part 1 ( kebencian )
Bisakah aku bahagia sedikit saja?
"Bangun kamu dasar beban" ucap ayah lalu menyiram aku dengan air dingin.
Aku yang masi tidur pun segera bangun dan meringis kesakitan.
Tiba tiba ibu tiriku datang dan langsung memeluku.
"Mas, aku mohon jangan kasar sama anakmu, kasian dia sangat kelelahan" ucap ibu tiriku
"Udah lah kamu ga usah kaisanin dia, sekarang kamu siapin aku makan sama aji, kasian dia mau sekolah" ucap ayah, lalu dia pun keluar kamar
Saat aku menangis ibu pun langsung memeluk ku, walaupun aku tau dia bukan ibu kandung ku tapi rasa sayangnya melebihi dari apapun.
"Sudah ya kamu jangan memikirkan perkataan ayah kamu, sekarang kamu mandi nanti sakit," ucap ibu sembari mengusap pundak ku
"Ibu aku takut ayah, huhuhu kenapa ayah ga pernah sayang sama aku Bu ? Lalu dimana ibu kandung ku Bu ? Apa jangan jangan aku anak yang tak di inginkan ya Bu ? Kenapa mereka gak ada buat aku Bu ? Kenapa aku dilahirkan begini buk ? Kenapa aku harus hidup Bu huhuhu," ucapku menangis
"Shutt, jangan kamu berbicara seperti itu ya nak, Masi ada ibu yang sayang sama kamu, jangan kamu merasa kalau kamu itu yang paling susah, ingat Allah itu gak akan beri ujian yang berat melebihi kemampuan hambanya" ucap ibu menasehati ku
Akhirnya setelah ibu menasehati ku aku pun mengerti apa yang ibu sampaikan, setelah itu aku bergegas mandi.
Saat selesai mandi aku pun keluar ingin makan, namun tiba tiba
Ayah "ngapain kamu di sini hah? Belum puas kamu saya hajar"
Ibu "sayang ayo makan, sini ibu ambilkan ya"
Ayah "udah anak kaya gitu ga usah di manja nanti yang ada besar kepala dia"
"Mas udah ah jangan ribut masi pagi" ucap ibu ku
"Kaka ayo makan ada ayam ini, enak ayo kaka, Kaka jangan nangis ya" ucap adik angkat ku, lalu dia pun menghampiri ku dan mengelap air mata ku dengan tisu yang dia ambil.
"Iya enak ya dek ayam nya, ya udah mending dede aja ya yang makan ayam nya, Kaka udah kenyang, oh ya ayah buk aku pamit mau kerja dulu
ya" ucap ku pamit, tak lupa menyalimi tangan
mereka, namun seperti biasa ayah selalu menghindar saat aku ingin salim kepada nya.
Karena aku gak mau ada keributan di pagi hari aku pun memutuskan untuk pergi kerja, sama seperti hari hari sebelumnya aku bekerja sebagai art di salah satu komplek deket perkampungan tempat ku tinggal, aku baru saja kerja beberapa hari, majikan bernama buk indah dia sangat dermawan, sebelumnya buk indah ini sempat menolak aku bekerja karena terbilang usiaku masi muda jadi seharusnya aku bersekolah bukanya mencari kerja, namun karena aku terus memohon akhirnya aku di perbolehkan bekerja disini, tak butuh waktu lama aku pun sudah sampai di depan rumah nya.
"Assalamualaikum buk" ucapku seraya mengetuk pintu.
"Iya siapa?" Saut seseorang di dalam rumah tersebut, yang ku yakini dia adalah anak bu indah yang bernama lintang.
Lalu tak lama lintang pun membukakan pintu.
"Eh elo ternyata si bocah miskin, masih tahan lo jadi pembantu?" Ucap lintang dengan ekspresi tak suka kepadaku.
"Alhamdulillah aku masi bertahan kok, selama pekerjaan ini halal tak apa bagiku, karena yang terpenting adalah aku bisa mendapatkan uang lalu bisa makan dan melanjutkan sekolah ku, urusan gengsi tentu saja belakangan" ucapku yakin, walaupun aku tak sepenuhnya yakin kalau aku bisa melanjutkan sekolah ku lagi.
Lintang "cuih ga usah sok ceramahin gw ya, ogah gw liat lo, enek gw yang ada lama lama" lalu tak lama lintang menariknya tangan ku hingga membawa ku masuk ke dalam rumah tersebut dan mendorong ku.
"Awhh sakit, kamu apa apaan si lintang? Salahnya aku apa?" Ucapku seraya merintih kesakitan.
"Lo masih ga tau kesalahan lo apa? Emang ya bener bener ga tau diri" ucap lintang menarik kerah bajuku
"Kalo ko ga mau gw nyiksa lo lagi lo harus keluar dari sini, jangan lo kerja di sini lagi" ucapnya berbisik di telinga ku.
"Aku tak boleh keluar dari pekerjaan ini, biar pun aku di siksa, karena sekarang mencari kerja saja sudah susah apalagi untuk aku yang tamat smp, tak apa aku disiksa aku harus bertahan," ucapku meyakinkan dalam hati
"Gimana? Mau gak lo?" Tanya lintang.
Tiba tiba saja Bu indah turun dari tangga dan melihat aku seperti terjatuh bu indah sangat panik.
"Kamu kenapa nak?" Tanya Bu indah panik melihat keadaanku.
Kulihat lintang seperti sedang ketakutan, ya seperti nya dia takut jika aku jujur kepada ibunya.
"Kamu kenapa nak jawab? Apa lintang?" Ucap buk indah sekali lagi memastikan keadaan ku, dan melihat tajam ke arah lintang.
"Buk" ucapku.
"Siapa nak? Jawab saja jangan takut" ucap Bu indah menenangkan ku.
"Emmmm..."