Di tepi jendela, angin bertiup sepoi-sepoi. Surai keemasan Penelope bergerak seperti air terjun jatuh. Wanita itu bersandar di tepi jendela sembari memperhatikan tanda pengenal Archezo yang ia dapatkan beberapa saat lalu.
Mungkin suatu hari nanti ia akan membutuhkan Archezo, jika rencananya gagal untuk membunuh Elcander dengan orang-orang Black Eagle, ada kemungkinan ia akan menggunakan Asgaf untuk meratakan Apollyon.
"Yang Mulia!" Suara Asley yang tergesa membuat Penelope melihat ke arah pelayannya
"Ada apa?" Penelope masih bersandar di jendela.
"Pelayan utama istana Raja sedang dalam perjalanan kemari." Asley menjawab cepat.
"Pelayan Zrech dari istana Raja datang menghadap Yang Mulia Ratu."
Asley berlari menuju pintu dan membuka pintu itu. Penelope berjalan mendekat ke pintu. Menatap pria berusia 30 tahunan yang menjadi pelayan setia Elcander.
"Memberi salam pada Yang Mulia Ratu." Pelayan Zrech menundukan kepalanya.
"Sehubungan dengan kedatangan Pangeran dari Asgaf, Yang Mulia Ratu diperintahkan untuk menyambut delegasi dari Asgaf." Pelayan Zrech menyampaikan maksud kedatangannya.
Penelope mau tak mau harus menerima perintah itu meski ia sangat tak ingin berada di dekat Elcander.
Seperginya pelayan Zrech, Asley dan beberapa pelayan segera menyiapkan Penelope. Mempercantik wajah surgawi milik majikan mereka lalu mengurus surai keemasan Penelope yang indah.
"Yang Mulia, bagaimana bisa Anda memiliki wajah yang sangat menakjubkan seperti ini." Asley tak bisa menahan dirinya untuk tidak memuji Penelope. Wajah Velove dan Penelope sangat mirip namun menurut Asley, ada sesuatu yang membuat Penelope lebih cantik dari majikannya sebelumnya.
Pelayan lain yang membantu Asley juga merasakan hal yang sama, namun pada akhirnya mereka tetap mencemooh Penelope. Untuk apa memiliki wajah dengan kecantikan yang langka jika suami sendiri tak tertarik untuk melihat wajah itu.
Penelope melihat wajahnya di cermin perunggu, ia seperti bukan dirinya di cermin itu.
Tak mau berlama-lama memandangi wajahnya, Penelope bangkit dari duduknya.
"Ayo, pergi." Ia melangkah mendahului para pelayan.
Langkah Penelope yang anggun serta kecantikannya yang mampu membuat bunga merasa iri, membius semua yang melihatnya memandang takjub.
Kaki Penelope telah membawanya sampai ke depan kediaman Elcander. Hanya beberapa detik, pintu ruangan terbuka. Kaki kokoh seseorang keluar dari pintu, menyusul anggota tubuh yang lainnya.
Dengan pakaian berwarna hitam dan emas, Elcander seperti elang yang berbahaya sekaligus mengagumkan. Tak ada deskripsi lain yang bisa menggambarkan Elcander selain dari sempurna. Tatapan matanya yang sedingin gunung es mampu membekukan pandangan orang hanya padanya. Wajahnya yang rupawan, bisa membuat wanita manapun menyerahkan diri padanya.
Namun, seperti Elcander yang tak mampu terbius oleh kecantikan Penelope, mata Penelopepun tak terkunci ke wajah Elcander. Kebencian di antara mereka menghalangi diri mereka masing-masing.
Hari ini warna pakaian Elcander dan Penelope sengaja disesuaikan. Hal yang biasa terjadi ketika ada acara resmi di istana.
Tanpa banyak bicara Elcander melangkah, Penelope berdiri di sebelah pria itu dan menyelaraskan langkah mereka.
Setiap pasang mata yang melihat Elcander dan Penelope tak bisa melepaskan pandangan mereka. Keserasian di antara dua anak manusia itu tak bisa dibohongi. Tak ada yang lebih cocok bagi Penelope selain Elcander dan tak ada yang lebih sempurna bagi Elcander selain Penelope.
"Lihatlah betapa cocok mereka." Selir Celynn memuji suaminya dan Penelope. Wanita yang juga menginginkan posisi ratu ini tak bisa menahan dirinya untuk tidak memuji.
Elyse yang berada di sebelah Cellyn merasa geram, ia tak sudi menerima kenyataan bahwa keserasian Elcander dan Penelope saat ini nampak sangat nyata.
"Yang Mulia Raja tak pernah tertarik pada anak p*****r itu." Mulut beracun Elyse menunjukan ketidaksukaannya. Matanya yang terbakar cemburu seolah ingin membakar Penelope hidup-hidup. Harusnya ia yang berada di sebelah raja saat ini bukan Penelope si anak p*****r.
Di acara resmi, hanya ratu yang boleh menyambut tamu. Selir-selir raja tidak dipersilahkan untuk menerima tamu resmi kerajaan.
Cellyn dan dua selir lainnya tersenyum kecil. Setidaknya masih ada yang mereka menangkan dari Penelope. Mereka telah disentuh oleh raja.
Sampai di pelataran istana, ada para pangeran dan istri mereka. Hanya Arega yang sendirian, tentu karena pria itu tak memiliki pasangan.
Elcander dan Penelope yang menuruni anak tangga menuju pelataran istana, lagi-lagi berhasil membuat mereka jadi pusat perhatian.
Istri para pangeran yang jarang bertemu dengan Penelope merasa bahwa kecantikan wanita itu semakin bertambah. Di Apollyon, semua Pangeran hidup di luar istana. Mereka memiliki kediaman masing-masing. Itulah kenapa para istri pangeran tak terlalu sering bertatap muka atau bercakap dengan Penelope.
Semua pangeran dan istri mereka serta pejabat tinggi yang menyambut kedatangan delegasi Asgaf, memberi hormat pada Elcander dan Penelope.
Dengan wajah dinginnya, Elcander menerima hormat. Ia berdiri di depan semua orang bersama dengan Penelope yang kehadirannya tak begitu dipedulikan Elcander.
Delegasi dari Asgaf memasuki gerbang, orang-orang itu melangkah menuju ke Elcander dan Penelope.
Pemimpin delegasi itu menunjukan ekspresi yang berlawanan dengan Elcander. Jika Elcander mempesona dengan karakter dingin maka Archezo mengagumkan dengan kehangatan yang terlihat di wajah tenangnya.
"Selamat datang di Apollyon, Pangeran Archezo." Elcander memperlakukan Archezo dengan ramah.
Pangeran Archezo tersenyum, "Terimakasih atas sambutannya, Yang Mulia." Pria itu kembali menebarkan kehangatan musim semi.
Mata Archezo beralih ke Penelope. Menatap si pemilik iris biru itu sejenak. Dari penampilannya tentu Archezo tahu bahwa wanita di sebelah Elcander adalah ratu Apollyon.
Ada sesuatu yang membuat Archezo terperangkap pada mata Penelope. Tak mau dianggap lancang oleh Elcander karena menatap ratunya terlalu lama, Archezo segera keluar dari perangkap yang menjeratnya. Ia memberi salam pada Penelope yang dibalas dengan ramah oleh Penelope.
Selanjutnya, Elcander membawa Pangeran Archezo dan pasukannya menuju ke aula penyambutan. Di perjalanan Elcander sedikit berbasa-basi dengan menanyakan bagaimana perjalanan Pangeran Archezo. Yang dijawab dengan bualan oleh Archezo. Pria itu mengatakan bahwa perjalanannya baik-baik saja.
Elcander yang melihat jumlah pasukan Archezo yang masih utuh, tentu saja percaya pada ucapan Archezo.
Di aula, jamuan besar telah menanti. Delegasi Asgaf menduduki tempat mereka masing-masing begitu juga dengan para penyambut delegasi Asgaf.
Setelah berbincang mengenai satu atau dua hal, mereka menikmati jamuan. Anggur dan cemilan yang disediakan oleh Apollyon mendapatkan pujian dari Archezo. Rasanya begitu memanjakan lidah.
Sesekali Archezo mengamati Penelope, rasanya matanya begitu tertarik untuk memandangi wajah Penelope.
Archezo bukan tipe pria yang plin-plan pada perasaannya. Dalam perjalanan ke istana Apollyon, ia telah memerintahkan Demitrio dan Ades untuk mencari tahu mengenai ketua Black Eagle. Archezo telah menjatuhkan hatinya untuk pemimpin Black Eagle, namun sekarang matanya juga terperangkap pada sosok cantik Penelope.
Archezo mengeluh dalam hatinya. Apakah dia tipe pria yang menyukai banyak wanita?
Tidak! Archezo menggelengkan kepalanya. Ia tak mungkin menyukai dua wanita sekaligus. Lagipula wanita yang saat ini ia pandang adalah ratu Apollyon. Jika ia menginginkan wanita itu maka tentunya perang akan terjadi. Tak mungkin raja Apollyon membiarkan ia memiliki ratu berparas cantik itu.
