Perasaanku benar-benar campur aduk sekarang. Tanpa kusadari aku sepertinya merindukan sosok Bintang di sisiku, ciuman manisnya saat di mobilnya dan walaupun saat bertemu dengannya yang kudapat hanya sikap ketusnya, tapi aku merindukannya. Bintang yang jutek dan terkadang penuh kelembutan.
Langkah kakiku terhenti di depan ruangan kedisplinan dan aku tahu Bintang pasti didalam. Walaupun hukumanku sudah berakhir, tapi aku yakin Bintang takkan keberatan jika aku berkunjung kesini lagi. Perlahan tapi pasti kuputar gagang pintu hingga memberikan sedikit celah. Samar-samar kudengar ada yang sedang bermain piano.
'itu pasti Bintang' batinku riang.
Dengan langkah pasti dan perasaan rindu kulangkahkan kakiku pasti mendekati sumber suara. Langkahku langsung terhenti karena bukan hanya Jun yang ada di sana. Karin?, ya gadis itu juga ada di sana. Rasa rindu yang kupendam berubah menjadi rasa sesak yang siap memompa air mataku keluar.
Bintang belum mengetahui keberadaanku sampai kakiku tanpa sengaja menyenggol kursi kecil yang terbuat dari kayu yang ada disampingku sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Kulirik kursi itu sekilas dan kembali kulirik lagi ke depan dan mendapati Bintang serta Karin sudah melihat ke arahku.
"hahahahaha!! Maaf! Aku...aku tak sengaja menimbulkan suara sampai mengganggu kalian" ucapku disertai tawa garing yang menurutku tak perlu kukeluarkan. Bintang yang melihat keberadaanku langsung berdiri dan mencoba mendekat, tapi satu langkah maju dari Bintang menjadi dua langkah mundur bagiku. Sampai dilangkah ketiga Bintang memilih untuk berhenti Karena aku yang selalu mundur menjauhinya.
"Ran!" panggilnya.
"hahaha! Aku pasti mengganggu! Maaf!" ucapku singkat dan memilih meninggalkan ruangan itu. aku berlari dan terus berlari tanpa tahu kemana arah tujuanku. Sesak, sangat sesak. Aku meratapi diriku sendiri sesaat setelah kurasa keberadaanku jauh dari jangkauan para siswa. Tersandar di sebuah dinding yang dingin membuatku jauh lebih baik. Puas menangis akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kamarku. mungkin merebahkan tubuhku bisa sedikit lebih membuatku tenang..
"Ran!" panggil seseorang dari belakang yang ternyata itu Chacha.
"Cha" balasku sambil memeluknya erat dan tanpa sadar air mataku kembali keluar.
"Hey! Kau kenapa? Kenapa lagi? apa ini ada hubungannya dengan Bintang lagi?" tanyanya tepat sasaran. Aku hanya mengangguk dalam pelukannya pertanda aku mengiyakan tebakannya. Kurasakan tubuhnya sedikit naik karena dia menarik nafas panjang. "ternyata tebakanku benar! Pantas saja tadi Bintang mencarimu!" ucapnya sembari melepaskan pelukanku.
Aku yang masih terisak mencoba menenangkan diri dan menatap Chacha dengan tatapan selidik. "Iya! Bintang mencarimu. Kau tahu, dia menggedor-gedor kamarku hanya untuk menanyakan keberadaanmu! Apa-apaan dia! Karena ulahmu, aku kehilangan tidur siangku." Ucapnya dengan wajah cemberut. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
"sepertinya aku menyerah Cha!" sontak perkataanku membuat Chacha yang tadinya berwajah cemberut karena mengingattidur siangnya yang terganggu karena ulah Bintang langsung melotot ke arahku.
"maksudmu?"
"maksudku, aku menyerah. Walaupun masih ada satu pertanyaan lagi yang mengganggu pikiranku tentang Bintang, tapi aku memutuskan untuk menyerah. Kau pernah bilang kan setidaknya untuk menjadi sahabat Bintanglah yang bisa aku lakukan untuknya! Tapi sepertinya Aku tak bisa, sulit Cha. Sangat sulit."
"jadi ceritanya kau menyerah?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan. "aku boleh bertanya?" lanjutnya.
"apa?"
"Hal apa yang sudah kau lakukan untuk meyakinkan Bintang tentang perasaanmu padanya?" pertanyaan Chacha sontak membuatku kaget. Apa maksud pertanyaan Chacha barusan. Aku diam dan tak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa kau diam? Aku bertanya padamu Ran! Apa yang sudah kau lakukan untuk meyakinkan Bintang kalau kau ada rasa dengannya. Kau tau? Bintang bukan tipe orang yang bisa membuka hatinya semudah yang kau bayangkan. Butuh perjuangan untuk bisa mendekati Bintang. kalau Bintang tipe cowok yang mudah jatuh cinta, pasti dia sudah memiliki banyak pacar sekarang, secara dengan wajahnya saja dia bisa menggaet siapapun yang dia mau. Banyak siswi disini yang tergila-gila dengan Bintang, tapi apa yang bisa mereka lakukan. Bisa berbicara dengan santai saja bersama Bintang itu sudah membahagiakan bagi mereka, tak banyak orang yang bisa masuk ruang kedisplinan sesuka hati mereka, itu aturan dari Bintang. tapi kenapa kau dengan seenak hatimu bisa masuk dan keluar dari ruangan itu tanpa takut dimanahi Bintang karena memang Bintang takkan marah.mereka iri denganmu. Kau bisa dengan mudahnya bicara dengan Bintang, bercanda dengannya, ya walaupun Bintang sering menbalasnya jutek tapi begitulah dia. Mereka semua iri denganmu. dan sayangilah diriku ini! Ya Tuhan tidur siangkuuuu." Akhir ceritanya membuatku sedikit tergelak. Ada-ada saja dia.
Mungkin Apa yang dikatakan Chacha itu benar? Apa keputusanku untuk menyerah itu salah. "jadi, maukah kau berjuang sedikit lagi? demi aku juga~~~~" rengeknya yang membuatku sedikit bergidik. Hahahahah. Aku menganggukkan sedikit kepalaku pertanda setuju dan selanjutnya kulihat Chacha yang melompat kegirangan, mungkin dia berpikir tak akan ada lagi yang menggedor pintunya saat siang. Hahaha
'ya! Aku harus berjuang! Usahaku belum seberapa! Aku akan membuat Bintang tahu kalau aku menyukainya' .......
*****
"mungkin aku masih memiliki harapan untuk mendapatkanmu. teruslah seperti ini agar aku tahu jika harapan itu masih ada untukku."
*****
Seminggu setelah kejadian di ruang kedisiplinan aku tak pernah bertemu dengan Bintang lagi. Tepatnya aku yang menghindarinya. Walaupun kukatakan aku akan berjuang, tapi menata hati kembali harus kulakukan agar aku sendiri mampu menghadapinya dengan suasana yang baru.
Soal ciuman manis ku dengan Bintang sudah kuputuskan untuk tidak mengingatnya lagi. Mungkin saat itu Bintang hanya terbawa suasana dan keadaan, jadi dia menciumku. Atau mungkin saja dia hanya ingin bermain saat itu.
Jadi kuputuskan untuk tak mengingat itu lagi. Chacha sendiri tak memprotes keputusanku, yang penting baginya aku tak seperti seminggu yang lalu. Oya soal ciuman itu, sampai sekarang hanya aku dan Bintang yang tahu. Hal itu sengaja kudiamkan dari Chacha untuk cari aman.
"Kau lapar?" Tanya Chacha yang sedari tadi duduk disebelahku.
"aku bahkan belum makan sejak semalam" rengekku pada Chacha.
"Uwaahh kau benar-benar! Patah hati sih patah hati, tapi jangan sampai segininya juga~" ledeknya sambil berkacak pinggang.
"Cih! Seperti kau tak pernah patah hati saja~" sungutku membalas.
"Hei girl! Aku pernah patah hati tapi tak sampai lupa makan sepertimu, justru makanku semakin banyak sejak aku patah hati. Tapi kau tahu sekarang aku tak patah hati lagi~~~" ucapnya dengan senyum lebarnya memperlihatkan gigi rapinya.
"Maksudmu? Kau punya pacar?"
"Yooi! Hehehe"
"Gila~ baru saja sebulan yang lalu kau putus, sekarang sudah dapat yang baru?"
"mau bagaimana lagi! Pesona gadis cantik memang tak bisa dilepaskan dariku! Hahahah" pujinya yang membuatku mencibir geli.
"Cih~ pedemu neng tolong dikurangin~ terbang kalau jatoh sakit!" sindirku yang membuatnya cemberut. Hahahaha dia sangat lucu.
"udah Ah~ kantin yuk~tapi kau duluan saja dan pesankan aku bakso tanpa seledri, aku tak suka daun satu itu"
"pesankan? Memangnya kau mau kemana?"
"Ketoilet bentar Ran~ laporan nih! Hehehe" nyengirnya yang membuatku geleng-geleng kepala.
"ya udah buruan ya!"
"Siap Bos!"
*****
BERSAMBUNG!!