Bagian 3

1183 Words
Meski tahu apa yang aka menimpanya, nyatanya Noah tetap bekerja dengan profesional. Kemungkinan besar ini akan menjadi saat terakhirnya mengantar pesanan. Maka akan ia lakukan dengan sepenuh hati. Bahkan ketika sampai di tujuan, ia juga memberi senyum terbaik pada penerima. Tak peduli orang itu adalah adik dari seseorang yang sudah benar - benar mematikan rezekinya. Noah juga tak langsung menyerah. Ia kembali ke pangkalan bersama beberapa teman ojek online lainnya. Menunggu datangnya orderan. Siapa tahu masih ada lagi sinyal yang menyangkut di ponselnya, Sebelum wanita bar - bar itu akhirnya memberi penilaian buruk padanya. Dan ia akan kehilangan profesinya akibat kembali mendapat nilai buruk. "Kenapa? Kusut amat tampang Lo?" Salah satu teman ojek online Noah mulai bertanya. Namanya adalah Parker. Seorang laki - laki yang sudah berumur namun tetap gaul. Dulu ia adalah salah satu mandor di pabrik rokok terbesar se - Auro. Pabrik yang menjadi menyumbang terbesar dalam pembangunan kota Auto. Setelah pensiun, dari pada gabut, Parker ikut - ikutan anak muda dengan menjadi driver ojek online. Lumayan dapat hiburan dan cuan. Dari pada di rumah terus setiap hari. Malah menimbulkan penyakit. Ia berkaca pada teman - temannya yang memutuskan di rumah saja setelah pensiun. Banyak di antaranya yang jatuh sakit kemudian meninggal tak lama kemudian. Parker tak mau jadi seperti itu juga. Makanya ia harus produktif dan banyak hiburan. Supaya tidak stres dan selalu sehat bugar. "Nggak apa - apa, Pak. Cuman mikirin gimana nasib aku besok." Noah menjawab seraya tersenyum miris. "Lhah, kenapa harus dipikirin? Kan tinggal sama aja kayak hari ini. Bangun tidur, lalu ke pangkalan nunggu orderan. Atau kalau mager ya nunggu orderan di kost - an aja." Noah lagi - lagi tersenyum. Kali ini sebuah senyum kecut. "Ya mudah - mudahan besok saya belum kena suspensi ya." "Lhah, kenapa emang kok sampai kena suspensi?"  Noah kemudian menaikkan kedua bahunya tanda tak tahu. Atau lebih tepatnya ia malas menjelaskan situasi yang sedang terjadi pada Parker. Dan benar saja, setelah obrolan itu, ada sebuah notifikasi di ponsel Noah. Isinya sudah diduga oleh Noah. Yaitu pemberitahuan bahwa ia mendapatkan penilaian 1 dari p3langgan kesayangannya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Eve. Tak akan lama hingga masa suspensinya akan datang. Di mana ia sudah resmi kehilangan pekerjaan ini. "Kenapa lagi? Ada pemberitahuan apa tuh?" Parker terus ingin tahu apa yang sedang terjadi pada Noah. Jujur ia sangat kepo. Karena Noah tidak langsung memberi tahu semuanya secara gamblang. "Apa yang aku takutkan udah terjadi, Sir Parker." Noah menjawab ucapan Parker, masih dengan teka - teki di dalamnya. "Maksud Lo apa sih? Jelasin dong!" Parker jadi agak emosi karena Noah tidak mau terus terang saja. Padahal siapa tahu ia bisa membantu kan. "Aku udah disuspensi sekarang. Aku udah nggak bisa narik Rojek lagi. Ya udah ya, Sir. Aku pamit. Aku doakan semoga orderan hari ini lancar. Doakan aku segera mendapatkan pekerjaan lain." "Lho ... lho ... jelasin dulu apa yang terja - ...." Belum juga Parker selesai bicara, Noah yang sedang tertekan hanya langsung pergi begitu saja menggunakan motornya. Hal itu membuat Parker cukup kesal, sehingga menendang beberapa kerikil di atas aspal yang sedang ia pijak. ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Eve tersenyum puas sesaat setelah menekan bintang satu kemudian langsung mengirimnya. Pikirnya, biar tahu rasa si Noah itu. Berani - beraninya cari masalah dengannya. Eve kemudian mendapat telepon dari Halima adiknya. "Iya, Halo." "Halo, Kak. Mau ngasih tahu aja, oseng kerangnya udah sampai. Udah aku cobain enak banget. Makasih, ya." "Kalau masalah enak ya jelas. Ngerti sendiri dulu kakakmu ini ikut kursus masak. Udah tahu kok makanannya udah Dateng. Udah aku kasih penilaian juga buat driver - nya." Eve menyeringai ketika mengatakannya. "Lhah, aku kan belum kasih tahu pelayanannya kayak apa. Kok udah kakak kasih nilai aja?" "Alah, nggak penting dia pelayanannya kayak apa. Yang jelas Kakak udah niat kasih nilai itu sejak awal tahu kalau driver - nya dia." "Kakak kasih nilai bagus, kan? Jangan - jangan Kakak kasih nilai jelek lagi? Nggak, kan, Kak? Dia pelayanannya bagus banget lho. Senyum terus. Mana ganteng banget pula orangnya. Aku aja sampai kaget pas tahu mukanya tadi. Sampai terkesima. Kakak ternyata kenal dia, ya? Jangan - jangan dia pacar baru kakak ya. Wah ... seandainya bukan pacar kakak. Boleh lah kenalin aku aja, Kak. Niscaya bakal bahagia deh jadi pacarnya." Halima tertawa girang sekali ketika menceritakan pertemuannya dengan Noah. Sebaliknya, tentu saja Eve sangat kesal karena reaksi adiknya seperti itu. Kenapa bisa Halima justru terpesona pada orang menyebalkan macam si Noah. "Ih, kamu apa - apaan sih, Halima! Udah nggak usah bahas dia lagi." "Emangnya kenapa sih, Kak? Eh, tapi beneran Kakak nggak kasih dia nilai jelek, kan? Jangan ya Kak. Kinerjanya bagus kok. Kalau dia dapet nilai jelek, dia bakal kehilangan kerjaan nanti. Kan kasihan." Eve tak mau mendengarkan ocehan adiknya. "Udah lah, kamu nggak perlu tahu Kaka kasih nilai apa ke dia. Ya udah ya. Kakak capek banget mau lanjut tidur. Bye." "Jiah, Kakak capek ngapain emangnya? Orang kakak nggak ada kerjaan, tiap hari cuman males - malesan di apartemen." "Tutup mulut kamu." Eve langsung mematikan sambungan secara sepihak setelah mengatakan itu. Ia kesal juga dengan mulut si Halima. Menyebalkan sekali. Tapi mendadak Eve memikirkan ucapan Halima tadi. Noah bisa kehilangan pekerjaan jika Eve memberi nilai jelek. Faktanya, Eve sudah melakukan hal itu. Eve memikirkan jika Noah benar - benar kehilangan pekerjaannya. Eh, tapi bukan kah memang itu tujuan Eve memberi nilai jelek pada Noah? Kenapa ia jadi merasa sedikit ... menyesal? Ah tidak ... untuk apa ia menyesal. Ia melakukan ini supaya si Noah tahu rasa. Biar saja ia merasakan jadi pengangguran. Siapa suruh cari masalah dengan seorang Eve? ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Semalaman suntuk Noah tidak bisa tidur. Ia sudah mendapatkan konfirmasi melalui email bahwa ia benar - benar kena suspensi. Sial memang hidupnya. Besok ia harus mencari pekerjaan dan ia harus tidur cepat supaya bisa berangkat pagi. Tapi jangankan tidur, tenang saja ia tak bisa. Apa lagi perutnya sangat lapar sekarang. Ia belum makan dari pagi. Sisa uangnya hasil p********n Eve tadi pagi ia belikan bensin semua. Noah ingat stok mie instan - nya sudah habis semua. Tapi ia menyimpan harap. Semoga masih ada satu mie instan yang terselip di antara perkakas dapur yang tak seberapa. Noah mulai beranjak dari kasur menuju ke dapur. Ia langsung mencari di balik perkakas. Hasilnya pun nihil. Tak ada satu pun mie instan. Secuil makanan pun tak ada. Hanya ada air putih dalam ceret. Air keran yang ia masak tadi pagi. Noah pun mulai meminum sisa air itu dengan cepat sampai tumpah ke bajunya. Merasa kesal akibat rongrongan rasa lapar sekaligus kecewa dengan hidupnya yang malang, Noah lalu melempar ceretnya ke tembok dengan sangat keras. Akibatnya ceret itu rusak di sana sini. Setelah ceret itu rusak, Noah semakin kesal. Karena baru sadar. Ceret itu termasuk benda berharga dalam kamar kost ini. Bisa saja ceret itu ia tukar dengan sepiring nasi di warung besok pagi. Tapi kini ia sudah tidak ada harapan sama sekali. Dan Noah hanya bisa meratapi hidupnya sekali lagi. ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ -- T B C --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD