Bab 12

1290 Words
        Setelah pertimbangan panjang, Anggita pun akhirnya masuk berkuliah di Universitas Trisula. Anggita masuk sebagai mahasiswa baru bersama Kiara. Seperti mahasiswa baru lainnya Anggita pun mengikuti serangkaian acara seperti pengenalan kampus hingga acara orientasi mahasiswa baru lainnya.         Anggita dan Kiara mengikuti setiap acara orientasi mahasiswa baru dengan baik tanpa membuat masalah. Anggita dan Kiara pun berkenalan dengan Kimora seorang mahasiswa baru dari sebuah sekolah di Bandung. Ketiganya pun menjadi akrab karena mereka bertiga sama-sama berasal dari Bandung.         Sepanjang acara orientasi mahasiswa, Anggita merasa seseorang mengamati dirinya namun ketika Anggita mengamati sekelilingnya Anggita tidak menemukan seorang pun yang sedang menatap dirinya. Anggita pun menggendikan bahunya, mungkin hanya perasaannya saja.         Hingga waktu makan siang tiba. Anggita, Kiara dan Kimora berjalan ke kantin kampus sambil berbincang. Anggita, Kiara dan Kimora berpapasan dengan pria itu lagi. Pria yang waktu itu memberikan arahan didalam sebuah ruangan kaca.         Kiara dan Kimora mengucapkan salam dalam rangka sopan santun dan Anggita mengikuti kedua temannya itu dan yang membuat Anggita bingung adalah pria yang Anggita masih belum tau namanya itu hanya diam tidak menjawab salam mereka dan yang makin aneh adalah tatapan pria itu begitu tajam menatap Anggita seolah tatapan itu bisa menusuk sesorang.         Kiara dan Kimora pun menyadari tatapan tajam pira yang mereka anggap dosen itu.         "Git, kamu teh ada buat salah? kok bapak tadi liat kamu gitu amat," tanya Kimora penasaran dan bingung.         Anggita hanya menggeleng. "Kenal aja enggak Mor," jawab Anggita.         Kimora dan Kiara saling berpandangan kemudian mereka memandang Anggita bersamaan.         "Kenapa?" tanya Anggita bingung.         Kiara menghela nafas panjang. Kiara berfikir mungkin pria itu adalah orang yang mengenal Anggita namun kondisi Anggita yang tidak bisa mengingat masa lalunya membuat Anggita tidak mengingat pria itu.         "Anggita?" ucap seseorang membuat Kiara, Kimora dan Anggita mengalihkan pandangan mereka mencari sumber suara tersebut.         Seorang pria yang Anggita terka seumuran dengan Angkasa kini berdiri di sisi mejanya. Pria itu memiliki potongan rambut cepak dan rapih. Pria itu mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana jeans berwarna biru terlihat begitu menarik.         "Bang Io kenal Anggita?" ucap Kimora bingung.         Anggita dan Kiara saling berpandang-pandangan. Paham akan kebingungan Anggita dan Kiara, Kimora pun memperkenalkan pria dihadapan mereka.                 "Kenalin abang gue, Bang Iyo, Nama lengkapnya Mario Geraldo," ucap Kimora memperkenalkan pria dihadapan mereka.         Mendengar nama Mario Geraldo, Kepala Anggita berdenyut sakit. Anggita seketika memengang kepalanya membuat Kiara kaget.         "Git! Loe gak apa-apa?" tanya Kiara panik kaget.         Anggita menggelengkan kepalanya perlahan. "Ki, gue minta tolong teleponin Mas Asa," ucap Anggita dengan nada lemah karena tiba-tiba kepalanya sakit dan semakin sakit.         Kiara panik namun berusaha mengontrol dirinya dengan melakukan apa yang Anggita minta. Dengan cepat Kiara menghubungi Angkasa.         "Halo, Ki?" sapa Angkasa disebrang sana.         "Mas, tolong ke kampus. Kepala Anggita sakit lagi," ucap Kiara dengan nada panik.         Angkasa yang sedang rebahan di kasur tiba-tiba bangkit dan langsung lompat turun dari kasurnya dan dengan cepat mengambil kunci mobil yang berada di meja dekat tempat tidurnya dengan HP yang masih tertempel di telinganya.         "Jangan kemana-mana. Mas Asa kesana," ucap Angkasa singkat dan mematikan sambungan telepon mereka kemudian langsung berangkat menuju kampus Anggita dan Kiara.         Sementara itu Anggita masih berjuang dengan rasa sakit yang tiba-tiba muncul dan pandangannya mulai kabur. Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul untuk pertama kalinya. --------------------------------------------------------         "Anggita Sasmita Djaya.." ucap Seseorang membuat Anggita kaget dan mengalihkan perhatiannya untuk mencari sumber suara.         Anggita tertegun sesaat karena pria yang di hadapannya Errr.. Tampan.. Anggita tidak memungkiri bahwa pria di hadapannya ini tampan.         "Kakak manggil saya?" Tanya Anggita bingung.         Pria itu mengangguk. "Iya, Nama aku Mario Geraldo, kamu bisa panggil aku Mario atau Gerald. Kamu baca apa? Kenapa kamu bisa disini?"         Anggita mengerutkan alisnya, pria didepannya ini tampan tapi aneh.         "Aku cuma mau kenalan sama kamu," ucap Gerald sambil tersenyum karena menyadari perubahan wajah Anggita.         Mendengar alasan Gerald, Anggita pun tersenyum tipis, "Ini n****+, saya bisa disini karena guru matematika saya nggak masuk,"         Gerald mengangguk mendengar penjelasan Anggita. Anggita sendiri bingung bagaimana Gerald bisa ada dihadapannya saat jam pelajaran seperti ini.         "Aku baru habis dari toilet terus liat ada kamu disini jadi mampir dulu, penasaran gimana kamu bisa di perpus jam segini," ucap Gerald sambil menggaruk tengkuknya.         Anggita merasa kikuk, pria dihadapannya ini aneh sedangkan Gerald sendiri merasa bodoh, caranya mendekati Anggita kali ini begitu kaku, entah kemana perginya Gerald si playboy sekolah.         "Hmm, aku kembali kekelas dulu, aku lagi pelajaran Bu Lastri, kalau lama-lama diluar bisa-bisa pas masuk kedalam aku ditelan sama Bu Lastri," ucap Gerald sambil bergidik ngeri.         Anggita tertawa kecil mendengar dan melihat tingkah Gerald kali ini. Anggita mengangguk dan Gerald pergi melesat menuju kelasnya. Baru sebentar Anggita kembali membaca novelnya, Anggita dikagetkan dengan kedatangan Gerald kembali yang berlari sambil terengah-engah.         "Kita berteman ya, Dadahhh, aku harus kembali sebelum Bu Lastri menelanku hidup-hidup," --------------------------------------------------------         Begitu adegan ingatan itu berakhir denyut kepala Anggita semakin terasa, wajah Anggita berubah menjadi pucat membuat Kiara, Kimora dan Mario panik.         "Ki, bawa ke ruang kesehatan aja," ucap Kimora sambil membawa tas Anggita.         Tiba-tiba seorang pria muncul. "Ada apa disini?"         Mario menatap pria yang menghampiri mereka dengan wajah kaget. "Dhika?!"          Ya pria itu adalah Radhika. Radhika Pratama Nugraha yang kini menjadi dosen di Universitas Trisula selesai kuliahnya di UNSW. Radhika yang kini sedang mengambil gelar master di Universitas Trisula pun menjadi dosen sambil mengisi waktunya.         Anggita menengok menatap pria yang dipanggil Dhika itu. Tanpa sadar Anggita mengucap nama Radhika. Anggita mengucapkan nama Radhika sambil menatap pria itu dan tidak lama kemudian Anggita langsung kehilangan kesadarannya membuat semua orang disana panik dan kaget.         "Anggita?!" Teriak Kimora dan Mario bersamaan.         Anggita terkulai dan beruntung Radhika yang dengan sigap menopang tubuh Anggita. Radhika pun segera menggendong tubuh Anggita membawanya menuju ruang kesehatan. Radhika membawa Anggita dengan cekatan. Radhika kaget bukan main. Setelah sekian lama tidak bertemu dengan Anggita, pertemuannya kembali dengan Anggita Radhika dikejutkan dengan kondisi Anggita yang sedang sakit hingga pingsan seperti ini.         Radhika masuk kedalam ruang kesehatan bersama Kiara sementara Kimora dan Mario menunggu diluar. Radhika meletakan Anggita diatas ranjang pasien dan seorang dokter jaga muncul.         "Ticya, tolongin ini Anggita pingsan," ucap Radhika pada Leticya yang hari ini menjadi dokter jaga di ruang kesehatan Universitas Trisula.         "Dok, tolong temen saya Dok," ucap Kiara kemudian.         Leticya memandang kaget Anggita yang kini berada dihadapannya. Leticya merasa kembali ke masa-masa SMA nya. Leticya pun mengedepankan profesionalitas dan memeriksa Anggita. Saat Leticya memeriksa Anggita, Radhika meminta Kiara menghubungi Angkasa.         "Kamu sudah hubungi keluarganya?" tanya Radhika to the point,         "Sudah Pak. Tadi saya sudah hubungi Mas Asa. Kakak Anggita," jawab Kiara cepat.         Radhika mengangguk. "Kamu tunggu didepan, kalau Angkasa datang nanti ajak masuk,"         Kiara mengerutkan alisnya bingung, bagaimana orang dihadapannya ini bisa tau nama Angkasa padahal Kiara menyebutnya dengan Mas Asa.         "Jangan melamun, tunggu Angkasa diluar, Biar saya jaga Tata disini,"         Kiara semakin mengerutkan alisnya dalam namun Kiara tetap mengikuti perintah pria itu walau ia bingung. Bagaimana pria ini bisa mengetahui nama Angkasa dan nama panggilan rumah Anggita. Mungkin dugaannya tadi benar, pria ini adalah orang dari masa lalu Anggita.         Kiara menunggu didepan baru beberapa saat dan HP miliknya bergetar dan nama Angkasa muncul disana.         "Kiara dimana?" tanya Angkasa dengan nada panik.         "Kia ada di depan ruang kesehatan Mas. Mas kesini ya," jawab Kiara cepat dan panggilan antara Kiara dan Angkasa pun terputus.         Sementara didalam ruang kesehatan Leticya sedang memeriksa Anggita mulai dari tensi hingga detak jantung. Leticya memeriksa Anggita dengan teliti dan dibelakangnya Radhika sedang memandangi gadis yang sudah lama tidak ia jumpai. Teman kecilnya dulu. Anggita Sasmita Djaya. Nama yang dulu ia sering dengar saat masih kecil hingga ia duduk dibangku SMA.         Radhika memandangi Anggita terselip rindu dan kebingungan. Radhika bingung apa yang terjadi pada Anggita sehingga Anggita pingsan seperti ini. Radhika masih memandang wajah pucat Anggita ketika tiba-tiba pintu ruang kesehatan terbuka.         Radhika memandang pintu yang terbuka dan kaget mendapati Angkasa disana. Angkasa sendiri tak kalah kaget mendapati siapa yang kini sedang bersama dengan adiknya itu.         "Dhika?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD