Bab 6 Dasar anak bos.

1011 Words
"Baik pak!" ucap Re saat itu dengan patuhnya. Karrna Re tahu jika dirinya saat itu adalah orang yang Adam gaji. "Panggil om aja Re... biar lebih dekat." Ucap Adam dengan sahutan nya. "Dekat! dekat!" sahut Feli seketika. "Oh ya pah! papa ngatur bodyguard untuk aku kan? jadi... aku boleh kan minta permintaan yang kayaknya nggak berat buat papa kabulin." Ucap Geli disana. Ucapan Feli seketika membuat papanya menoleh dan menatap kearahnya. Adam tidak jadi beranjak pergi dari tempatnya saat itu. "Apa sayang?" tanya Adam pada putrinya. "Pah... papa kalau ngekang aku dengan cara ngasih bodyguard di sisi aku, aku juga bisa kan kalau lepas dari pengawasan papa? biarkan aku mencoba hidup mandiri. Sendiri. Agar papa tahu jika aku tidak seburuk yang papa bayangkan. Tidak se manja yang papa kira." Ucap Feli pada papanya. "Sayang... kamu yakin bicara kayak gitu? kamu yakin bisa hidup sendiri tanpa asisten? apa kamu yakin akan bisa melewatinya?" tanya Adam pada sang putri. Namun ucapan papanya itu kian membuat Feli merasa tertantang disana. "Pah... papa yakin aja Fe bisa! please... kabulkan ya pah..." ucap Fe saat itu. Nampak Adam sesaat berpikir disana. "Oke... kalau begitu papa akan atur rumah kontrakan di dekat kampus kamu. Agar memudahkan kamu untuk ke kampus. Oke? kamu mau bawa asisten rumah tangga berapa orang?" tanya papanya saat itu. "Nggak perlu pah... cukup atur aja tempat yang kiranya bisa Fe bersihkan sendiri dan rawat sendiri. Cukup tempat kost saja pah..." ucap Fe disana yang membuat papanya terkejut seketika. "Apa?!! tempat kost? kamar kost maksud kamu? jangan bercanda Fe... putri Adam darmawan bertempat tinggal di rumah kost? nggak! rencananya malah papa akan beli itu rumah kontrakan dan membangunnya untuk kamu tinggali kalau kamu mau disana tanpa bayang-bayang papa." Ucap Adam saat itu. "Pah... ayo lah..." ucap rengekan Fe lagi. "Lalu bodyguard kamu mau kamu suruh tidur dimana?" tanya Adam disana. "Bodo amat deh pah! biarin aja! sekalian tuh dia biar tidur di emperan rumah irang juga!" ucap Feli saat itu dengan marahnya. "Cukup Fe. Papa bisa toleransi kamu dan semua yang kamu lakukan! tapi jangan sampai kamu jadi anak yang nggak beradab! sejak kapan kamu bisa jelekin orang-orang papa? hemz... papa yang gaji mereka, bukan kamu. Jadi jaga sikap kamu ya!" ucap Adam yang membuat Fe menampakkan wajah kesalnya disana. Dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Jujur Fe saat itu merasa di permalukan di depan lelaki itu. Karena papanya lebih memilih untuk memihak bodyguardnya itu dari pada dirinya. Dengan langkah cepat Fe berusaha pergi dari sana. Fe ingin meninggalkan papanya dan bodyguard itu dari sana. "Tunggu!" cegah papa Fe pada anak gadisnya. Membuat Fe menghentikan langkahnya saat itu. Nampak gadis itu terdiam di tempatnya. "Sudah papa putuskan. Kamu dan bodyguard kamu itu tinggal di salah satu rumah dekat dengan kampus kamu. Nggak ada asisten rumah tangga seperti yang kamu inginkan. Oke papa bisa toleransi itu jika kamu mau belajar mandiri. Tidak ada keluyuran di klub malam seperti biasa. Dan tidak ada teman-teman kamu yang urakan itu lagi. Masalah uang... mau berapa aja akan papa cukupin. Jika tidak! papa akan berlaku tegas sama kamu. Apa kamu mengerti itu?" tanya papanya disana. Nampak Fe sesaat tengah berpikir. "Tenang Fe... yang penting kamu nggak dalam kekangan papa kamu aja. Masalah bodyguard itu gampang lah...meski dia kayaknya nggak butuh uang sih. Yang penting bebas dulu." Ucap dalam hati Fe saat itu. "Oke pah, baiklah!" ucap Feli saat itu disana. Nampak gadis itu tidak berontak sama sekali. "Kamu setuju kalau kamu nggak berhubungan lagi dengan teman urakan kamu itu?" tanya papa Feli disana. "Nggak apa pah... Fe akan berusaha temenan sama bodyguard pah... oke? papa puas sekarang? kalau iya... Fe mau siap-siap ke kampus." Ucap gadis itu yang lalu pergi dari tempatnya dan pergi berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Tidak lupa Fe melempar baju yang Re berikan tadi padanya tepat ke arah Re saat itu. Dan dengan segera Re menangkapnya. "Re... kamu setuju aja kan dengan apa yang om katakan tadi?" tanya Adam pada lelaki yang akan menjaga putrinya. "Setuju aja om. Re disini bekerja, jadi... Re setuju atas apa yang atasan Re perintahkan. Re cuma mau bilang om... Re nggak setuju kalau di suruh pakai pakaian yang lengkap kayak kaca mata hitam... trus setelan jas hitam dan semua yang gelap. Re nggak bisa om? bolehkah Re memakai pakaian yang simpel aja? yang menurut Re pantas dan sopan? asal selalu bisa mengawal Fe nantinya." Ucap Re disana. Dan lagi-lagi ucapan lelaki itu membuat Adam tertawa terbahak-bahak. "Re... Re... emangnya sekarang tahun berapa sih? ya terserah kamu aja lah Re... oke. Yaudah cepat mandi dan siap-siap. Kita makan sama-sama, lalu kamu anterin Fe ke kampusnya." Ucap Adam disana. Re pun segera mematuhi ucapan atasannya itu. Lelaki itu segera masuk kedalam kamarnya kembali dan memulai aktivitas mandi paginya disana. Hingga beberapa saat. Terlihat lelaki itu keluar dari kamarnya. Dandanan khas abak muda yang cool dan gaul Re berikan disana. Re menggunakan pakaian casual saat itu. Celana pendek se lutut dengan kaus putih serta luaran kemeja lengan pendek biru muda yang tidak ia kancing kan. Sepatu putih yang senada dengan kaus yang di kenakan nya. Re hanya membawa dua sepatu saat lari dari rumah. Satu warna hitam yang ia kenakan dan putih yang ada di dalam kopernya. Dan saat itu ia memilih untuk mengenakannya. "Om..." sapa Re pada papa Fe yang sudah berada di meja makan duluan. "Duduk Re..." ucap Adam pada lelaki itu. Dan Te pun segera duduk disana. Di samping Adam. Beberapa saat keduanya menunggu. Nampak Feli turun dari lantai dua. Gadis itu langsung terpesona menatap lelaki tampan yang tengah duduk di samping papanya "Ehemz... udah om-om dandanannya masih aja kayak anak baru gede." Ucap sewot Fe disana. "Aku baru dua puluh empat tahun ya... manggil se enaknya aja!" ucap sahut Re saat itu. Yang membuat kedua mata Fe membelalak melebar. Fe tidak percaya jika usianya hanya terpaut tiga tahun saja saat itu. "Akh... pantas saja nggak mau ngalah! rupanya masih terpaut nggak jauh toh." Sahutnya lagi. Namun saat itu tidak di balas oleh Re disana. "Percuma aja aku ladenin. Anak bos. Dasar!" ucap dalam hati Re dengan gerutunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD