When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
*** Sakit, tentu saja. Hatinya hancur, jangan tanyakan lagi. Begitu pedih semua kalimat yang dilontarkan oleh Nathan kepada Mary. Pria yang sangat dicintainya ternyata adalah orang yang menoreh luka paling dalam di hatinya. Hinaan Nathan terhadap dirinya melekat kuat dalam ingatan. Bahkan segar sampai sekarang. Apakah Mary sakit hati? Jawabannya tentu saja ya! Mungkinkah Mary akan menyimpan dendam terhadap Nathan? Oh, itu mustahil terjadi. Mary sangat mencintai pria itu. Meskipun hatinya dibuat hancur, sampai kapan pun Mary tak akan bisa membencinya. Lantas bagaimana dengan Jihan? Seperti apa sekarang sosok itu di mata Mary, setelah Nathan membandingkan dirinya dengan wanita itu sedemikian rupa? Bagi Mary, Jihan tetaplah satu-satunya sahabat baiknya. Tidak peduli dunia mau berkata a