WCC 1 – Sebuah Awal
“Danu! Kenapa sih, kamu selalu menghindari aku?” teriak seorang gadis berambut layer pendek lurus seperti model artis-artis korea, kepada seorang laki-laki yang terus berjalan cepat.
Namanya, Keke Larasati. Dia adalah gadis berusia 22 tahun. Wajahnya cantik dan berkulit putih. Ia berprofesi sebagai penulis n****+ yang karyanya selalu dinobatkan sebagai karya yang bestseller. Seperti biasanya dia selalu semangat mendekati mantan kakak kelasnya semasa kuliah yang bernama Danu Wijaksana.
“Apa sikap saya kurang jelas? Saya tidak suka perempuan seperti kamu!” kali ini Danu berhenti. Nafasnya memburu dan darahnya mulai mendidih.
Danu menatap lekat-lekat mata Keke dengan penuh kebencian. Bagi Danu, Keke ibarat sampah tidak berguna yang selalu menempel bagai prangko padanya. Bahkan, istilah prangko terlalu bagus, Keke ibarat hama bagi hidupnya, baginya hama seperti Keke harus lekas dibasmi. Namun sayangnya, Keke adalah hama yang membandel, sulit dilenyapkan.
“Tapi apa kurangnya aku, Kak? Lihatlah, aku bahkan sudah menganti gaya rambutku mengikuti gaya rambut Ko Moon Young dalam drama It’s Okay To Not Be Okay. Mengapa kamu tetap tidak menyukai aku?” kata Keke, sambil memegangi rambutnya sendiri.
Keke sangat tahu, meski Danu adalah seorang CEO di Penerbit Nara, tempatnya menerbitkan semua karya-karyanya, namun Danu suka perempuan-perempuan korea. Keke mengetahui fakta ini dari Lusi Mardatila, sekretaris Danu yang diam-diam juga menaruh perasaan pada Danu. Lusi dan Keke adalah sahabat baik. Jadi, meski menyukai Danu, Lusi terus membantu Keke dalam menjalankan misinya untuk mendapatkan hati Danu.
“Selama dirimu adalah Keke Larasati, saya tidak akan pernah mau dekat-dekat dengan kamu.” seru Danu. Wajahnya merah padam karena marah.
Semua yang berhubungan dengan Keke adalah sesuatu yang menyebalkan baginya. Lagi pula orang gila seperti Keke tidak memiliki rasa sakit hati, jadi Danu merasa kalau apapun yang dia keluarkan dari mulutnya tidak akan membuat Keke dendam padanya. Bahkan, bila Keke membencinya karena kata-kata kejamnya, ini justru sangat menguntungkan.
Danu berjalan lagi. Dia mempercepat langkahnya, dalam hati dia berharap agar Keke tidak mengejarnya. Namun, bukan Keke namanya bila dia menyerah begitu saja mendengar kata-kata kasar Danu. Keke sudah biasa dan sungguh sudah sangat terbiasa.
Keke menatap punggung Danu dengan mata yang berbinar-binar. Mendengar Danu yang menyebutkan nama panjangnya secara lengkap membuat hatinya bahagia. “Kamu mengingat namaku, Kak?” seru Keke. Dia tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya.
“Argh!” Danu mengerang frustasi, ntah mengapa dia bisa menyebutkan nama mantan adik kelas anehnya itu. Danu semakin mempercepat langkahnya. Dia benar-benar ingin segera sampai di mobilnya. Dia tidak mau dekat-dekat dengan Keke.
Keke yang tertinggal di belakang buru-buru lari menghampiri Danu dengan sekuat tenaga. Karena rasa bahagia yang memuncak membuat langkah Keke ringan dan lebih gesit dri biasanya. Dia bahkan berdiri di hadapan Danu. Mau tak mau Danu menghentikan langkahnya.
“Apa lagi?” tanya Danu dengan tatapan malas.
“Kakak benar-benar hafal nama lengkapku?” tanya Keke tidak percaya. Matanya berbinar-binar.
“Kamu salah dengar, awas!” seru Danu.
Keke menggeleng. Dia terus menghalang-halangi Danu yang ingin meneruskan perjalanannya keluar kantor. Melihat CEO-nya datang Kadir sang security menghampiri Danu. Danu melemparkan kunci pada Kadir. Kadir dengan cepat mengambil kunci tersebut dan lari ke parkiran tempat dia memarkirkan mobil Danu tadi pagi.
“Tidak, aku tidak salah dengar, Kak.” kata Keke, keras kepala.
Keke merasa telinganya masih cukup waras untuk mendengar pujaan hatinya menyebut nama langkapnya. Hal yang bisa dikatakan langka. Bahkan, ini kali pertamanya Danu menyebutkan nama lengkap Keke. Mengingat itu, hati Keke menghangat.
Merasa tidak akan bisa keluar, Danu melipat tangan di d**a. Meski hanya melihat Danu yang berwajah dingin, Keke tetap memandangi wajah Danu dengan tatapan memuja.
