The Evil Symphony
Di ujung tanduk.
****
Rachel begitu senangnya sampai ia meloncat masuk ke dalam rumah tanpa memikirkan kakinya mungkin akan tersandung meja atau lainnya. Ini benar benar seperti mimpi.
“Ah!! Sakit! Ini ternyata bukan mimpi! Aku benar benar akan bermain Biola mendampingi Lucas Northwest!”
Rachel sangat senang, ia bahkan bersenandung ria saat ia memasuki kamar mandi. Menggumamkan nada dari Mozart, Violin Concerto no. 5. Ia terus bersenandung tanpa henti. Bahkan Rachel terus berteriak, meneriakan hal yang sama dari tiga jam yang lalu.
“Aku akan berada di sebuah pertunjukan musik! Semuanya ..... ! Aku akan berada di panggung yang sama dengan Lucas!”Ia terus berteriak seperti kehilangan kendali sampai ia tersadar akan sesuatu! Ia sudah terlambat untuk bekerja! Gawat.
Rachel langsung berlari ke kamarnya, berganti pakaian. Sekarang ia mengenakan dress hitam. Ia akan menjadi pembawa musik di kafe. Seperti biasanya. Rachel berlari mendekati tas Biola miliknya, ia tersadar saat hendak menggendong Biola itu di punggungnya.
“Ah! Aku lupa, maafkan aku Melody ...”Ya, itu adalah nama yang Rachel berikan untuk Biolanya, Melody.
“Maafkan aku yang belum bisa memperbaikimu, seharusnya aku menggunakanmu saat aku bermain dengan Lucas nanti ...”Rachel menaruh kembali Biolanya itu ke meja, menidurkan Biola itu seolah salah sedikit saja Melody bisa merasakan sakit.
“Apa kamu bilang ... ? aku akan mempermalukan Lucas jika aku bermain menggunakanmu .. ?”Rachel seolah tengah berbicara satu sama lain dengan Biolanya, Melody.
“Ehmm benar juga ...”Rachel mengangguk anggukan kepalanya, seolah tengah mendengarkan jamuan dari Melody.
“Sepertinya kamu memang benar, ia pasti memiliki banyak Biola yang setara dengan Biola Stardiviru. Tapi jangan khawatir, di mataku kamu yang terbaik ...”Rachel mengelus leher Biola, seolah tengah menenangkan Melody.
“Nanti setelah aku mendapatkan banyak uang, aku akan mengganti senarmu. Aku yakin kamu mau menggunakan usus domba bukan ... ? Aku juga akan menggunakan surai kuda untuk busurku. Bagaimana kamu puas dengan janjiku ini ... ?.”Rachel terus berceloteh dengan Biolanya.
“Sampai jumpa Melody, sepertinya hari ini aku akan menggunakan instrumen lain. Istirahatlah disana ...”
Rachel segera keluar rumah dan mengunci pintu, ia harus segera pergi untuk bekerja. Kalau tidak hari ini ia tak bisa mendapatkan gajinya di bulan ini. Rachel langsung menuju ke tempat pemberhentian bus, ia tak bisa menggunakan taksi ataupun transportasi lainnya. Itu akan lebih mahal ketimbang ia menggunakan bus umum. Selama perjalanan ia takhenti hentinya menebar senyum, ini mungkin tidak menyelesaikan masalahnya. Tapi ini benar benar hal yang sangat membahagiakan untuk Rachel.
Bus telah beberapa kali berhenti di dua halte sebelumnya, hanya tinggal satu pemberhentian halte lagi. Setelah itu Rachel akan turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sebentar. Kafe tempatnya bekerja merupakan kafe dengan pelanggan yang loyal. Loyal disini berarti kaya.
Kafe itu bahkan tak kunjung di datangi oleh arti artis muda, tak jarang Rachel pernah memiliki kesempatan bermain di depan orang orang penting. Ya, bus telah berhenti di halte terakhir. Rachel turun dan menaruh kartu transportnya di mesin scan. Bip. p********n selesai.
Rachel langsung turun dan berjalan menyusuri jalanan yang sudah sangat padat, ini adalah jam pulang kerja. Wajar semua orang berdesakan untuk berebut jalan.
“Kamu baru sampai ... ?”Nadin, teman Rachel yang sama sama bekerja di kafe ini. Ia bukan sebagai penghibur, tapi menjadi waiters disini.
“Maaf, aku terlalu terhanyut dengan suasana. Aku baru ingat kalau hari ini aku mulai lebih awal ..”
“Ya sudah, aku akan lanjut bekerja. Tunggu dulu .. mana Biolamu .. ? kau tak membawa Biolamu, apa Melody kau buang ... ?!”
Rachel tampak marah mendengar kata kata Nadin barusan, tak mungkin ia mencampakan Melody.”Melody takan pernah kubuang, ia rusak kemarin ...”
Terdengar nada sendu dari kalimat Rachel barusan, Nadin tau itu Biola satu satunya yang dimiliki Rachel. Juga Biola kesayangannya,”Jadi hari ini, kamu tidak dengan Biola. Apa yang akan kamu lakukan ... ?”
“Masih ada yang lain, kamu tak ingat aku bisa bermain apa saja ... ?”Ucap Rachel seolah menantang Nadin untuk menyebutkan gudang talentanya. Nadin tersenyum, Rachel tak pernah mengeluh dengan apa yang ia alami. Dia wantita kuat dan tangguh.
“Ya sudah, aku harus cepat cepat bekerja. Begitu pula denganmu ....”
Rachel langsung pergi menuju ke arah panggung kecil yang biasa ia tempati. Disana adalah orkestra kecilnya. Tempat ia melakukan hal yang paling ia sukai. Bermain musik. Panggung kecil itu di buat sedemikian sehingga, menjadikannya panggung kecil dengan alat musik yang lengkap. Tapi walau begitu, kafe ini adalah tempat yang eksklusif. Tak semua orang bisa makan di tempat ini walaupun hanya untuk minum kopi. Karena mereka yang datang kesini adalah orang orang elit. Di lantai dua yang terbuka, tepat di atas panggung, disanalah tempat bagi orang yang elit. Kamum yang paling elit dari kaum elit itu sendiri. Lantai dua merupakan lantai untuk pelanggan VIP.
Rachel menaiki tangga kecil menuju ke atas panggung, dressnya tak terlihat murahan. Karena panggun ini memiliki pencahayaan yang remang remang. Toh tak akan berpengaruh baginya jika orang orang elit itu mencibir pakaiannya. Rachel meletakan jari jemarinya yang lentik itu diatas tuts nada, kali ini ia akan memainkan sebuah lagu dari Beethoven. Permaian pianonya benar benar bagus, tapi sayangnya Rachel sudah jatuh cinta terlebih dahulu kepada Biola. Tapi itu tak bisa meragukan kemampuanya bermain Piano.
Rachel mengambil kursi kecil, duduk di depan Piano. Bersiap membawakan musik yang berjudul “Andante in F Major”karya Beethoven. Nada yang keluar dari tuts itu menyebar ke seluruh ruangan. Nada yang lambat dengan kesan mendalam, lalu tiba tiba menjadi cepat seolah cinta itu kini menjadi sangat b*******h. Namun juga berbahaya. Cinta tak semudah bayangan orang, kadang kala cinta datang dengan mara bahaya. Itu sangat pantas di tujukan untuk Lucas.
Lucas tak pernah menyangka ia akan melihat Rachel di kafe ini, ia tengah berada di lantai dua. Lanta untuk tamu VIP. Namun pendengarannya menangkap alunan nanda yang sangat indah. Lagu Beethoven. Tak biasanya pemain Piano melakukan improvisasi. Pemusik lain akan berpikir kalau setiap lagu yang dibuat oleh seorang maestro adalah lagu yang sempurna. Tapi itu bukan berarti improvisasi akan merusak keindahan lagu tersebut. Seperti yang di lakukan Rachel. Itu justru membuat lagu ini, semakin memiliki kesan mendalam.
“Lucas ... ?.”Angela, wanita super model itu tengah duduk di depan Lucas tanpa mendapat sedikit perhatian darinya, itu benar benar menjengkelkan. Tak seorangpun pernah menampik pesonanya.
“Lucas .... ?.”Sekali lagi, tapi Lucas masih tetap memfokuskan pandangannya entah kemana, entah kepada siapa pandangan itu di tujukan. Sampai Angela hendak memanggil Lucas untuk ketiga kalinya.
“Hentikan! Aku tidak tuli, aku bisa mendengar panggilanmu ...”
Angela tersenyum ke arah Lucas, ia puas walaupun Lucas menjawab panggilannya dengan nada tidak senang. Toh Lucas terlalu tampan untuk di abaikan. Dengan figur wajah yang kokoh, rahang yang tajam dan mata yang tak kalah tajam siapapun takan pernah lolos dari pesona Lucas. Begitu pula Angela.
“Apa kamu tau, betapa senangnya aku ketika mendengar kabar darimu ... ? Aku bahkan sangat senang saat kamu mengajakku untuk pergi berkencan ...”
“Jangan salah paham, aku hanya tak punya kegiataan apapun sekarang ini. Kau hanya penghibur di waktu luangku ...”
“Oh benarkah .. ? kalau begitu bagaimana kalau kita ke rumahmu dan melakukan kegiatan yang menyenangkan, tidur denganku misalnya ....”
Angela mengatakan hal hal v****r itu tanpa rasa malu, bagaimanapun ia adalah partner ranjang Lucas yang paling lama. Itu membuat ia semakin besar kepala. Setiap wanita akan lebih tertarik dengan laki laki yang bahkan tak peduli dengannya. Setelah mereka merasa telah menundukan harimau itu, sebenarnya mereka akan lengah. Karena harimau takan pernah tunduk.
“Aku takan pernah mengotori rumahku dengan membawa wanita sepertimu kesana. Tak akan pernah ....”
Kata kata itu memang benar, selama Angela bersama Lucas. Ia tak pernah melakukan itu di rumah Lucas. Ia bahkan tau kalau Lucas tak pernah membawa wanita ke rumahnya. Mereka selalu di bawa ke hotel bintang lima. Tapi memang kenapa ia tak pernah membawa perempuan ke rumahnya.
“Kau benar benar membuatku kecewa, apa kita akan melakukannya di hotel lagi kali ini ... ? ayolah! Aku ingin mengetahui seperti apa rumah mewahmu itu ...”
“Angela! Ketahuilah batasanmu. Ikuti aturanku, atau tidak sama sekali ....”Lucas menatap tajam lurus ke arah Angela. Ketakutan terliat sangat jelas, tapi segera dihilangkannya perasaan itu.
“Baiklah, kau menang! Aku takan pernah bisa menolak pesonamu yang tajam itu.....”
Hanya sebentar lagi Lucas! Bersabarlah! Hanya tinggal hitungan jam, setelah itu kamu bisa menggenggam Rachel. Hanya butuh sedikit kesabaran.
Di sisi lain ....
Rachel terus bermain Piano sampai ia berhenti di lagu ke limanya. Jam kerjanya sudah selesai, ia harus segera menemui Manager dan meminta gajinya. Rachel berjalan menuju ke ruangan manajer yang sangat dekat dengan ruang istirahat.
“Oh malam Rachel ..! permainanmu malam ini benar benar luar biasa, aku sangat sengan dengan permainanmu ...”
Rachel begitu kaget ketika ia disambut dengan ramah oleh manajernya, ia bukan orang seperti itu. Pikir Rachel,”Terimakasih Pak, kalau begitu bolehkan hari ini saya mengambil gaji bulanan saya ... ?”
“Ah tentu saja, kau bahkan mendapatkan bonus untuk itu. Permainanmu barusan sangat menyentuh hati, seseorang langsung menghubungi pimpinan dan memberikan investasi luar biasa, kau bahkan mendapatkan tip lumayan banyak, ini terimalah ..”
Rachel menerima amplop yang disodorkan kepadanya, amplop itu sangat tebal. Itu mungkin sepuluh kali lipat dari gaji biasanya. Sebenarnya siapa orang dermawan yang memberikan uang tip sebanyak ini ... ? untuk sesaat Rachel nampak ragu dengan uang yang ada di tanganya.
“Apa benar ini semua untuk gajiku bulan ini ... ? Pak manajer, apa ini tidak salah. Sepertinya uang ini terlalu banyak, di luar gajiku ...”Rachel nampak kewalahan menghitung uang di dalam amplop itu.
“Sudahlah! Itu benar benar uangmu, orang itu bahkan berinvestasi lebih banyak dari apa yang bisa kamu bayangkan. Uang sekecil itu hanya untuk di taburkan di tanah, bukan untuk di pikirkan ...”
Mendengar penjelasan barusan, Rachel benar benar senang, akhirnya ia bisa mendapatkan uang tambahan untuk operasi nantinya. Ia takan menggunakan uang ini, ia harus tetap menyimpannya sampai waktunya tiba.
“Terimakasih, kalau begitu saya pamit pulang ...”
“Ah iya iya, pulanglah dan bermain lagi besok dengan lebih bagus lagi ...”
Rachel menunduk membrikan salam dan langsung keluar, ia langsung bergegas keluar dari kafe. Ia akan pulang cepat dan bersiap untuk hari esok. Karena esok ia akan bertemu dengan Lucas Northwest. Begitu melihat kepergian Rachel, Lucas langsung berdiri dari kusrinya. Yah, pusat perhatiannya sudah tak ada, untuk apa ia berlama lama disini. Shwan bahkan sudah melakukan apa yang ia perintahkan. Menghubungi pemilik kafe dan memberikan Rachel tip tambahan untuk permaian Pianonya yang undah barusan.
“Ayo kita pergi, aku sudah bosan di sini ...”Lucas berjalan mendahului Angela. Meninggalkannya di di belakang.
“Sekarang kita hendak kemana ... ?”Lucas berbalik menghadap Angela dengan tatapan tanpa ekspresi.
“Menurutmu bagaimana ... ? tentu saja pergi dan mencari tempat untuk menidurimu ...”.
Mobil yang di kemudikan oleh Lucas menuju ke tempat yang sangat familiar. Hotel. Hotel bintang lima di pusat kota. Lucas adalah pengguna hotel itu, pengguna setia lebih tepatnya. Karena tak ada paparzi. Keamanan benar benar di utamakan, privasi terjaga dengan aman. Jadi lucas bebas membawa siapapun ke hotel tanpa perlu khawatir akan ada berita buruk tentangnya di koran. Toh ia akan membuang wanita wanita itu jika ia sudah merasa bosan.
Jika ingin berhubungan dengan wanita, jangan berikan ia status. Jangan pernah beri dia status. Karena tanpa status kamu akan dengan mudah membuangnya. Itulah prinsip Lucas. Tapi ia takan tau apakah itu berlaku untuk Rachel nantinya. Ia takan pernah tau.....
Rachel pulang ke rumah tidak dengan bus kali ini, begitu ia membuka uang di amplop dan menghitungnya. Jumlahnya bahkan lebih dari sepuluh juta. Ia bahkan belum selesai menghitung total uang di dalamnya. Akhirnya saat ia tak kunjung mendapatkan bus, ia tak perlu khawatir untuk membayar ongkos taksi. Ia bisa pulang dengan naik taksi malam ini.
“Apa kamu baru pulang ... ?”Dion berdiri tepat di depan pintu rumah Rachel, sejak tadi ia menunggu kepulangan Rachel. Ada kabar buruk yang harus ia sampaikan.
“Dion ... sejak kapan kamu disini ... ?”Rachel menghampiri Dion dengan riang, tapi ia belum punya ide kenapa Dion ada sini sekarang.
“Ibumu tidak punya waktu banyak ...”