Chapter 6

1073 Words
"Bintang? siapa gadis itu?" bisikku pelan. Aneh memang melihat sikapku sendiri, untuk apa aku penasaran begini. Kucoba lebih mendekat tanpa ketahuan. Secara perlahan dan mengendap-endap akhirnya langkahku terhenti di pembatas bundaran air mancur. Pembatas tersebut memang sedikit tinggi dan cukup tinggi untuk menyembunyikan tubuhku jika aku duduk. Kuputuskan untuk bersembunyi dipembatas air mancur yang tak jauh dari tempat mereka duduk, tapi tetap percuma saja, suara air mancur yang deras terdengar di telingaku cukup untuk melenyapkan suara mereka. Alhasil aku hanya mengintip sedikit dan berusaha agar tak terlihat. Kulihat Bintang dan gadis itu masih berbicara santai sembari tertawa. Sesekali kulihat mereka saling menggoda dengan saling dorong-dorongan. 'Kenapa ini? kenapa sakit begini? Ada apa dengan hatiku Tuhan?' batinku sembari memegang dadaku yang terasa sesak sambil terus memperhatikan sepasang anak manusia tersebut. Tak jarang ku melihat tangan Bintang sesekali mengelus kepala gadis itu sambil terus tertawa renyah dan si gadis menyandarkan kepalanya di bahu Bintang mereka saling menengadah ke atas bersamaan sambil menikmati bintang malam yang bertaburan. 'siapa gadis itu?' tanyaku sesak. Seketika kejadian dimobil siang tadi kembali berputar diotakku. Hatiku semakin sesak tanpa sadar membuat air mataku menetes. 'lalu apa artinya ciuman tadi?' bisikku lirih. Aku merasa seperti gadis penggoda seharian ini. Untuk apa aku disini? Dengan kembali mengendap-endap agar tak ketahuan, kuputuskan untuk meninggalkan tempat itu dan menuju kamarku. tak terasa air mataku menetes lagi begitu saja. Sesak! Itulah yang kurasakan sekarang. ''kenapa aku ini? kenapa aku seperti ini? memang ada yang salah dengan yang dilakukan Bintang tadi? Itu biasa saja kan? Toh aku bukan siapa-siapanya Bintang." ucapku mencoba menenangkan diriku sambil memegang d**a yang masih terasa sesak. 'tapi senyum itu, senyum itu yang membuatku begini. Senyum itu tak pernah dia tujukan padaku. Aku belum pernah melihat senyum itu. senyum lepas seolah tak ada beban yang disimpannya sedangkan denganku selama ini hanya senyum biasa dantak ada rasa serta senyum jahilnya yang diperlihatkan padaku.' Dadaku semakin sesak ketika mengingat setiap perlakuan cowok itu padaku sebelumnya. Walaupun cuaca saat itu sangat cerah, tapi cerahnya pagi tak serta merta mampu mencerahkan hariku. Aku benar-benar tak berselera untuk beraktivitas hari ini. entahlah, mungkin karena kejadian semalam. Jam pelajaran dari pagi sampai pulang yang kujalanai tanpa konsentrasi membuatku dihukum lagi oleh guru, kali ini membersihkan perpustakaanlah hukuman yang harus kujalani. Tapi baguslah, setidaknya hari ini aku tak harus datang ke ruangan kedisiplinan. Melenyapkan diri beberapa saat dari Bintang mungkin bisa membuatku sedikit lebih tenang. Perpustakaan UHS sangat luas, ada puluhan rak berbaris rapi di dalamnya. Meja belajar yang juga tertata rapi. Aku berpikir, apalagi yang harus dibersihkan. "permisi Buk, saya Ran dari kelas 10-1. Saya disuruh kesini untuk merapikan perpustakaan! Apa yang bisa saya lakukan?" tanyaku sopan pada guru penjaga pustaka saat itu. "Kau anak beasiswa yang sering membuat ulah itu ya?" tanyanya padaku menyelidik. 'buset! Sering membuat ulah?' batinku kesal. Seutas senyum tipislah menjadi penjawabku untuk si guru menyebalkan itu. "kau bersihkan buku-buku yang berserakan dan susun bubu-buku itu sesuai tempatnya. Kalau ada buku di rak-rak tesebut yang letaknya tak sesuai dengan kodenya, pindahkan ke tempat yang sesuai" ucapnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk memilih meninggalkan guru tersebut dan berjalan menuju rak-rak yang dimaksud. "ini sama saja seperti neraka! Mana aku tahu kode buku-buku ini posisinya dimana" gerutuku pelan. Walaupun sudah bergerak kesana-kemari, berpindah kesana-kemari dan walaupun sudah memakan waktu dua Jam, pekerjaanku masih belum juga selesai. Lelah yang menggerogotiku membuatku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sudut ruangan bagian belakang. Sembari duduk, pikiranku melayang pada bintang yang saat ini entah sedang melakukan apa. Apa dia tidur lagi? batinku penasaran. "Hai~" sapa seseorang secara tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku. 