“Ck, kalau saya memang hafal nama kamu, ada apa?” tanya Danu.
Danu maju mendekati Keke. Keke pun mundur. Setiap Danu melangkahkan satu langkah ke depan, Keke langsung mundur satu langkah. Danu yang bisa membaca situasi. Terus mengintimidasi Keke. Dia terus berjalan mendekati Keke. Keke terus mundur, hingga tubuhnya menabrak flap barrier gate.
Danu terus mendekatkan tubuhnya pada Keke. Keke yang lemas tak bisa berbuat banyak. Danu semakin mendekatkan tubuhnya, tangannya cepat ke leher Keke. Keke yang berpikir Danu akan menciumnya langsung memejamkan mata. Danu tersenyum miring, lalu dengan cekatan mengambil kartu akses milik Keke yang mengalung cantik di lehernya dengan tangan kanan, dan dia mulai menempel kartu aksesnya menggunakan tangan kirinya.
Setelah pintu terbuka Danu buru-buru pergi meninggalkan Keke. Keke yang menyadari apa yang terjadi langsung membuka mata.
“Kak Danu!” teriaknya.
Keke terjebak tidak bisa keluar karena kartu aksesnya diambil Danu. Danu hanya melambaikan tangan kanannya yang masih memegangi kartu akses Keke. Danu tersenyum jahat. Tepat ketika Danu sampai lobi, Kadir sudah sampai di hadapannya, Kadirpun keluar dari mobil. Danu memberikan kartu akses Keke kepada Kadir.
“Kalau boleh saya tahu, ini milik siapa, Pak?” tanya Kadir.
Kadir tidak melihat nama yang tertera di sana. Danu mengisyaratkan Kadir untuk membaca nama yang tertera di dalam kartu akses tersebut. Kadir mengangguk. Danu pun masuk ke dalam mobilnya tanpa mengucapkan terima kasih seperti biasanya kepada Kadir.
Danupun melajukan mobil menuju apartemennya. Apartemen miliknya berada di kawasan elit Jakarta Selatan.
***
Melihat pujaan hatinya pergi membuat Keke sedih. Padahal tadi dia sudah membayangkan tubuhnya melayang ke udara saat Danu mendekatinya perlahan demi perlahan. Namun, ternyata Danu hanya ingin mengerjainya.
“Kak Danuuu!” teriak Keke frustasi.
Keke tidak pernah memedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya. Meski banyak pasang mata yang mencemooh sikap anehnya, namun Keke tidak pernah mengindahkan tatapan-tatapan itu. Baginya, Danu adalah cinta pertamanya yang sedang ia usahakan menjadi cinta terakhirnya.
“Kamu belum pulang, Ke?” tanya Lusi yang tiba-tiba sudah berada di belakang Keke.
“Aku tidak bisa keluar.” jawab Keke sedih.
“Lho, memangnya kenapa?” tanya Lusi.
“Kartu aksesku diambil Kak Danu.” kata Keke.
“Kok bisa?” tanya Lusi.
“Bantu aku, Lus. Aku mohon, aku mau pulang.” kata Keke sambil merajuk.
Lusi hanya menggelengkan kepala tidak tahu bagaimana lagi menyikapi kelakuan Keke yang seperti anak kecil. “Baiklah, aku akan menemui security di depan.” kata Lusi.
“Terima kasih, Lusi.” kata Keke sambil memeluk Lusi.
Lusipun keluar mencari security. Keke kembali mengingat kejadian tadi. Sebuah kejadian yang sangat membuatnya bahagia. Pertama kejadian saat Danu menyebutkan nama lengkapnya. Dia memang termasuk penulis yang cukup terkenal namun tetap saja nama lengkapnya terasa berbeda saat keluar dari mulut Danu. Dan kedua, kejadian beberapa saat lalu saat Danu mendekatinya.
Keke bahkan bisa mencium aroma musk dari tubuhnya. Membayangkan kedekatannya dengan Danu membuat senyum Keke kembali merekah dan rasanya dia ingin teriak, dia memegangi pipinya dan kembali membayangkan pipinya yang nyaris disentuh Danu.
“Keke!” seru Lusi.
Keke yang tidak menyadari kehadiran Lusipun masih sibuk mengelus pipinya sambil membayangkan wajah Danu. Dengan pose aneh khas orang yang sedang kasmaran akut.
“Keke!” seru Lusi, suaranya naik beberapa oktaf.
“Eh?” kata Keke gelagapan. Keke benar-benar tidak menyangka kalau Lusi akan memanggilnya dengan keras seperti itu.
Saat keke melihat sudah ada Lusi dan security, Keke pun tersadar dan bersikap seperti biasa. Lusi hanya menggeleng melihat kelakuan aneh sahabatnya. Sahabat yang selalu disayanginya dengan segala keanehannya.