Prologe
Setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk hidup bahagia. Mendapatkan kasih sayang dan cinta. Begitupula gadis yang tengah diseret oleh seorang pria. Dia hanya pasrah diperlakukan demikian. Melawanpun juga tiada artinya, karena tidak ada yang mau mendukung langkahnya.
Pria itu terus saja menyeretnya dengan kasar hingga masuk ke dalam sebuah rumah besar. Seorang wanita paruh baya datang dengan tergopoh-gopoh hendak menghalangi, namun ditarik oleh pria yang ada dibelakangnya.
“Tuan Berto… saya mohon…jangan hukum Nona Varizen!” teriaknya sambil meneteskan air mata. Pria yang menyeret Varizen pun berhenti lalu menoleh, “Jangan ikut campur, Sonara,” jawabnya dingin sambil melirik ke arah gadis yang sedang menunduk. Ia kemudian melangkahkan kakinya kembali.
Berto melangkahkan kaki panjangnya dengan cepat membuat Varizen terseok sampai jatuh tersungkur di lantai. Gadis itu meringis kesakitan, tapi tidak mau mengeluh. Pria tersebut berhenti, “Bangun!” titahnya mutlak.
Varizen berusaha bangkit, akan tetapi ia tidak kuat lantaran belum makan seharian. Sampai akhirnya, Berto membalikkan tubuhnya. “Kalau kau tidak bangun… aku akan menyeret rambutmu,” ancamnya sambil membuang muka.
Gadis itu perlahan mulai bangkit sambil menahan nyeri yang ada di perut. Ia berdiri sedikit miring lalu melangkahkan kakinya perlahan. Melihat Varizen yang lambat, Berto menariknya kasar sampai tubuhnya menempel sempurna tanpa jarak. Pria itu pun mengepalkan tangannya lalu menyeret gadis tersebut kembali.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah pintu kecil, bagian atas rumah. Varizen menggeleng keras berusaha meronta agar tidak dimasukkan ke dalam ruangan kecil itu.
“Kenapa? Takut… ini hukumanmu,” kata Berto menyeringai sambil membuka pintu. Ia mendorong Varizen sampai tersungkur ke lantai. “Sonara akan memberimu makan. Aku akan datang nanti untuk membuat perhitungan denganmu,” ujarnya sambil menutup pintu dengan kasar.
Berto berdiri di depan pintu itu sambil melihat tangannya yang bergetar hebat. Ia mengusap kasar wajahnya, “Akan aku buat kau menjadi milikku. Sebelum, kau menjadi milik orang lain."
Kejadian itu masih membekas di benak Varizen, meskipun sudah lama terjadi. Begitulah Berto dalam pikirannya selama ini.