'bukankan gadis ini yang bersama Bintang semalam'? batinku. "Hai~" ucapnya lagi sambil mengibas-ngibaskan tangannya dihadapanku. "oh! Hai!" jawabku dengan sedikit senyum. Aku yakin dia pasti tahu kalau itu senyum paksaan. "kau sedang apa?" tanyanya yang sedikit membuatku heran. "Maksudmu?" tanyaku heran. "Tidak! Kulihat kau sedang kesusahan! Apa kau sedang butuh bantuan?" tanyanya santai. Aku hanya menatapnya datar tanpa tau harus melakukan apa. Mungkin dia sadar dengan ekspresi bingungku karena tak lama setelahnya dia menyodorkan tangannya padaku. "aku Karin, Aprillia Karin Hermawan." "Oo! Aku Ran!"sambutku kikuk padanya. 'cantik' pikirku. Senyumnya sangat manis dan sepertinya dia gadis yang baik. "Hai Ran! Apa kau sedang butuh bantuan?"tanyanya "Sebenarnya aku sedang dihukum Buk Rina karena aku ketahun tak konsentrasi dipelajarannya, padahal dengan guru lainnya biasa saja." Ucapku tanpa sadar menggerutu yang membuat Karin tertawa. "hahahahha! Ternyata kau sedang dihukum! Aku beri tahu ya, dengan Buk Rina, kau jangan pernah lepas konsentrasi! Dia itu sangat hebat, seolah-olah dia bisa membaca pikiran orang.hahahah!" terangnya panjang lebar. "aaa! Begitu ya..heheheh.. mungkin benar juga apa katamu! Karena hanya dia yang sadar aku sedang tak konsentrasi. Heheheh" ucapku sambil menggaruk kepala belakangku yang tak gatal. "oke! Baiklah, sekarang sudah pukul lima sore dan sebaiknya kita harus cepat." Ucapnya sambil menarik tanganku agar berdiri. Benar saja tak cukup setengah jam, pekerjaanku selesai dengan baik dan rapi. Di pustaka tidak ada siapa-siapa lagi. hanya ada aku , Karin dan guru penjaga perpustakaan. Setelah mengecek hasil kerjaku barulah aku dibolehkan pergi olehnya. Dengan rasa lelah sekaligus senang aku keluar dari ruangan tersebut disusul dengan Karin di belakagku. 'apa harus kutanyakan hubungannya dengan Bintang! kenapa aku menjadi gadis KEPO sekarang' batinku "Ran!" panggilnya yang menyadarkan lamunanku. "Ya!" jawabku singkat sambil melirik kebelakang. "hmmm! Aku..." ucapnya terputus-putus yang membuatku bingung. "Ada apa?" tanyaku penasaran. "Begini! Ran. Apa hubunganmu dengan Bintang?" SKAKMAT..aku yang harusnya bertanya seperti itu justru sekarang aku yang ditanyai seperti itu. "kemaren aku melihatmu keluar sekolah buru-buru dengan Bintang dan dia menggandeng tanganmu. Aku sudah bertanya padanya tapi dia hanya menjawabnya dengan candaan" ucapnya penuh selidik. Apa ini? apa dia sedang mengintrogasiku? Seharusnya aku yang melakukan itu. aku yang kebingungan terdiam cukup lama untuk memikirkan jawaban apa yang harus aku keluarkan. "Aku dan Kak Bintang tidak ada hubungan apa-apa! Aku kenal dengannya saat aku dihukum karena melanggar aturan sekolah. Karena dia ketua kedisiplinan siswa, jadi mau tak mau aku harus berurusan dengannya. Seharusnya hukumanku selesai di hari itu, tapi esoknya aku melanggar lagi karena terlambat masuk kelas, jadi selama sebulan ini Kak Bintang di tugaskan guru untuk mengajariku aturan-aturan penting, karena itu aku dengannya. Dan soal dia menggandeng tanganku kemaren, itu karena aku yang tanpa sengaja menginjak tali sepatuku hingga membuatku terjatuh dan menyebabkan hidungku berdarah. Dia membawaku kerumah sakit untuk memastikan hidungku tak patah itu saja, karena kemaren hidungku tak henti-hentinya mengeluarkan darah." Jelasku panjang lebar disertai dengan penambahan kata 'Kak Bintang' pada panggilan Bintang berharap semuanya segera selesai dan takada lagi pertanyaan lainnya. "tapi kau tenang saja! Hukumanku tinggal sebentar lagi dan bisa kupastikan aku tidak akan mengganggunya lagi." sambungku yang ditutup dengan senyuman singkat. Kulangkahkan kakiku menjauh darinya yang diam mematung mendengar penjelasanku. ****** BERSAMBUNG!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD