Darren berada di dalam kamarnya bersama Zeline. Lelaki itu tahu Zeline merasa canggung di dekatnya, tapi ini memang risiko, dua orang yang tidak saling mengenal di satukan dalam pernikahan. Lagi pula hari ini Darren membutuhkan bantuan Zeline untuk bercerita tentang n****+ New Life.
"So, ayo mulai cerita?" Darren mengambil bolu yang sudah ia siapkan untuk menemani mendengarkan cerita Zeline.
"New Life, cerita tentang Serly yang kembali hidup di dunia berbeda. Jiwanya masuk dan bergabung dengan jiwa tubuh Serly di dunia itu."
"Aneh sekali?"
"Ya, memang begitu karena mengandung unsur fantasi di dalamnya."
Darren mengangguk. "Oke lanjut, siapa saja pemeran pria di sana?"
"Ada Aldo, suami Serly di dunia itu, Aldo juga punya tiga teman pria, Danish, Nathan, dan Henry. Semua karakter pria di sana mendapat pasangan masing-masing kecuali antagonis yaitu Dion, suami Serly di dunianya yang lama. Sepertinya authornya suka jadi mak comblang …."
Mata Darren mulai berat. Apalagi saat sang istri menerangkan tentang karakter-karakter pria di n****+ itu. Tanpa Zeline sadari, Darren memilih rebahan.
"Yang terakhir dapat pasangan itu Henry …." Zeline melihat ke arah suaminya yang sudah terlelap.
Loh, ternyata Mas Darren ketiduran.
Zeline merasa suaminya memang butuh istirahat, dia kadang melihat warna aura sang suami meredup karena kelelahan. Aku rangkum saja kalau begitu, biar Mas Darren bisa baca nanti, bisa dibawa juga ke kantor besok.
Zeline dengan cepat mengambil alat tulis merangkum karakter-karakter pria di n****+ tersebut. Tidak disangka ia juga ketiduran di sofa kamar Darren. Ketika Darren bangun hari sudah sore, pria itu melihat Zeline yang tertidur. Ketika diperhatikan, di atas meja sudah ada rangkuman dari Zeline. Baik sekali dia.
"Walau kamu mirip Sadako, tapi karena kamu istri yang baik, kamu boleh tidur di kasur saya." Darren mengangkat tubuh Zeline ke kasurnya bahkan diselimuti pula.
"Kenapa wajahnya terlihat familiar ya?" Darren memperhatikan wajah Zeline lekat cukup lama.
"Apa jangan-jangan dia adalah seseorang yang kukenal di kehidupanku yang lama." Darren terbawa suasana n****+ sepertinya.
Tidak mungkin.
Setelah cukup lama berpikir tidak menemukan jawaban, Darren turun ke lantai bawah mengambil air. Di sana terlihat kedua orang tuanya sedang berbincang. "Zeline mana, Nak?" tanya Rossy.
"Di kamarku, Ma. Ketiduran kayaknya kecapean."
Broto dan Rossy terkejut, mereka berpikiran macam-macam, apa keduanya sedang usaha memberikan cucu untuk mereka. Gerak cepat juga putranya ini.
"Kasihan Zeline sampai kelelahan seperti itu. Zeline anaknya polos, kamu harus memperlakukannya lembut. Tidak boleh memaksa," nasihat Rossy yang mengira putranya sudah melakukan proses pembuatan cucu untuknya.
Apa aku terlalu memaksanya untuk membantuku? Tapi, dia tidak menolak. Ya, gadis seperti Zeline mana mungkin menolak, batin Darren.
"Baiklah, Ma, lain kali aku tidak akan memaksa."
"Bagus, jadilah lelaki gentle," balas Broto dan Darren pun mengangguk.
Mereka sama-sama berbincang hal yang berbeda, alias disconnection.
"Ya sudah aku balik ke kamar dulu," pamit Darren, orang tuanya pun mengangguk.
"Semoga kita cepat diberi cucu ya, Ma."
"Benar, Pa. Mama ikut senang Darren dan Zeline tidak menunda." Mereka bahkan salah kira dan Darren sendiri tidak mengerti maksud orang tuanya karena pria 28 tahun itu memang masih terbilang polos.
***
Seorang pria tinggi dan tampan, seorang model cukup populer sedang berbincang dengan kekasihnya di sebuah kafe.
"Jadi besok ada audisi di perusahaanmu, Sayang?" tanya sang wanita yang adalah Listya kepada pria yang merupakan kekasihnya Lingga.
"Ya … anggap ini audisi tahap pertama, tapi sangat berperan penting karena siapa yang lolos audisi di MHP akan langsung dipertimbangkan saat casting selanjutnya bersama sutradara dan casting director." Rumah produksi dari web series itu memang bekerja sama dengan MHP.
"Wow pasti keren kalau kamu dapat peran penting apalagi pemeran utama?"
"Iya, Sayang, pasti aku bakal dapat peran penting di sana dan menyingkirkan para pecundang lain." Lingga tersenyum licik. Dia sudah membayar tim juri agar dirinya lolos audisi di perusahan dan setelahnya dia akan berusaha agar dirinya dipertimbangkan menjadi pemeran penting dalam web series New Life. Incarannya tentu saja pemeran utama.
***
Zeline terbangun dari tidurnya yang nyaman. Tampak Darren di sofa sedang membaca rangkumannya.
Loh, bukannya aku tadi ketiduran di sofa kenapa bisa pindah di atas kasur? Apa Mas Darren yang memindahkan?
Zeline menatap Darren lekat dan disadari oleh suaminya itu.
"Putri Tidur ternyata sudah bangun?"
Zeline yang kepergok menjadi salah tingkah. Darren melangkah dan duduk di tepi ranjang.
"Zel," panggilnya. Zeline segera bangun dari tidurnya.
"Apa, Mas?"
"Maaf ya saya terlalu memaksa kamu membantu saya sampai kelelahan dan harus merangkum seperti ini." Darren menunjukkan kertas hasil rangkuman Zeline.
Zeline merasa terharu. Suaminya sangat peduli sampai minta maaf seperti itu, padahal dia tidak merasa capek karena membantu Darren.
Zeline dengan cepat menggeleng. "Aku capek bukan karena membantu Mas, tapi karena aku kemarin juga begadang ngetik naskah baru."
Darren mengangguk. Ya, istrinya juga penulis. "Fine. By the way thanks ya buat rangkumannya." Zeline mengangguk penuh semangat.
"Zel, saya mau mandi, jadi—"
"Aku siapkan air hangat," ucap Zeline cepat.
Padahal aku enggak nyuruh.
Namun, Darren menyetujui. Sebaiknya dia juga berendam air hangat.
Setelah menyiapkan air untuk sang suami, Zeline pun keluar kamar dengan perasaan bahagia. Dia merasa sudah seperti istri berguna.
Rossy yang melihat Zeline, merasa heran, mengapa menantunya terlihat baik-baik saja, bukankah mereka sudah sampai kepada proses pembuatan cucu untuknya. Bahkan setelahnya Zeline keluar dari dalam kamarnya tampak segar karena selesai mandi, tapi rambutnya tak basah.
Yah ternyata bukan proses pembuatan cucuku.
Ketika Rossy menanyakan Zeline, gadis itu memberitahu bahwa Darren memintanya menceritakan salah satu n****+ yang akan dibuat web series.
Broto dan Rossy berpikir bukan hanya menantunya sepertinya yang polos, putranya juga polos karena tak paham maksud mereka tadi.
"Bakal lama kita dapat cucu ini." Broto dan Rossy mengeluh bersamaan.
***
"Apa!? Ada dua juri yang tidak bisa hadir besok?!" Darren hampir naik pitam. Padahal mereka sudah mengundang orang-orang profesional dalam bidang akting untuk menilai. Ternyata dua juri dari penggemar n****+ ini tidak bisa hadir.
"Aku bisa jadi juri, Kak. Aku suka novelnya. Tinggal satu orang lagi biar jurinya ganjil," ungkap Aliqa di seberang telepon.
"Satu lagi ya?" Darren berpikir, nama yang terlintas tentulah Zeline, istrinya. Tapi, apa Zeline akan mau membantunya kali ini?
"Oke, nanti aku berusaha ajak istriku."
"Apa!? Kakak ipar Sadako akan ikut!?" Sekarang Aliqa yang terkejut.
"Enak saja kamu memanggil istriku Sadako!" Darren tidak suka padahal dia sering memanggil itu.
"Cie yang sekarang bela istri. Sudah kepincut sama Kakak ipar Sadako."
"Aliqa! Aku potong gajimu nanti!"
"Maaf, Kak. Aku jadi penasaran bagaimana mengobrol dengan kakak ipar." Aliqa merasa tertantang ingin berbincang dengan Zeline.
Darren segera mematikan telepon, lalu menuju kamar sang istri. Zeline yang sedang mengetik naskah sedikit terkejut karena suara ketukan pintu dan suaminya memanggil.
Dia segera membuka pintu. "Kenapa, Mas?"
Darren tanpa diminta, masuk ke kamar remang-remang Zeline. "Kenapa gelap sekali?"
"Aku sudah biasa gelap, Mas." Zeline menghidupkan lampu.
"Mas, ada apa?" tanyanya lagi.
"Zel, kamu mau membantu saya?"
Zeline dengan semangat mengangguk. Namun, semangatnya pudar ketika mendengar bantuan apa yang diminta Darren.
Aku takut … aku takut dunia luar, aku takut bertemu dengan banyak orang, tapi Mas Darren pasti kecewa jika aku menolak, bagaimana ini?