When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Raut wajah Seno menunjukkan seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar. "Ya, aku hamil anakmu," ulang Kavia, kali ini dengan nada lebih tegas, meskipun hatinya bergetar. Entah keputusannya untuk memberitahu Seno merupakan suatu kebenaran atau kesalahan. Seno terdiam cukup lama, berusaha mencerna informasi itu. Perlahan, keterkejutan di wajahnya berubah menjadi ekspresi yang lain—campuran antara kebingungan dan kebahagiaan yang coba ia sembunyikan. Namun, Kavia bisa melihat ada secercah harapan di mata pria itu. "Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal?" tanyanya pelan, meski dia sadar pertanyaan itu tak sepenuhnya masuk akal. Seno tahu situasinya cukup rumit. "Aku sendiri baru tahu beberapa hari ini," jawab Kavia dengan suara melemah. "Dan aku bingung harus apa." Pria it