Aku membuka kedua mata, melihat Zahra masih terpejam ketakutan penuh kepasrahan. Perlahan penglihatanku mulai mendapatkan kejelasan. Kabut yang menyelimuti semua jemaah kepekatannya perlahan memudar sehingga aku bisa dengan jelas melihat ekspresi Zahra serta keadaan lingkungan sekitar. Kabut yang menyelimuti kami untungnya tidak berdampak apa-apa baik kepadaku maupun kepada Zahra. Tidak seperti sebagian kecil jemaah yang terpengaruh karenanya. Aku lantas meminta Zahra membuka matanya. "Zahra, buka matamu. Kita baik-baik saja. Tenanglah, kabutnya perlahan sudah menghilang." Zahra bernapas dengan begitu cepat saking takutnya. Aku baru menyadari tarikan napas Zahra setelah kabut berangsur-angsur memudar dan menghilang. Kutanya apa Zahra merasakan sesuatu di tubuhnya, apa kabut tersebut memp