Asyla hampir menangis melihat ada beberapa memar di wajah Jordi. Yang membuatnya semakin khawatir adalah sikap tenang Jordi, seolah apa yang baru saja terjadi bukan apa-apa untuknya. "Aku akan bantu!" Asyla merebut obat yang dibawakan oleh seorang pelayan. Jordi tidak terlalu memperhatikan sekitar, karena pikirannya dipenuhi oleh sosok Kiara. Jika saja pukulan barusan dilakukan langsung oleh Kiara, atau dilakukan atas keinginan wanita itu, dia akan merasa lebih baik. Karena dia layak mendapatkan pukulan bahkan makian. Tapi sayangnya, wanita itu pergi jauh dari jangkauannya. Dan apa yang dimaksud pemuda tadi tidak memberikan perasaan apapun. Tidak ada kemarahan atau bahkan rasa bersalah atas tuduhannya. Karena yang berhak memaki dan memukulnya hanya Kiara Gunadi. "Shh!" Jordi meringis ol