Chapter 8

670 Words
Author POV Perasaan Daniel sangat kacau sebelum maupun sesudah keluar dari rumah mertuanya. Yang pertama bukan maksudnya mengabaikan Lydia begitu saja. Dia sebenarnya ingin bergabung dan sarapan bersama, hanya saja waktunya sangat tidak tepat. Dan dia belum berani berterus terang pada Lydia dengan masalah yang akan dia hadapi sebentar lagi. Dia hanya takut membuat Lydia semakin kepikiran. Bukankah dia lelaki yang sangat pengertian? Yang kedua Papanya menelepon Daniel setelah subuh tadi dan menyuruhnya untuk segera ke Restoran. Ada sebuah masalah disana sehingga Daniel harus datang secepat mungkin. Oleh karena itu pikirannya sangat kacau saat ini dan berimbas kepada istrinya yang tidak tahu apa-apa. Parahnya lagi Daniel tidak berpamitan kepada Lydia. Dia bisa menebak jika Lydia sekarang sangat marah dengannya. Daniel menghembuskan napas panjang, memakai helm dan segera mengendarai motornya menuju Restoran milik orang tuanya. Kali ini dia menggunakan motor karena mobil yang kemarin dia pakai adalah milik Papanya. Jika masalah motor ini, syukurlah dia membeli menggunakan uangnya sendiri hasil bekerja di Restoran Papanya. Daniel selepas lulus kuliah langsung bekerja di Restoran papanya, itung-itung belajar bisnis dan belajar cara mengelola. Untungnya kedua orang tuanya mendukung kerja keras Daniel. Karena tidak merasa sungkan dan malu pada pekerjaannya. Justru mereka sangat bangga melihat Daniel ikut turun langsung kelapangan untuk merasakan bagaimana bekerja di Restorannya. Butuh waktu setengah jam Daniel untuk sampai di Restoran milik orang tuanya. Jam masih begitu pagi namun Restorannya sudah buka sejak setengah jam yang lalu. Beberapa motor terparkir didepan Restoran dengan rapi, karena Restoran ini menggunakan jasa security yang handal. Daniel memarkir motornya dan melepas helm full face miliknya. "Mas sudah datang?" Suara itu milik pak Hadi, security Restoran. "Iya Pak, Papa didalam?" Tanya Daniel seraya meletakkan helm miliknya di kaca spion. Lalu mengacak rambutnya agar kembali berdiri. "Iya Mas, silahkan masuk saja." "Baik Pak makasih." Daniel terburu-buru segera masuk kedalam Restoran. Beberapa pengunjung Restoran menatap Daniel dengan tatapan bingung ada juga yang melihat nya dengan tatapan memuja lebih tepatnya para wanita yang duduk bergerombol dilesehan. "Gila ganteng banget!" Seru salah satu wanita berambut pirang. "Dia anak pemilik Restoran ini." Salah satu temannya menimpali. "Masa sih? Pantas aja ganteng banget!" "Masih single deh kayaknya." "Seriusan?" Teman lainnya langsung angkat bicara. "Gebet aja gebet!" Daniel sempat mendengar ucapan para wanita yang duduk dilesehan ketika dia melangkah melewati mereka. Daniel menoleh dan tersenyum sekilas kearah mereka. Sontak membuat para wanita itu menjerit kesetanan. Daniel bersikap seperti itu bukan karena dia suka tebar pesona. Bukan juga ingin menggoda mereka, meskipun dia pernah menyandang status sebagai lelaki yang suka mainin wanita. Tapi sekarang tidak lagi dia bersikap seperti itu lebih tepatnya ingin menyapa dan berterima kasih karena sudah mampir di Restorannya. Daniel langsung pergi ke ruang kepala Resto, dimana ruangan itu digunakan untuk mengurus segala macam berkas, keuangan dan keperluan lainnya. Dengan tak sabar Daniel membuka pintu ruangan itu, menampilkan Papanya dan dua orang pegawai Restoran didalam sana. "Aku datang Pa." Daniel merasakan hawa berbeda daripada biasanya setiba memasuki ruangan tersebut. Daniel menatap bergantian kearah Papanya dan kedua pegawai restoran dengan wajah bingung, sedangkan Aryadi tak henti-hentinya memasang wajah garang seraya mengetatkan rahangnya. Hingga suara gemelutuk giginya nyaris terdengar oleh Daniel. "Teman kamu bikin masalah Niel!" Napasnya memburu dan masih menatap tajam kearah kedua pegawainya lebih tepatnya mantan pegawainya karena sebelum Daniel datang Aryadi sudah memecat mereka berdua. "Ada apa Pa?" Tanya Daniel bingung. "Mereka mengkorupsi uang yang seharusnya digunakan untuk membeli daging ayam." Pernyataan Aryadi membuat Daniel kaget bukan main "Berapa Pa?" "25 juta." Daniel melotot kaget mendengar besaran nominal yang mereka korupsi. Jika dibanding dengan bisnis diluar sana, nominal itu mungkin sangat kecil. Namun bagi bisnis milik orang tua Daniel dua puluh lima juta adalah nominal yang besar. Bisa mereka gunakan untuk membeli motor baru jika ingin, dan kini uang itu lenyap di makan oleh kedua pegawainya. Daniel tidak habis pikir dengan kelakuan kedua pegawai didepannya ini, parahnya lagi salah satu dari mereka adalah teman dekat Daniel sejak SMA. "Apa yang kau lakukan hah?!" Bentak Daniel menatap tajam kearah Vero. Vero sejak tadi hanya menunduk tidak berani menatap wajah temannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD