tampan tapi Berengsek
Di penghujung musim dingin ini aku menginjakkan kaki ku pertama kali di tanah Eropa. Aku adalah sosok wanita yang haus akan tantangan. Tidak peduli seberapa berat dan sulit tantangan itu aku akan menaklukannya. Hari ini aku berada disini,di tanah yang selama ini menggebu dalam mimpi ku. Aku tidak tahu apa yang akan aku temui dan keajaiban apa yang menanti ku,Tetapi hanya satu hal yang kuketahui yaitu semua kisah ku bermula disini
London,4 Mei 2012
(Bunyi pengumuman dalam Pesawat)
informed all passengers we have arrived at Heathrow international airport. Before getting off the plane, please check your luggage again. Thank you
"Hello."
"Sorry,miss..we have arrived."
"Haah."Jawabku kaget
"Sorry, madam I dozed off."
"Luckily you woke me up."
"Thanks."
"Sure."
Aku segera mengambil koperku dan turun dari pesawat. Kemudian aku membaca kertas informasi yang diberikan oleh pihak pemberi beasiswa dan disitu tertulis bahwa aku akan dijemput oleh seorang perwakilan serikat mahasiswa Indonesia di London. Namanya adalah Roby. Aku pun langsung beranggapan bahwa Roby ini pasti seorang kutu buku yang culun dan memakai kaca mata.
Tak butuh waktu lama aku segera mencari orang dengan ciri seperti itu. Aku mondar-mandir kesana kemari layaknya orang sinting yang sudah kehilangan akal dan instingnya. Sudah setengah jam aku mencarinya tapi tidak juga ketemu. Aku melihat sekelilingku sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Yang ada hanyalah seorang lelaki tampan yang duduk di kursi bandara sambil memejamkan matanya menghayati lagu yang sedang ia dengarkan. Aku pun bertanya-tanya?Apakah lelaki itu adalah orang yang kucari?
Aku segera menghampiri lelaki itu dengan perasaan cemas dan was-was.
"Assalamualaikum."
Dia pun langsung membuka matanya dan menatapku dalam waktu yang cukup lama seakan-akan mencoba mengenaliku.
"Waalaikumsalam."jawabnya
"Hm...Sorry?Are you Roby?
"Iya."
"Tidak perlu berbicara bahasa inggris denganku."
"Aku juga orang Indonesia."ujarnya
"Oh ya."
"Apakah kau Latifah Khanza?
Aku pun menganggukkan kepalaku....
Aku Terdiam...
Lelaki di hadapanku ini adalah orang yang tadi sempat kubilang culun dan berkacamata. Sekarang justru aku yang merasa malu. Dia sangat tampan untuk ukuran manusia.
Melihat aku yang seperti linglung dia pun memanggilku...
"Hei."
"Hei."ujarnya dengan sedikit membentak
"Iya."jawabku sambil gelagapan
"Aku sudah menunggu mu dari tadi tapi kau nggak datang juga."
"Seandainya dalam waktu lima menit ini kau masih tidak juga datang sudah lama kau ku tinggalkan."ujarnya
"Ayo cepat!!!ujarnya sambil berjalan meninggalkanku
Mendengar hal itu ingin sekali ku pukul kepalanya dengan koper. b******n tampan emang selalu Berengsek gumam ku di dalam hati
Aku pun segera berjalan menyusulnya...
"Kenapa kau bilang begitu?tanyaku
"Apa maksudmu?
"Kau ditugaskan untuk menjemput ku tapi kenapa malah aku yang mencari mu?ujar ku sambil marah
"Kau pikir dirimu siapa?
"Bisa seenaknya saja."
Kemudian dia berhenti dan menghampiriku. Dia mendekatkan wajahnya padaku. Jantung ku berdegup kencang. Badanku menjadi panas dingin
"Dengar,ya!!
"Aku paling tidak suka orang lain menilai ataupun mengkritik ku."
"Kau pikir aku mau menjemput orang sepertimu."ujarnya dengan marah
Dia menatapku dengan tatapan yang begitu tajam dan kemudian berjalan meninggalkanku
Aku sangat kesal. Baru kali ini aku melihat orang yang begitu narsis dan tak punya sopan santun sama sekali.
Sesampainya di pintu luar Bandara dia sudah menunggu di dalam mobil tanpa peduli dengan semua barang bawaan ku. Aku segera memasukkan koperku ke dalam bagasi
Begitu aku ingin membuka pintu depan mobil pintunya terkunci.
Aku pun mengetuk kaca mobilnya dengan keras
"Tok tok tok."
"Hei,apakah kau gila?
"Bagaimana aku masuk jika pintunya terkunci."ujar ku dengan marah
"Apakah aku menyuruhmu untuk duduk di depan?jawabnya sinis
"Duduk di kursi belakang!!perintahnya
"Dasar b******n gila."
"Orang lain mungkin bisa memaafkan sikap arogan mu itu karna kau tampan tapi itu tidak berlaku untukku."
"Kau ingin naik apa tidak?tanyanya
"Iya."jawabku kesal
Di perjalanan kami tidak bicara sepatah kata pun. Suasananya begitu canggung. Aku juga tidak mau untuk memancing obrolan dengan b******n sepertinya. Di tengah yang tak karuan itu tiba-tiba dia bertanya padaku
"Nama mu tadi Latifah kan?
"Iya."
"Oh,kamu asli mana?
"Bandung."
"Disini kamu kuliahnya di mana?
"Stanford."
"Mahasiswa baru ya?
"Enggak,aku ikut program Perpindahan."
"Jadinya sekarang kamu semester berapa?
"Jurusan sastra, semester tiga."
"Kamu sendiri?
"Aku semester tiga jurusan IT
"Oh,di Stanford juga?
"Enggak,aku kuliahnya di Oxford."
"Oh gitu...gumam ku
"Oke....Kita udah sampai di asrama kamu
Dia segera keluar dari mobil dan mengeluarkan semua barang-barang ku
"Ini dia barang-barang mu."
"Kamarmu lantai tiga nomor 135."
"Tugas ku udah selesai jadi aku harap kita gak bertemu lagi ke depannya."
Dia segera menaiki mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu. Aku memandangnya dari kejauhan. Aku benar-benar berharap pertemuanku dengan lelaki Berengsek itu hanya untuk kali ini saja
oOo
Aku segera masuk ke dalam asrama. Aku takjub. Semua yang terlihat disini benar-benar bersih dan tersusun rapi. Orang-orang disini sangat memperhatikan kebersihan dan aturan. Sungguh perbedaan yang begitu besar jika dibandingkan dengam asrama kampus ku sebelumnya. Selain itu,orang-orang disini semuanya juga tampak ramah dan peduli satu sama lain.
"Halo."
"Ada yang bisa kubantu."ujar seorang wanita berambut pirang
"Mau tanya,kan saya baru pindah kesini."Jadi,saya agak sedikit bingung."kalau boleh tau kamar nomor 135 dimana,ya?
"Oh,kamar nomor 135 ada di lantai 3."kamu naik aja kesana!
"Makasih ya."ujarku
Aku pun segera bergegas naik ke lantai 3 dan sialnya lift sedang dalam perbaikan. Jadi,aku harus melewati tangga. Itu membuatku kesal. Entah kenapa aku benar-benar sial hari ini.
Setelah sampai di lantai 3. Aku segera mencari kamar nomor 135 itu dan lebih sialnya lagi penghuninya sedang keluar. Otomatis aku tidak bisa masuk dan hanya bisa menunggu. Aku melihat ke luar jendela balkon tampak hari mulai gelap pertanda malam akan datang dan aku masih terjebak disini.
Tiba-tiba handphone ku berbunyi dan ternyata orang tua ku yang menelepon
"Assalamualaikum,nak."
"Waalaikumsalam,ma."
"Kamu udah sampai belum?kok gak kabarin papa sama mama?mama khawatir lho."
"Alhamdulillah,ma."udau sampai setengah jam yang lalu,maaf gak kasih kabar ke mama sama papa, soalnya ifah cape banget
"Gimana,bagus gak disana?
"Bagus banget ma."Jadi pengen keliling jelajahi kota London."ujarku
"Ingat! tujuan kamu kesana itu buat apa? Jangan terlalu sering keluyuran,kamu jauh dari papa sama mama,apalagi kamu itu perempuan,jadi,kamu harus pandai jaga diri dan kehormatan mu."
"Toh, denger! Apa yang dibilang sama papa! Kamu itu adalah anak kami satu-satunya,jadi,jangan bikin papa sama mama khawatir."
"Iya,mama ku sayang."
"Ya udah sekarang kamu istirahat ya nak!
"Kalau ada apa-apa hubungi mama sama papa!
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku menutup telepon. Aku terduduk lesu sambil menyandarkan badanku di dinding. Tiba-tiba datanglah dua orang wanita di depan ku.
"Maaf,ada perlu apa,ya?tanya wanita itu
"Aku adalah penghuni baru di kamar ini."ujarku
"Oh,bener."kemarin kami juga udah pemberitahuan dari penjaga asrama katanya bakalan ada penghuni baru disini
"Kenalin nama ku Devia dan ini namanya Mariya
"Halo."aku mariya dari Singapore
"Kenalin nama ku Latifa Khanza."
"Panggilannya apa,nih? ujar Mariya
"Panggil aja Ifah!jawabku
"Ayo masuk! Kita ngobrolnya di dalam aja."ujar Devia
"Ifah,ini ranjang dan lemari kamu."letakkan barang-barangmu disini biar kami bantu."
"Eh,ga usah biar aku ajaa."
"Gak usah sungkan,lagian kan kita bakalan jadi teman ke depannya."
"Fah,kamu asalnya dari mana,sih?tanya Mariya
""Aku asalnya dari Indonesia."
"Satu negara sama Devia dong berarti."
"Kamu orang Indonesia juga,Dev?
"Iya,aku aslinya orang Padang. Tapi,karna papa aku orang Palembang. Jadi,kami tinggal disana."
"Kamu sendiri?
"Aku aslinya dari Bandung."
"Ngomong-ngomong fa kamu ambil jurusan apa? tanya Devia
"Aku ambil jurusan sastra. Sekarang baru masuk semester tiga
"Wah,kalian satu jurusan dong kalau gitu."ujar Mariya
"Kamu jurusan Sastra juga,Dev?tanyaku
"Iya,sekarang baru masuk semester tiga juga sama kayak kamu. Jadi,ga usah khawatir kalau nanti ada apa-apa kan ada aku."jawab Devia sambil tertawa
"Kalau Mariya dia jurusan apa?
"Dia jurusan IT."anak itu gila teknologi. Bahkan,ketika aku pulang telar aja dia udah ngeretas posisi lewat ponsel. Jadi,sebaiknya kamu berhati-hati sama dia
"Tapi,menurutku dia kayaknya baik,deh."
"Emang baik, Devia aja yang gak anggap aku baik."ujar Mariya
Di tengah candaan dan obrolan itu tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Devia segera membukanya. Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah seorang wanita cantik. Baru kali ini aku melihat seorang wanita yang memiliki kecantikan alami begitu luar biasa. Dia bahkan tidak mengenakan riasan tapi tetap terlihat layaknya seorang selebriti.
"Serena,ada apa,ya?ujar Devia
"Aku dengar ada penghuni baru di kamar ini."jadi,aku mau tahu siapa orangnya!
"Itu aku. Nama ku Latifa khanza dari Indonesia."jawabku sambil sambil mengulurkan tangan
"Eh,kamu tahu gak? Disini semuanya harus sesuai dengan prosedur dan aturan." Sedangkan kamu seenaknya saja masuk kesini. Kamu tau kan sebelum tinggal disini harus isi formulir pengajuan dulu. Kalau Ny.Rose tahu hal ini kau pasti sudah tamat."ujarnya dengan sinis
"Tapi,aku kan gak tahu. Aku gak dikasih pemberitahuan apa-apa sebelumnya. Yang aku tau begitu aku tiba di Bandara aku dijemput dan langsung diantar kesini. Jadi,aku benar-benar gak tahu tentang ini."
"Itu urusanmu." Aku adalah penanggung jawab asrama sementara menggantikan Ny.Rose karena dia sedang ada urusan. Jadi, sekarang aku mau kamu bawa barang-barang mu itu kembali dan keluar dari sini. Jangan kembali sebelum menyerahkan formulirnya."
"Serena,kau benar-benar keterlaluan. Kau pikir dirimu siapa bisa seenaknya saja memutuskan."ujar Mariya sambil naik pitam
"Hei,wanita yang pakai kacamata,tutup mulutmu itu jika kau tak ingin mulutmu kurobek."ujarnya
"Mariya,udah! Gak apa-apa. Aku pergi aja."
"Ifah,jangan keluar! Di luar dingin." Lagian kau mau tidur dimana malam ini? Cuaca disini beda dengan Indonesia fa,saat musim ini suhu nya bahkan bisa capai minus."
"Gak apa-apa,Dev." Aku udah terbiasa dengan dingin. Di Bandung juga dingin soalnya."jawabku sambil tersenyum
Aku pun pergi dengan membawa koper bututku menyusuri anak tangga. Hatiku sakit dan air mataku bercucuran mengalir deras tiada henti. Aku tidak tahu apa salahku pada wanita itu. Aku juga tidak tahu mengapa dia begitu kejam pada ku. Sesampainya diuar salju turun begitu lebatnya. Jalanan sepi dan tidak ada kendaraan yang lewat sama sekali. Aku mulai melangkah meninggalkan tempat itu. Aku terus berjalan tanpa tujuan. Aku tersedu sedan
oOo