bc

Pura-Pura Bangkrut

book_age18+
5.6K
FOLLOW
32.7K
READ
love-triangle
HE
heir/heiress
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Dipta terpaksa mengikuti saran dari papanya untuk berpura-pura bangkrut di depan kedua istrinya, dengan alasan untuk menguji kesetiaan mereka.

Siapakah yang akan lolos ujian dari Dipta? Apakah Inaya, istri pertama yang dinikahi karena cinta? Atau Dewi, istri kedua yang dinikahi karena terpaksa?

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Ada yang ingin Mas bicarakan pada kalian berdua." Inaya dan Dewi mendekat. Mereka duduk di sofa panjang tepat berseberangan dengan tempatku duduk saat ini. "Apa yang ingin Mas bicarakan?" Dewi bertanya dengan ekspresi bingung. Ini kali pertama aku berbicara pada kedua istriku dalam waktu bersamaan. Sedangkan Inaya tetap diam. Hanya matanya yang menatapku begitu lekat. Ah, Inaya memang menjadi lebih pendiam semenjak aku memutuskan berpoligami. Ia tidak pernah menolak atau protes akan niatku itu. Akan tetapi, perubahan sikapnya selama satu tahun ini telah menjelaskan semuanya. Inaya menyimpan lukanya sendirian dan berusaha menyembunyikannya dariku. "Mas bangkrut," ucapku dalam satu kali tarikan napas. Inaya dan Dewi saling tatap. Keduanya belum ada yang membuka suara hingga aku memutuskan untuk melanjutkan bicara. "Perusahaan mengalami kerugian besar. Mas terlilit hutang dan harus membayar gaji pekerja. Semua aset kita disita termasuk rumah dan kendaraan. Sekarang perusahaan diambil alih oleh Akbar. Papa memberhentikan Mas karena dianggap tidak becus menjalankannya. Maaf, mulai besok, kita harus keluar dari rumah ini." "A-apa sampai separah itu, Mas? Papa sama sekali tidak mau membantu Mas? Bukankah perusahaan itu milik keluarga? Kenapa semuanya harus dilimpahkan sama Mas?" cecar Dewi yang sepertinya tidak terima. Memang, perusahaan yang aku kelola adalah milik keluarga. Akan tetapi, tentu saja aku yang harus bertanggung jawab karena aku lah yang menjadi pemimpin di sana. Segala resiko harus aku tanggung sendiri jika sampai terjadi hal seperti ini. "Wi, kamu pasti mengerti bagaimana posisi Mas. Papa tidak akan pernah mau membantu karena memang ini semua tanggung jawab Mas. Sekarang Mas minta, kemasi barang-barang kalian. Kita akan pindah ke rumah yang sudah Mas beli tidak jauh dari sini. Tapi maaf jika nanti kalian kecewa karena rumah itu sangat jauh berbeda dengan rumah yang kita tempati sekarang," tuturku sembari menatap kedua istriku bergantian. Inaya hanya mengangguk sedangkan Dewi masih diam tanpa memberi respon. "Kalau sudah tidak ada yang akan Mas bicarakan lagi, aku permisi ke kamar. Kasihan Syafa kalau harus ditinggal sendirian." "Iya. Hanya itu yang akan Mas bicarakan. Istirahatlah karena besok kita harus bangun pagi-pagi." Inaya beranjak menuju kamar di lantai bawah. Memang, semenjak aku berpoligami, Istri pertamaku tidak mau tidur di kamar atas dengan alasan Syafa yang sudah mulai aktif. Aku berpura-pura percaya saja meski sebenarnya diri ini tahu alasan yang sebenarnya. Inaya tidak ingin bersebelahan dengan kamar adik madunya. Dewi pun beranjak tanpa mengucapkan sepatah kata. Aku paham pasti ia tengah kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Rencana ini sudah kususun rapi bersama Papa. Tidak mungkin aku batalkan hanya karena istriku yang merajuk. Entah apa yang ada di pikiran Papa hingga memberiku ide gila seperti ini. Ia memintaku untuk berpura-pura bangkrut demi menguji kesetiaan kedua istriku. Ah, Papa memang ada-ada saja. Namun, tak ayal aku melakukannya karena memang diri ini pun ingin tahu sejauh mana kedua istriku bisa bersabar dalam menghadapi ujian kemiskinan. "Kita lihat siapa yang lebih setia." Itu kata Papa. ???? "Masih berkemas?" Inaya terperanjat ketika aku memasuki kamar kami. Tangan yang tengah memasukkan pakaian ke dalam koper sempat terhenti. "Iya, Mas. Ini belum selesai. Tinggal memasukkan baju-bajunya Syafa," jawabnya sambil meneruskan mengemas pakaian. Perlahan, aku mendekat. Duduk di bibir ranjang sambil memperhatikan dia yang sepertinya tidak nyaman akan kehadiranku. "Naya, apa kamu kecewa karena Mas bangkrut?" Inaya menatapku sejenak, lalu menggelengkan kepalanya perlahan tanpa menjawab. "Maaf karena Mas tidak bisa membahagiakan kamu. Mas hanya bisa memberimu luka dan penderitaan dalam pernikahan ini. Tapi Mas harap, kamu jangan menyerah. Tetaplah bersama Mas sampai maut memisahkan kita. Mas berjanji akan berusaha memperbaiki semuanya meski kondisi kita tak lagi seperti dulu." Inaya mengulas senyum. Mata indahnya menatapku lekat sebelum mengatakan sesuatu yang mampu memunculkan ketakutan pada diri ini. "Aku akan selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas dalam kondisi apa pun. Aku akan bertahan tapi maaf entah sampai kapan." "Maksudnya?" "Aku akan pergi ketika diri ini sudah mulai lelah." Aku terdiam. Jawaban Inaya membuatku tak berkutik. Sebegitu besarnya luka yang aku beri hingga dia ingin meninggalkanku? Atau ... Karena aku bangkrut dia tak ingin lagi mendampingiku? "Maaf, Mas. Aku mau istirahat. Malam ini waktunya Mas bersama Dewi, kan?" Aku mengangguk sebagai jawaban. Dengan berat, kulangkahkan kaki ini keluar kamar menuju kamarku yang lain. Begitu pintu kubuka, Dewi tengah duduk di depan meja rias sambil membereskan beberapa kosmetik miliknya. "Belum tidur?" "Sebentar lagi." "Mau Mas bantu?" "Gak usah, tinggal ini saja kok." Aku duduk di bibir ranjang. Memperhatikan raut wajahnya yang nampak murung. Pasti karena mendengar berita kebangkrutanku. "Kamu marah sama Mas?" Dewi menghentikan sejenak kegiatannya, kemudian menggelengkan kepala. "Maaf karena Mas tidak bisa menjadi suami yang baik. Mas harus kehilangan semuanya karena kecerobohan Mas. Tapi Mas minta, kamu tetaplah di samping Mas. Kamu itu penyemangat yang selalu membuat hari-hari Mas berwarna. Berjanjilah tidak akan meninggalkan Mas." Dewi berdiri kemudian menghampiriku. Duduk bersebelahan sambil memegang lenganku. "Aku akan berusaha untuk tetap di samping Mas meski keadaan kita tak lagi seperti dulu. Mas jangan menyerah. Aku yakin Mas akan bisa bangkit kembali." Ah, aku lega mendengarnya. Dewi memang lebih pengertian jika dibanding Inaya. Untuk ujian yang pertama, aku memberi mereka skor 1 untuk Dewi dan 0 untuk Inaya karena mempunyai niat untuk meninggalkanku. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.4K
bc

My Secret Little Wife

read
115.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook