CHAPTER 10

1483 Words
“Sindy, apa kau baik baik saja?” tanya Adam sambil membuka pintu secara perlahan, dimana dia tidak bisa melihat dengan jelas isi kamar Sindy dikarenakan gelap yang melanda, hanya ada cahaya remang dari bulan. Adam kembali menyalakan baterai ponselnya tapi tidak mengarahkan langsung pada Sindy mengingat sosok itu sedang terlelap. Adam membiarkan cahaya naik ke langit langit sehingga dia bisa melihat cahaya masuk ke beberapa celan. Dan alangkah kagetnya dia saat melihat Sindy yang tidur memunggungi. Yang membuat Adam salah focus adalah punggung Sindy yang begitu halus. Apa perempuan itu tidak memakai pakkaian sama sekali? Membuat jantungnya berdetak dengan kencang dan mendekat perlahan. “Eunghh…,” ucap sosok itu bergerak dalam tidurnya, membuat Adam buru buru membalikan badannya takut ketahuan. Namun terlambat. “Adam?” tanya Sindy dengan kaget. Adam sudah berbalik, tapi dia masih bisa menatap pantulan tubuh Sindy dari cermin yang ada di sudut ruangan. “Maaf, aku tidak bermaksud menerobos masuk dan lancang. Aku hanya khawatir kau takut mengingat sekarang mati lampu.” “Oh, aku baik baik saja dengan kegelapan, Adam. Apa sudah lama mati lampunya?” “Baru saja.” adam menelan salivanya kasar melihat selimut yang menutupi tubuh Sindy itu melorot memperlihatkan bagian dadanya yang terekpos dengan begitu bebas dan menantang membuat nafsunya menjadi meningkat. “Kalau kau baik baik saja, aku akan meninggalkanmu. Sekali lagi aku minta maaf.” “Tidak apa apa, Adam. Kau boleh pergi.” Adam mengangguk dan segera pergi dari sana dengan penuh yang membasahi tubuhnya, jantungnya berdetak dengan kencang dan tidak karuan karena melihat tubuh Sindy yang begitu mempesona. Dulu, Adam memang sering melakukannya bersama dengan mantan pacarnya. Namun kini sang mantan sudah bersama yang lain, dan sudah lama juga Adam tidak melakukannya. Karena hal itulah Adam memilih untuk menuntaskan hasratnya dengan melakukan kegiatan solo sendirian di kamar mandi dalam kegelapan. Hanya desahan dirinya saja yang terdengar disertai oleh cahaya dari ponsel. Adam mendesah kuat saat pelepasannya, yang mana membuat dia terengah dan bersandar di dindinh kamar mandi merasa Lelah dan puas dengan keluarnya cairan putih itu. Namun jujur saja, Adam belum benar benar puas karena dia masih teringat lekuk tubuh Sindy. Kenapa perempuan itu tidak memakai baju saat sedang tidur? “Sialan, ini semua gara gara dirinya,” ucap Adam kembali berbaring di atas ranjang dan mencoba memejamkan matanya, Namun, entah dalam pikirannya atau suara itu memang benar benar ada, Adam mendengar suara desahan seorang perempuan yang kini membuatnya menjadi semakin gelisah. “Eunghh… akhhh… akhh…” “Sshhh… akhhh… akhh…” Yang maana membuat Adam menutup telinganya dengan bantal dan mencoba memejamkan matanya, miliknya menegang di sana hanya karena suara suara itu. Sampai akhirnya Adam kembali melakukan kegiatan solo untuk yang kedua kalinya, dia merasa Lelah dan memilih untuk tidur setelahnya. Kali ini benar benar tidur, Adam menyumpal telinganya dengan headset supaya tidak mendengar apapun lagi. Sampai keesokan paginya, Adam terbangun agak terlambat. Ini sudah pukul 9 pagi, dan dia belum mengecek notifikasi apapun di laptopnya. Saat memeriksa, Adam kaget melihat bukunya tidak dijadikan favorite oleh siapapun. “Bukannya kemarin aku memiliki orang yang menjadikan buku ini favorite mereka ya? Kenapa sekarang tidak ada?” tanya dia dengan kesal. “Adam?” tok. Tok. Tok. “Kau sudah bangun?” tanya Sindy yang membuat Adam menoleh pada pintu. “Apa kau masih tidur?” “Tidak, aku sudah bangun. Kenapa? apa kau butuh bantuan?” “Tidak, aku hanya ingin memberikan sarapan untukmu.” “Aku akan keluar sebentar lagi, apa listrik masih belum menyala?” “Sudah,” ucap Sindy kemudian terdengar sebuah gumaman yang tidak jelas. “Kau bilang apa?” tanya Adam penasaran. “Tidak, aku membuuat jus, akan lebih baik kau meminumnya sekarang. boleh aku masuk?” “Baiklah, kau boleh masuk. Kemarilah.” Sindy tersenyum senang dan membuka pintu untuk masuk, dimana Adam langsung terlihat terkejut dengan Sindy yang memakai pakaian minim kali ini. “Whoa, apa kau akan pergi ke suatu tempat?” “Tidak, pakaianku kotor karena aku tidak sengaja menumpahkan jus ke dalam koperku. Jadi aku memakai ini.” “Sama sekali tidak ada baju?” “Pakaian di lemariku juga bau kayu, makannya aku mencucinya.” “Oh, baiklah,” ucap Adam kemudian menerima gelas dari Sindy. “Terima kasih.” “Aku menunggumu untuk sarapan. Ada yang ingin aku ceritakan padamu.” Adam mengangguk. “Aku akan ke sana setelah menyelesaikan ini, panggil saja aku jika butuh sesuatu.” “Oke,” ucap Sindy dengan senyumannya yang manis. Entah Adam yang memang sedang menyukai Sindy atau memang Sindy tersenyum menggoda padanya, itu membuat Adam menelan salivanya kasar. *** Adam kaget begitu dia melihat jemuran yang menjajarkan pakaian pakaian seksi milik Sindy. Bahkan dari melihat pakaiannya saja membuat Adam pusing karenanya. terlebih lagi sekarang Sindy itu memakai crop top dengan rok mini. “Hai, ini sarapanmu,” sapanya saat Adam mendekati dapur. “Nikmatilah.” “Terima kasih, apa kau sudah menghubungi keluargamu?” “Kenapa kau tiba tiba menanyakan hal itu.” “Hanya saja mungkin kau merindukan mereka karena harus di sini selama beberapa hari lagi bersama denganku.” “Hahaha, aku suka di pondok ini, sinyalnya kuat dan aku bisa melakukan apapun tanpa dilarang oleh mereka. jadi aku betah di sini, apa kau keberatan akua da di sini?” “Tentu saja tidak, aku hanya takut kau bosan karena aku tidak pernah melakukan apapun selain menulis. Ya mungkin jika ada pekerjaan yang lain seperti pipa bocor, selebihnya aku hanya akan menulis.” “Tidak apa apa, aku tidak harus ditemani olehmu. Tapi… apa kau keberatan kalau aku duduk di sampingmu saat kau menulis? Aku hanya ingin melihat dan menjadi support systemmu.” Adam menaikan alisnya dengan bingung. “Oh baiklah, aku butuh teman. Tidak harus bicara, asal kau ada di sisiku aku senang, aku juga penyuka keheningan jika sedang serius.” Adam tersenyum lalu mengangguk. “Tenang saja, aku akan menemanimu. Tidak mungkin aku meninggalkanmu, nanti Tuan Besar akan marah padaku.” “Oh, jadi kau menemaniku hanya karena Tuan Besar begitu? Hanya karena Kakekku?” Adam tertawa mendengarnya. Menggemaskan saat Sindy merajuk seperti ini. membuatnya semakin menyukai sosok di depannya, Sindy mantannya tidak seseksi ini. yang mana menjadikan nilai tambahan. Sisanya, mereka mirip sekali, dari tingkah, bahkan aksen pembicaraan mereka. “Aku hanya bercanda, tentu kau boleh menemaniku. Dan, terima kasih untuk makanannya, ini enak sekali. Aku sangat menyukainya.” Senyuman Sindy semakin melebar karenanya. “Aku senang kau menyukainya, semoga saja kau tidak keberatan aku memasak yang lainnya nanti.” Adam menggelengkan kepalanya. “Tidak, kumohon giliran makan malam, biarkan itu menjadi bagianku. Dan sisanya, biarkan itu menjadi milikmu.” “Oke, jadi aku sarapan? Dan kau makan malam?” Adam mengangguk. “Bagaimana untuk makan siang?” “Kita membuatnya bersama?” Sindy menggeleng. “Kau memasak makan siang, lalu kita memasak makan malam bersama.” “Oke, deal.” Keduanya tertawae entah karena apa. Mereka menghabiskan waktu bersama sama. Bahkan Sindy menyarankan Adam untuk mengerjakan naskahnya di bawah pohon rindang di pinggir danau, dimana di sana ada bangku Panjang yang menjadi tempat Sindy dan juga Adam duduk. Adam ke sana lebih dulu, kemudian disusul oleh Sindy yang datang dengan banyak makanan di bawa olehnya. Adam menoleh karenanya. “Apa tidak apa apa aku membawa ini? apa aku mengganggumu?” “Tidak sama sekali, lagipula itu cake tidak akan berisik. Kau boleh memakannya.” “Kau juga harus ikut makan.” “Sebentar lagi jika aku sudah menyelesaikan beberapa bab,” ucap Adam dengan senyuman yang manisnya. “Aku tidak mengganggumu bukan?” tanya Sindy untuk yang kesekian kalinya, dia merasa tidak enak jika harus mengganggu Adam. “Tidak sama sekali. Astaga, tolong santailah, aku tidak masalah juga jika kau menngajakku berbicara. Tolong jangan seperti ini.” Sindy terkekeh sampai akhirnya dia menikmati pemandangan di samping Adam dan membiarkan pria itu menulis cerita. Adam masih berambisi untuk menguasai web kepenulisan itu dan mengalahkan penulis lainnya, tapi sayangnya beberapa orang malah meng-unfollow ceritanya dan membuat dadanya terasa sesak. Sekarang, Adam akan membuktikan pada mereka kalau dia bisa dan melebihi. Kriuk… kriukk… Pecah seketika konsentrasi Adam mendengar sebuah suara keripik kentang. Kenyataannya dia sangat menyukai keheningan tersebut, dikarenakan dirinya butuh konsentrasi. Tapi dia harus mengatakan hal ini kepada Sindy agar perempuan itu tidak sedih. Kriuk… kriuk…. Jujur saja, suara itu mengganggu dan membuat kepala Adam terasa sakit. Namun saat dia menoleh, Adam tidak mendapati Sindy sedang memakan keripik kentang. “Kenapa?” tanya perempuan yang sedang membaca itu, dia sadar dari tadi diperhatikan oleh Adam. “Kau ingin makan kukus wortel ini?” Adam menggeleng dengan senyumannya. Dia kembali focus menulis. Kriuk.. kriukk… Suara itu kembali mengusik yang mana membuat Adam kembali menatap Sindy. Perempuan itu bahkan tidak mengunyah, tapi kenapa suara kentang goreng itu membuatnya pecah konsentrasi dan dari mana arahnya. “Adam, mau aku ceritakan sesuatu?” tanya Sindy menutup bukunya. “Tentang, sebuah keluarga yang aneh. Mungkin bisa menjadi inspirasi untukmu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD