8. Make Over

1420 Words
Keesokan harinya Nayra dan keluarganya chek out dari hotel. Gadis itu dibuat bingung oleh tingkah Saga. Saga bilang akan membawa mereka ke rumah baru yang kemarin mereka lihat. Namun, arah jalanan ini berbeda dengan alamat rumah yang kemarin. Mobil Saga berhenti di sebuah rumah mungil yang letaknya tidak jauh dari kampusnya Davi. Biarpun halamannya tidak terlalu luas, tetapi terlihat asri dan nyaman. Ada beberapa pot bunga menghiasi teras rumah. Bahkan ada ayunan keranjang di ujung halaman. "Sekarang inilah tempat tinggal baru kalian," ujar Saga dengan senyum terkembang. Dia merogoh kantong untuk mengambil anak kunci. Lelaki itu mulai membuka rumah asri berlantai satu ini. Tangannya mempersilakan masuk. Nenek, Davi, dan juga Nayra mengedarkan pandangan. Sebuah hunian yang cukup nyaman bagi mereka bertiga. Rumah ini terdiri dari ruang tamu merangkap ruang keluarga, dua buah kamar, dapur merangkap meja makan, serta sebuah kamar mandi. Tersedianya perkakas rumah tangga dan furniture elektronik membuat mereka tidak pusing lagi mengisi rumah ini. "Terima kasih banyak untuk semua kebaikan Nak Saga," ucap Nenek merasa terharu. Dirinya amat bahagia mendapati cucunya akan menikah dengan seorang pria yang cukup mapan. Iris wanita tua itu tampak berkaca-kaca. Namun, nenek terburu mengelapnya. "Sama-sama." Saga membalas kalem. "Oh ya, Nek, saya mau ajak Nayra pergi untuk keperluan sebentar. Boleh, ya," izin Saga santun. "Oh iya, silakan." Nenek mengizinkan dengan lembut. Setelah mencium takzim tangan nenek, Saga dan Nayra beranjak pergi. Keduanya masuk mobil kembali. Ketika Saga memasangkan seat belt, Nayra tersipu malu. "Ga, kenapa nenek dan Davi gak tinggal bareng aku aja?" Terdorong rasa penasaran membuat Nayra berani mengajukan pertanyaan. Mata wanita itu mulai menatap jalanan depan. "Aku pengen lebih privasi saja." Saga menyahut santai. Dia mulai memakai kacamata hitamnya, "gak asyik kan kalo kita lagi memadu kasih ada yang ngeganggu?" Jawaban bernada menggoda itu membuat Nayra tersipu. "Dan aku sengaja nyari tempat yang deket sama kampus Davi, biar dia bisa berhemat. Sementara kalo tinggal di rumah kita, kasihan adikmu kejauhan," lanjut Saga membeberkan alasannya. Nayra manggut-manggut mendengarkan penjelasan sang calon suami. Baginya Saga memang seorang yang bijak. Rasanya ada kebanggaan dapat memiliki pria kharismatik di samping ini. Kaca mata hitam yang membingkai parasnya menambah kesan keren pada diri Saga. Pesona Saga memang sulit untuk ditolak. Namun, saat menyadari jika posisinya hanya sebatas istri simpanan, d**a Nayra tergetar pilu. "Eum ... sekarang kita mau ke mana?" tanya Nayra menepis rasa getir. "Waktu kita tinggal dua hari lagi. Hari ini kita mau nyari kebaya dan cincin untuk pernikahan kita," jawab Saga tenang. Di sebuah butik lelaki itu menepikan mobilnya. Ini bukan butik yang mewah, tetapi cukup besar bagi seorang Nayra. Seumur-umur dia belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di sebuah rumah mode. Jika ingin beli baju, dirinya cukup pergi ke toko di pasar. Ketika akan turun Nayra dibuat agak tertegun. Dahinya mengernyit dalam ketika tangan Saga meraih hoodie yang tergantung di pegangan mobil bagian belakang. Lelaki itu memakai baju panjang itu pada cuaca yang lumayan terik ini. Tidak sampai di situ, Saga juga menutupi sebagian wajahnya dengan masker. "Kamu kelihatan kaya orang lagi nyamar, Ga," seloroh Nayra tersenyum tipis. Saga yang tengah bercermin pada spion dalam, melirik sekejap ke arah Nayra. Bibir lelaki itu terlipat. Apa yang dikatakan calon istrinya memang benar. Penampilannya memang mirip orang yang tengah menyembunyikan identitas. "Walau pun bukan artis, tapi banyak yang ngenal aku sebagai suaminya Dela. Jadi aku harus berhati-hati saat kita jalan berdua," terang Saga membetulkan posisi kaca mata hitamnya. "Tidak boleh ada yang tahu tentang pernikahan kita, kamu mengerti?" Walau pun tidak terlalu setuju, tetapi Nayra terpaksa patuh. Ya ... bukankah dia sudah dibeli Saga untuk tunduk padanya. Andai dirinya terlahir dari keluarga yang berada. Tidak mungkin Nayra mau menjadi istri simpanan. Keduanya turun dari mobil. Saga terlebih dulu berjalan di depan Nayra. Seakan tidak ingin langkahnya diiringi oleh Nayra. Sikap ini tentu berbanding terbalik dengan hari sebelumnya. Saga membawa Nayra pada manekin-manekin yang memajang aneka kebaya. Mulai dari kebaya simpel elegan hingga kebaya mewah bertabur kristal Swarovski. "Pilih yang paling kamu suka," suruh Saga tanpa mau melepas maskernya. Nayra mengangguk. Gadis itu mengedarkan pandangan. Sebagai seorang wanita tentu dia merasa senang melihat aneka baju-baju cantik yang terpampang ini. Namun, ketika melirik harganya, nyalinya seketika menciut. "Kita cari butik lain, Ga. Kayaknya di sini harganya terlalu mahal deh buat aku," pinta Nayra merasa tidak nyaman. Di balik masker, Saga tersenyum. Baginya Nayra itu teramat innocent. Lucu dan menarik. "Mahal buat kamu belum tentu mahal bagi aku," sahut Saga enteng, "udah kamu gak usah mikirin harga. Sekarang kamu tinggal pilih kebaya mana yang paling kamu suka," suruhnya serius. Ketika Nayra tidak juga bergerak, Saga terpaksa memilih sendiri kebaya yang cocok untuk sang gadis. Tidak tahu ukuran tubuh Nayra, Saga mendekati gadis itu kembali. Tanpa Nayra duga, Saga menarik pinggangnya. "Mo ... mo apa, Ga?" tanya Nayra tegang. Gadis itu membeku dalam dekapan Saga. Aneh ... bukankah di mobil Saga memerintahkan agar jangan mengumbar hubungan mereka di depan umum. Namun, kenapa pria itu justru mengingkarinya dengan sembarang memeluknya? "Sttt ... diamlah!" Entah mengapa suara Saga yang tertutup masker terdengar begitu seksi di telinga Nayra. Gadis itu menggeleng. Ini tidak benar. Tapi, hati kecil Nayra berteriak jika Saga adalah tipe lelaki idamannya. Bahkan aroma tubuh dari Saga membuat suhu tubuhnya meningkat. Nayra menunduk karena tersipu. Saga sendiri dapat melihat kegugupan pada gadisnya ini. Bibir lelaki itu melengkung. Dari semenjak berteman, inilah momen terintim bagi keduanya. Saga masih mengabaikan Nayra yang terus menunduk gugup. Lelaki itu mengukur tubuh Nayra menggunakan jarinya. Sekarang dia tahu ukuran apa yang tepat dikenakan oleh gadis itu. Akhirnya, pilihan Saga jatuh pada kebaya modern berwarna putih berbahan brokat. Kebaya berkerah V dengan taburan payet di beberapa sisi menambah kesan yang cukup elegan. Saga memanggil pelayan. "Aku mau kebaya yang ini." "Baik, Pak." Sang pelayan mengangguk ramah. Saga kembali mengamati penampilan Nayra. Gadis itu amat sangat sederhana di matanya. Wajahnya hanya tersapu bedak tipis dan lip cream dengan warna yang nude. Nayra cukup percaya diri hanya dengan memakai kemeja yang dipadukan dengan celana jeans panjang. Itu pun sudah pudar warnanya. Sementara sneaker yang sudah butut ia gunakan untuk membungkus kaki. Saga bahkan menyayangkan rambut indah gadis itu harus terkuncir oleh ikat rambut murahan. Saga mengambil beberapa dress yang sekira cocok untuk Nayra. "Bungkus semua," suruhnya pada pelayan. "Ga, ini kebanyakan." Nayra memprotes. Saga hanya tersenyum. Dia mengambil salah satu dress yang baru dipilihnya. "Ganti bajumu sekarang!" suruhnya sambil menyodorkan dress tersebut. "Ayolah! Penampilanmu itu sangat memprihatikan," desak Saga saat melihat Nayra bergeming. Nayra menelan ludah mendengar pengakuan jujur dari Saga. Tanpa bicara lagi, gadis itu meraih baju yang sudah diangsurkan Saga. Gegas dirinya menuju ruang ganti. Di dalam fitting room, Nayra mengamati penampilan barunya. Baju dipilih Saga ini, begitu pas melekat di badan. Seketika percaya dirinya sedikit meningkat. Gadis itu tersenyum manis. Ketika keluar, Saga sudah menunggunya. Ada dua orang pelayan yang berdiri tidak jauh dari lelaki itu. Tangan kedua pelayan itu memegang berkotak-kotak sepatu. Saga lantas menunjuk sebuah sofa panjang pada butik ini. Nayra menurut. Gadis itu duduk manis sesuai instruksi Saga. Nayra dibuat melayang saat tangan Saga meraih pergelangan kakinya. Tidak disangka, lelaki itu memasangkan sebuah flat shoes pada kaki kanannya. Hati Nayra menghangat. "Good!" Walau tertutup masker dan kaca mata hitam, tapi Nayra paham jika Saga tengah melempar senyum manis untuknya. "Bungkus semuanya!" suruh Saga kedua pelayan yang mengikuti. "Baik." Lagi-lagi dua gadis berseragam itu mengangguk ramah. "Ga, ini udah berlebihan," desis Nayra. Dalam hati Saga terkekeh. "Aku gak lantas bangkrut hanya karena membelikan kamu baju dan sepatu." Nayra mendesah. Dia memang harus beradaptasi dengan kehidupan Saga yang serba wah. "Ayo!" Saga mengulurkan tangan. "Ke mana?" Saga tidak menjawab. Lelaki itu hanya menunjuk area pakaian dalam. Sontak rona malu kembali menyelimuti pipi Nayra. Ini tidak benar! Saga itu seorang pemimpin perusahaan. Bagaimana bisa dirinya menjatuhkan martabat dengan memilih pakaian dalam untuk Nayra. Memang saat ini Saga bersembunyi pada hoodie dan maskernya. Namun, kedatangannya di toko pakaian dalam khusus wanita ini tetap saja menarik perhatian. Hebatnya Saga sama sekali tidak peduli. "Apakah kamu pernah membelikan Mak Dela pakaian dalam?" tanya Nayra penasaran. "Gak, kamu yang pertama." Ada rasa hangat saat mendengar jawaban santai dari Saga. "Dela sudah paham seleraku. Jadi aku gak perlu memilihkannya," tuturnya tenang. "Bagus kan?" Mata Nayra membulat malu, saat Saga menyodorkan sebuah celana dalam yang sangat bertentangan dengan seleranya. G string berbahan tipis benar-benar membuat pipi Nayra terasa panas. Dirinya kian merona ketika Saga menunjukkan sebuah lingerie seksi berwarna hitam berhias renda. Saga mencondongkan tubuh. "Aku sudah tidak sabar melihatmu memakainya," bisik Saga terdengar menggoda. Tidak kuasa menahan malu. Nayra hanya mampu menginjak kaki Saga. "Nayra ...." Saga mendesis sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD