Beginning

1242 Words
Haechan ga habis pikir sama situasi yang tengah dia dihadapin sekarang, ya gimana engga, ini kan dia interview kerja jadi sekertaris lah kenapa pake ditanyain mahar nikah juga?? Oke oke, kita flashback dulu yaaa.. Mari kenalan dulu sama tokoh utama cerita ini, namanya Haechan El Ananta, anak dari pasangan Johnny Ananta dan Tenia Lee. Haechan terlahir dari keluarga biasa, ayah nya adalah seorang koki disebuah restoran dan ibunya adalah pemilik toko kecil di daerah mereka. Haechan memiliki dua saudara laki-laki, Hendery El Ananta, kakak laki-laki yang terpaut umur 6 tahun dengannya dan juga Jisung El Ananta, adik laki-laki yang juga terpaut 5 tahun dibawahnya. Mereka mempunyai kehidupan yang bahagia walaupun tergolong sederhana. Saat ini, bisa dikatakan haechan adalah penopang utama perekonomian keluarganya karena kakaknya baru saja mengalami PHK karena kondisi perusahaan yang sudah tidak profit, sedangkan adiknya baru saja masuk kuliah semester satu, ayahnya pun sudah tua jadi sudah diwajibkan pensiun oleh pemilik restoran tempatnya bekerja. Haechan memang sudah bekerja di suatu perusahaan kecil dikotanya, gaji nya lumayan untuk ukuran freshgraduate sepertinya, tapi untuk terus menopang hidup keluarganya sampai kakaknya mendapatkan pekerjaan lagi itu sangat sulit, oleh karena itu haechan memutuskan untuk menguji peruntungan dan mendaftar disalah satu perusahaan besar Jung Corp, berpusat di Jakarta tapi memiliki cabang di kotanya sebagai sekertaris. Sangat tidak relevan dengan jurusannya, tapi haechan memutuskan untuk bermuka tembok dan mendaftar. Dua minggu kemudian, haechan mendapatkan panggilan interview ke Jakarta, berbekal uang sisa gajinya bulan lalu, motor butut, dan GPS di HPnya, haechan memutuskan untuk mengambil cuti kerja dan berangkat ke Jakarta. Awalnya, tidak ada yang salah dengan proses perekrutannya, tapi kemudian pertanyaan-pertanyaan aneh mulai terlontar ketika seseorang dengan pakaian yang bisa dikatakan terlalu santai, sebuah shirt putih dengan jaket hitam dan celana jeans memasuki ruang interview. Haechan diinterview dalam sebuah ruangan yang berisi 4 orang petinggi dengan 5 orang peserta interview yang duduk didepan meja para petinggi. "Jadi saudari Haechan bisa jelaskan mengapa anda ingin bekerja di perusahaan ini?" tanya salah seorang petinggi kepada haechan Krieet. Belum sempat haechan menjawab, pintu ruangan itu sudah terbuka dan tampaklah seorang laki-laki kekar tinggi dengan pakaian santai tadi memasuki ruangan interview dan mendudukkan diri ditengah-tengah para interviewer, berhadapan langsung dengan haechan. Para interviewer lainnya terlihat memberikan gestur memberikan salam pada orang tadi lalu beralih melihatku lagi, "Silahkan, anda bisa mulai menjawab saudari haechan" "Ah iya baik, terimakasih banyak atas waktu yang diberikan. Jadi jujur saja alasan saya ingin bekerja disini karena saya ingin mencoba hal yang baru, dan sa-" belum selesai haechan menjelaskan, orang yang baru datang tadi langsung menyela perkataan haechan "Ku ganti pertanyaannya. Pertanyaan klasik seperti itu pasti hanya akan mendapatkan jawaban klasik padahal sudah jelas mereka mendaftar karena gaji yang ditawarkan cukup besar" 'memang benar sih, gue daftar juga karena butuh uang lebih' batin haechan "Jadi, acungkan tangan kalian jika kalian sudah menikah dan mempunyai seorang suami dirumah" tanya orang itu pada kami berlima yang duduk dihadapannya, dan salah satu dari kami mengacungkan tangannya "Acungkan tangan kalian jika kalian sudah memiliki anak" orang yang sudah menikah tadipun mengacungkan tangannya 'lah apa hubungannya anak dan nikah sama kerjaan sekertaris?' batin haechan "Terakhir, acungkan tangan kalian kalau kalian punya atau pernah punya pacar" empat orang lain selain haechan mengangkat tangannya, iya benar kalo kalian tanya haechan belum pernah pacaran, maka jawabannya iya benar. Orang yang menanyakan pertanyaan itu mengangkat alisnya dengan pandangan menilai kearah haechan. Memalukan memang diumur haechan yang sudah tidak muda lagi, dia sama sekali belum pernah berpacaran, bahkan dekat dengan laki-laki pun belum pernah 'ah syit, tau gitu boong aja tadi. Malu njir' haechan membatin, yah walaupun dilihat dari ekspresi wajahnya sudah sangat jelas apa yang dipikirkannya "Mmm. Interesting. I'll go with that one" lanjutnya sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah haechan lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu "Wha- Y-Yes?" "Anda bisa langsung mengikutinya untuk interview lanjutan, nona haechan" "A-Ah, baik, terima kasih. Saya permisi" kata haechan terburu-buru karena orang tadi yang mungkin calon bosnya itu sudah tidak nampak batang hidungnya. Haechan mengikuti orang itu menaiki lift tanpa mengatakan apapun, haechan yang memang pada dasarnya pendiam pun bingung, dia harus menanyakan apa disaat seperti ini supaya tidak terlihat canggung? Haechan masih memperhatikan orang didepannya yang sudah melepas jaketnya, menyisakan shirt putihnya "Kita akan melanjutkan interviewnya diruanganku, bukan disini" kata orang itu seperti bisa membaca pikiran haechan tanpa berbalik dan lalu memencet angka 30 di tombol lift "Ah baik pak" kata haechan singkat. Lebih baik mencari aman dengan menunggu intruksi lanjutan, pikir haechan. "Jadi Haechan El Ananta?" kata laki-laki tadi ketika sudah mendudukkan diri di singgasana nya, sedang Haechan masih berdiri didepan meja nya agak jauh. Haechan sempat melirik sekilas keruangan itu. Ruangan itu sangat besar, tipikal ruangan CEO dengan berbagai aksesoris dan lukisan yang terlihat sangat mahal menghiasi ruangan itu. Diatas Meja, dapat Haechan lihat desk name yang terbuat dari kaca putih bertuliskan Mark Lee hanya itu, tanpa tambahan jabatan yang dia pegang. 'biasanya kalo desk name ada jabatannya, kenapa ga ada. Tapi kayaknya sih jajaran petinggi, tadi aja langsung pada nunduk pas dia masuk' batin haechan "Haechan El Ananta?" tanya Mark lagi ketika tidak mendapatkan jawaban dari orang didepannya "Ah, iya maaf bagaimana pak?" haechan tersentak dari lamunannya "Fokus! saya tidak suka orang yang suka melamun" lanjut Mark. Haechan hanya mengangguk dengan keringat dingin yang mulai keluar dari tangannya "Jadi, singkatnya, kamu lolos seleksi menjadi calon istri saya. Mahar apa yang kamu inginkan?" tanya Mark lagi masih dengan posisi duduknya, menyender pada kursi kebesarannya dengan kedua tangan yang terlipat didepan d**a, terlihat sangat angkuh dimata haechan. Haechan mengedipkan matanya sekali. dua kali. tiga kali. "Ckk. sudah kubilang jangan melamun" tegur Mark lagi "Ah, ehmm.. sepertinya saya tadi salah dengar pak, maaf" "Kurang jelas? saya tanya kamu mau mahar berapa untuk kita menikah?" Tunggu-tunggu ini haechan tidak salah dengar? apa-apaan kenapa jadi calon istri. Haechan sudah membaca posisi lowongan ini dengan benar dan tertulis posisi sekertaris, kenapa malah jadi calon istri?! Entah kenapa, emosi haechan menjadi meluap-luap. Dia sudah jauh datang ke Jakarta dan apa ini! kalau yang dibutuhkan sugar baby jangan buka lowongan buat job seeker dong! "Maaf pak sebelumnya, tapi saya mendaftar lowongan sekertaris bukan sugar baby" jawab Haechan dengan datar, kegugupannya tadi sudah menguap entah kemana "Haha, boleh juga, saya bisa kasih berapapun yang kamu mau" jawab Mark sambil tersenyum miring 'sialan' batin haechan "Kalau emang niatnya cari cewek mending cari nya di club pak, jangan buka lowongan sekertaris. Saya permisi" lanjut nya. Haechan sudah tidak peduli dengan tata krama, dia merasa dipermainkan dengan semua ini. Mark hanya mengangkat bahunya acuh lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Haechan berlalu dan menarik pintu ruangan itu, tapi pintu itu tidak juga mau terbuka. Dia sudah berkali kali menekan, mendorong, dan menarik pegangan pintu itu tapi tak juga mau terbuka. Sedangkan orang yang mempunyai ruangan itu hanya diam tidak berniat menanggapi perkataan haechan tadi ataupun membantu haechan membuka pintu ruangan itu. 'ah anjir, ini gimana sih pintu mahal-mahal ga bisa dibuka. Masa kudu tanya dia cara bukanya gimana. tengsin bangett. huaaa mamaaa kakak kudu gimana' batin haechan merana Haechan menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya, seperti itu berkali-kali lalu berbalik badan dan berjalan menuju orang yang kemungkinan bernama Mark tadi, menebalkan mukanya. "Pa-pak" panggil Haechan 's**t. napa geter suara gue' Mark mengangkat kepala, mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas dokumen yang sedang dia periksa ke wajah haechan yang memerah, entah menahan emosi atau menahan malu, atau mungkin dua-duanya. 'haha gemes banget sih' "Apa?" tanya Mark dengan mengangkat satu alisnya "Pintu.. gimana cara bukanya?" lirih haechan diakhir kalimat TBC

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD