The Lady Tenant

1997 Words
The Evil Symphony  **** Rachel sedikit tersesat di jalan, ia terus bertanya di mana letak kantor Lucas. Ia mengira itu adalah salah satu lantai dari banyak gedung perkantoran di area ini. Ia bahkan sempat di tertawakan karena ketidak tahuannya itu. “Ah bisakah aku bertanya, kantor Nortwest Corporation di lantai berapa ... ?” Rachel bertanya dengan sopan ke pada resepsionis perempuan di gedung yang ia yakini adalah gedung yang di maksud di suratnya. Tapi perempuan itu sedikit tertawa seperti merasa geli akan kedunguan Rachel. “Maaf Nona, bisa beri tau saya lantai berapa yang ingin di tuju ... ?” ucap resepsionis itu setelah rasa gelinya mereda. “Apakan di lantai dua puluh enam di sewa oleh Nortwest Corporation ...“ Sekali lagi, keluguan Rachel membuat senyum geli di wajah resepsionis itu. Ia seolah teringat akan profesionalitas, ia kembali kepada tanggung jawabnya untuk bekerja. Ia tak boleh mendiskriminasi tamu. “Nona, seluruh gedung ini mulai dari lantai satu sampai roof top. Semuanya adalah hak milik Nortwest Corporation, juga beberapa gedung yang berjajar di jalan sana“ Wanita itu menunjuk ke arah gedung yang berjejer bersamaan, mencakar langit Jakarta. Gedung gedung itu meliputi apartemen dan juga hotel. Itu semua milik Northwest Corporation ... ? Rachel sangat terkejut mengetahui fakta barusan, pantas saja ia menjadi bahan lelucon resepsionis ini. Ia bahkan tak berpikir kalau Nortwest Corporation itu sebesar yang ia bayangkan. “Jadi, lantai mana dan divisi apa yang hendak Nona tuju .. ? Lantai satu sampai lantai sepuluh merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang eksport import, lantai sebelas sampai lima belas di bidang pariwisata dan perhotelan, lantai enam belas sampai dua puluh untuk entertaiment, lantai mana yang Nona tuju .. ?” Rachel tampak kebingungan, ia bahkan bingung divisi apa yang harus di tuju. Tapi ia teringat akan surat panggilan untuknya, di surat itu tertulis lantai dua puluh enam. “Aku harus ke lantai dua puluh enam ...“ Sejenak resepsionis itu mengernyitkan dahinya, tak semudah itu pergi ke lantai dua puluh enam. Karena para petinggi perusahaan bahkan tak di perbolehkan untuk seenaknya menuju lantai itu. Karena lantai itu adalah lantai direktur. “Apakah Nona benar benar berkepentingan untuk ke lantai dua puluh enam, atau silahkan di cek terlebih dahulu. Mungkin saya bisa membantu ...“ Rachel bisa melihat tatapan kecurigaan di mata wanita itu. Ia segera mengeluarkan amplopnya sebagai bukti bahwa ia memang harus kesana. Ke ruangan Lucas. “Ini, mungkin ini bisa membantu ...“ Rachel menyerahkan surat itu kepada si resepsionis. Ia mencermati dengan teliti isi surat itu, semuanya asli. Di keluarkan langsung oleh asisten direktur. Tuan Shawn. Tapi bagaimana mungkin ... ? “Sebenarnya, aku mendapatkan surat panggilan untuk mendampingi permainan Biola Lucas Nortwest. Kemarin aku memenangkan audisi dan aku menerima surat ini keesokan harinya ...” Dengan sigap resepsionis tersebut langsung memencet tombol dial yang langsung mengarah ke ruangan Lucas. Telephone yang langsung terhubung jika terjadi hal yang mendesak atau kedatangan tamu VIP. “Selamat siang Tuan, maaf mengganggu saya hanya ingin mengkonfirmasi kalau Tuan memang memiliki janji tidak tertulis dengan Nona yang bernama ... ?” Rachel, ia menyebutkan namanya tepat saat di tanya oleh si resepsionis. ( ..... ) “Janji temu dengan Nona Rachel ...” ( ...... ) “Baiklah ...” Resepsionis itu menutup panggilan dan tersenyum ke arah Rachel. Ia benar benar memiliki kepentingan dengan direkturnya itu. Banyak wanita yang selalu menggertak kalau mereka memiliki kepentingan dengan Lucas, tapi semua itu selalu di bantah oleh direkturnya itu. Maka sebagai seorang yang bekerja dengan profesional. Ia tak boleh kegabah. “Mari Nona, saya antarkan melalui lift eksekutif. Silahkan ikuti saya ...” Resepsionis itu bergegas dari meja dan menuntun Rachel ke sebuah lift yang sangat sepi. Berbeda dengan lift yang bersebrangan langsung dengan lift satu ini. Ah! Ini lift para eksekutif. Bagaimana mungkin mereka berani menggunakan lift satu ini, batin Rachel. “Mari ...” Rachel mengikuti sang resepsionis dan masuk ke dalam lift. Tak beberapa lama, pintu lift tertutup. Ia menuju ke kantor Lucas. “Akan saya antarkan langsung ke ruang direktur, itu yang diperintahan kepada saya barusan ...” “Apakah direktur disini juga kenal baik dengan Lucas Nortwest ... ?”tanya Rachel dengan kebingungan. “Tuan Lucas adalah pemilik gedung sekaligus direktur perusahaan multi nasional ini Nona ...” Bagaimana mungkin aku bisa sebodoh ini! Lucas Nortwest juga Nortwest Corporatin! Nama belakang Lucas bahkan sama. Dia bukan hanya musisi handal, tapi milyader muda. Rachel terus mengutuki dirinya yang terlihat bodoh di depan resepsionis ini. Rachel terus menerus memukul mukul kepalanya, jadi sejak tadi ia di tertawakan karena ketidak tahuannya. Benar benar memalukan. Lucacs sudah tidak sabar! Bagaimana mungkin ia bisa bersabar lagi ... ?, pekiknya. Kesabarannya sudah habis untuk menunggu Rachel sedari subuh! Sekarang Rachel tengah menuju ke ruangan.          Reaksi apa yang harus ku berikan .. ? aku tak bereaksi baik di awal pertemuan di audisi kemarin. Aku terlalu bosan untuk menyapa dengan ramah. Bagaimanapun! Semua wanita pasti akan tunduk di bawah pesonaku. Pasti! Lucas terus menerus gelisah entah kenapa. Hanya karena pertemuan dengan Rachel hari ini. Lucas menatap ke penjuru ruangan, berharap itu akan membuat Rachel cepat datang ke ruangannya. Ruangan dengan interior hitam dan emas. Benar benar selera orang kaya yang elegan. Ruangan Lucas sebenarnya tidak di desain untuk bekerja. Ia disini hanya untuk memantau. Ia terbiasa mengerjakan tugas perusahaan sebagai seorang direktur di rumah. Melelahkan jika ia harus terus bolak balik ke pusat kota lalu pulang ke pinggiran kota. Tapi hari ini ia datang untuk Rachel. Rachel mengikuti resepsionis itu, ia keluar dari lift dan bergegas berjalan di lorong lorong yang lenggang. Lantai ini benar benar lantai yang eksklusif, bukan untuk orang sembarangan yang bisa dengan mudah lalu lalang melewatinya. Rahcel terlalu kagum melihat semua lukisan mahal dari era Renaisans yang di pajang di dinding. Lukisan minyak itu tak bisa berbohong. Itu pasti asli! Setiap detail di gambarnya, warna yang memudar karena tergerus jaman, serta kanvas yang berasal dari masa lalu. Mulai dari lukisan seorang perempuan cantik yang tengah duduk dengan pakaian ala dewi yunani. Pakaian birunya benar benar nampak nyata. Lukisan disini, pasti bernilai milyaran. Rachel tanpa sadar terus berjalan tanpa memperhatikan langkahnya. Ia terhenti saat ia menabrak resepsionis itu,”Maafkan aku, aku tidak sengaja ...” Rachel membungkuk, meminta maaf serta merasa malu karena sifat katronya. Ia adalah pecinta seni yang tak bisa berhenti untuk memberikan apresiasi pada seni. Apapun itu. “Tidak apa apa, Nona. Kita sudah sampai ...” Ia kini berhenti di depan ruangan dengan pintu besar nan tinggi. Pintu ini terlihat sangat berat dan juga kokoh. Rachel berani bertaruh itu adalah pintu dari kayu jati yang sudah beratus tahun. Pintu klasik ini pasti mahal. Orang kaya memang gemar membuang uang bahkan hanya untuk sebuah pintu. Batin Rachel sembari masih mengagumi pintu. Iya, hanya sebuah pintu. Tapi itu benar benar mengagumkan. Resepsionis itu mengetuk pintu, pertanda meminta izin untuk masuk. Lalu perlahan seperti mendorong sebuah truk yang sangat berat di tengah tengah jalan yang menanjak. Pintu itu pasti benar benar berat. Rachel langsung membantu untuk mendorong pintu. Tapi sialnya dia malah ikut terdorong dan langsung  masuk ke ruangan. Benar benar kesan pertama yang buruk sekaligus memalukan.   *** 000 ***   Lucas benar benar kaget, karena tanpa dia ketahui Rachel masuk ke ruangan dengan terpelanting. Ia takan punya kekuatan yang kuat untuk mendorong pintu kayu jati itu dengan tubuh kecilnya. Takkan mungkin. Lucas segera menegakan punggunya, melemaskan otot otot lehernya karena tegang seharian menunggu. “Tuan, saya sudah membawa Nona Rachel ... saya pamit undur diri ..” “Pergilah ...” Lucas menatap kepergian resepsionisnya itu, setelah memastikan pintu benar benar telah tertutup rapat dan tak ada lagi orang lain di luar sana. Sekarang ia harus melancarkan rencananya. “Jadi, kau sudah mendapatkan surat dari sekretarisku kemarin .. ?” Lucas bertanya seolah ia tak peduli, padahal tubuhnya terbakar. Benar benar terangsang. Melihat Rachel yang memakai dress zambrut. Warna itu benar benar membuat Rachel terlihat berkali kali lipat lebih cantik. Dress sederhana yang tak bisa di bilang mahal. Tapi itu benar benar membuat Lucas berhasrat untuk menyentuh Rachel seketika. Apalagi di tambah dengan cepolan rambut Rachel yang sedikit berantakan karena tadi ia terlalu sibuk mencari jalan saat tersesat. Itu benar benar memberikan kesan yang sangat menggiurkan. Bagaimana jika aku bisa mengelus rambut itu dan membuatnya lepek karena berkeringat ... ? pikir Lucas. “Saya menerima surat itu kemarin, saya benar benar sangat senang bisa mendampingi musisi seperti anda di konser besar ...” Rachel tampak malu malu dan terus menundukan kepalanya. Ia tak bisa bertatapan dengan mata tajam Lucas, atau ia akan hilang kendali dan histeris. “Kalau begitu duduklah, aku akan mengambilkan s*****a perangmu dan menguji apa kau memang layak untuk mendampingiku atau aku harus menjatuhkan pilihan kepada orang lain ...” Lucas berjalan melewati Rachel dengan berusaha sangat keras agar tidak melirik sedetikpun ke arah Rachel. Tapi ekor matanya terasa gatal jika tak melirik Rachel barang sedetik saja. Ia berjalan menuju ke etalasenya. Etalase dengan berbagai macam Biola. Koleksi pribadi Lucas. Sebagian besar adalah pemberian dari petinggi petinggi dunia karena kunjungannya saat konser. Yang lainnya adalah Biola yang ia beli dari lelang alat musik klasik. Dengan cara itu juga ia bisa mendapatkan Biola buatan Antonio Stradivari. The Hammer. Biola termahal di dunia, Biola yang di beli Lucas dengan perjuangan yang sangat ketat. Karena semua orang mengincar Biola itu. Akhirnya Lucas mengambil Biola yang mungkin tepat untuk Rachel, Biola dengan ukuran tiga per empat. Cocok untuk di gunakan Rachel karena takan menyusahkannya. Ukurannya benar benar tepat. Biola The Lady Tenant. Biola ini adalah salah satu Biola terbaik buatan Stradivari. Bunyinya begitu unik dengan resonansi yang sangat jelas. Namun hasil yang di dengar orang orang hanya satu, indah. Lucas langsung bergegas mendekati Rachel, mengulurkan Biola berharga di tangannya untuk dimainkan oleh Rachel. Ia begitu terkejut saat melihat Biola apa yang di berikan oleh Lucas kepadanya. *** 000 *** Semua pemain Biola pasti akan tau Biola apa yang tengah di ulurkan padaku sekarang ini! Biola Antonio Stradivari. The Lady Tenant. Salah satu dari sekian Biola buatan Antonio yang bisa di temukan di dunia ini. Dari ratusan alat musik yang di buatnya, hanya sebagian kecil yang di temukan. Sebagian besar, bisa di bilang di palsukan. Karena yang asli, akan berbeda. Entah kenapa Antonio seperti memiliki sihir di tangannya untuk membuat semua alat musik yang dibuatnya menjadi sempurna. Rachel bisa memastikan bahwa Biola ini benar benar asli! Ada ukiran di leher Biola. Ciri khas Antonio, menandai alat musik buatannya dengan inisial namanya Antonio Stradivari di tambah inisial nama anak anaknya. Tangan Rachel seolah bergetar sangat gugup, benar benar gugup. Ia akan menggunakan Biola berharga itu .. ? benar benar mimpi yang terwujud.   “Cepat berikan pertunjukan terbaikmu di depanku, atau aku akan berubah pikiran ...” Lucas segera duduk di sofa menghadap Rachel yang masih terpaku dengan Biola yang ada di tangannya. Sejenak Rachel seprti hilang kesadaran. Apa yang harus di lakukan sekarang .. ? “Lagu apa yang akan kau mainkan .. ?”Lucas bertanya dengan tatapan mata yang tajam. Mengintimidasi. Namun juga sangat dalam disaat yang bersamaan. “Bisakan aku memainkan lagu dari instrumen lain kali ini ... ?” Rachel memohon, ia tak hanya pandai Biola tapi juga Celo dan Piano. Ia banyak memainkan alat musik itu dari berbagai genre. Hingga Rachel bisa berimprovisasi dengan apapun. Itu yang membuat Rachel berbeda dengan peserta lainnya yang sangat baku, bermain Biola ya Biola. Tapi Rachel adalah tubuh yang di penuhi jiwa penyair dan musik. Ia takan puas jika hanya dengan satu dawai, ia akan mencoba semua dawai dan menemukan suaranya, musiknya sendiri. “Apa yang akan kau mainkan kalau begitu .... ?”Lucas sangat tertarik dengan usulan Rachel barusan. Lagu apa yang akan di mainkannya dengan Biola itu ..  ?, Lucas terus menerka kejutan apa yang akan di dapatkannya. “Mozart, March Turkiz.”Rachel menjawab dengan penuh keyakinan. Penuh tekad bahwa aku bisa dan aku akan melakukannya. “Bukankan itu menggunalan Piano sebagai alat musik utamanya ... ?”tanya Lucas dengan tatapan tanpa ekspektasi, tapi Rachel mengangguk dengan yakin. “Kalau begitu mainkan ...” Rachel memegang erat busur di tangan kanannya. Ia menarik nafas sesaat dan mulai mengesekan busur itu ke senar Biola. Tempo yang sangat cepat namun ceria tapi penuh dengan misteri di setiap nadanya. Semua itu keluar dari permaian Rachel. Ia terus memainkan lagu itu dengan tempo yang sangat tajam. Kadang sangat cepat dan membuat siapapun ingin menari. Tapi hanya dalam sekejap mata, berubah menjadi nada yang sangat sendu dan menyayat hati. Rachel tak lupa melakukan improvisasi favoritnya. Ia mengetuk kayu Biola untuk memberikan ketukan yang lebih tegas dan mudah di dengar. Lucas tersihir dengan kemampuan Rachel. Ia tak salah menilai, tak salah pilih, tak salah dengar. Instingnya selalu tepat. Ia benar benar tak salah memilih Rachel sebagai pemain pendampingnya nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD