Setelah penjelasan yang begitu panjang, Jihan tak mampu bergerak rasanya mau roboh saja di sana. "Kak Arumi, apa yang terjadi sampai kak Jihan lemas begini? Papa baik-baik aja 'kan?" Arumi mendudukkan Jihan dulu lalu beralih menatap Juna. "Papa harus dipindahkan ke ruang khusus, sedikit jauh dari pasien-pasien lain." Ucapnya mendapat kernyitan. "TBC akut. Bukan tidak mungkin ini bakal menular, jadi, untuk sementara hanya petugas yang boleh melihat beliau." Jelas Arumi dan kali ini pemuda 20 tahun ini tertawa seakan-akan Arumi mengatakan hal lucu terdengar bodoh. "Juna," Jihan menegur namun Juna menyelah