Archezo segera memalingkan wajahnya. Ia tak ingin membuat peperangan antara Asgaf dan Apollyon.
Jamuan selesai, delegasi Asgaf telah diantarkan ke tempat istirahat mereka. Untuk hari ini para utusan dibiarkan beristirahat, besok orang-orang Asgaf baru akan diajak berkeliling istana.
Berita tentang ketampanan wajah Archezo menyebar ke penjuru istana. Para pelayan dan dayang berbisik-bisik, tak percaya bahwa ada yang bisa menyetarai kesempurnaan wajah raja mereka.
Malam hari, Archezo ditemani dengan dua penjaganya mencari udara segar di sekitar tempat mereka.
"Ades, aku mendengar sesuatu tentang raja dan ratu Apollyobn." Demitrio yang berjalan di belakang Archezo mengajak teman di sebelahnya bicara.
"Rupanya kau menghabiskan waktu istirahatmu untuk hal yang sangat baik, Demitrio." Ades mencibir rekannya.
Demitrio mendengus, ia bukan sengaja ingin mendengarkan pembicaraan para pelayan yang ditempatkan di paviliun mereka. Ia hanya kebetulan mendengar dan memutuskan untuk terus mendengar.
"Raja tidak pernah menyentuh ratunya. Apakah itu masuk akal menurutmu?"
Mendengar ucapan Demitrio, Archezo yang tertarik pada ucapan penjaganya itu semakin menajamkan telinganya.
"Kau pasti salah dengar. Mustahil sekali Raja tak menyukai Ratu yang memiliki wajah seindah bulan itu."
Mata Demitrio melebar, ia setuju sekali dengan Ades dan berharap ia salah dengar. Namun karena apa yang ia dengarkan beberapa waktu lalu, ia semakin tertarik mencari tahu. Akhirnya Demitrio mendekati seorang pelayan dan mengorek informasi, sayangnya ia tak salah dengar.
"Tapi itulah kenyataannya. Raja tidak menyukai Ratu. Ia lebih memilih datang ke kediaman selir daripada kediaman Ratu. Bahkan Raja selalu menolak bertemu dengan Ratu. Astaga, aku tidak habis pikir. Bagaimana bisa Raja menyia-nyiakan Ratu yang seperti itu." Demitrio menggeleng kepala frustasi. Ia sebagai pria normal jelas tak akan membiarkan wanita secantik ratu kesepian. Dan lagi, ia pasti tak akan sanggup melihat wajah wanita lain jika memiliki istri secantik ratu.
"Berhenti membicarakan Raja dan Ratu. Kau bisa dipenggal jika ketahuan membicarakan mereka." Akhirnya Archezo bersuara. Pria itu berdiri di tepi jembatan gazebo tengah danau yang ada di wilayah kediaman tamu.
"Pangeran benar. Lebih baik kau tutup mulutmu." Ades menatap Demitrio mencela.
Demitrio mendengus dan menutup mulutnya, namun tidak lama, ia kembali membuka mulutnya.
"Pangeran, bagaimana menurutmu tentang Ratu?" Demitrio penasaran, apakah kali ini kecantikan yang dimiliki ratu masih membuat pangeran mereka tak tertarik pada wanita.
Ades diam. Ia juga ingin tahu penilaian Archezo tentang Penelope.
"Wanita itu bisa membuat runtuh sebuah kerajaan." Archezo mengatakan apa yang ia pikirkan.
Demitrio dan Ades saling lirik, ternyata pangeran mereka masih normal.
"Apakah Anda tertarik pada Ratu?"
Archezo memandang bulan yang indah di atas sana, ia diam dan hanya diam. Matanya mengagumi keindahan bulan, seperti ia mengagumi kecantikan ratu. Namun bayangan yang muncul dalam benaknya bukan wajah indah ratu melainkan wajah tertutupi topeng milik Penelope.
"Lakukan segera pencarian tentang pemimpin Black Eagle."
Demitrio dan Ades nyaris tersedak, bagaimana bisa topik tentang ratu beralih ke si ketua kelompok pembunuh bayaran.
"Yang Mulia, kenapa Anda sangat tertarik mencari tahu tentang siapa ketua kawanan pembunuh bayaran itu?" Ades tak pernah sekalipun mempertanyakan alasan perintah dari tuannya, tapi kali ini ia begitu penasaran.
"Yang Mulia, Anda tidak mungkin jatuh hati pada wanita itu, kan?" Demitrio menatap wajah Archezo dengan harapan bahwa apa yang ia pikirkan adalah salah.
"Tidak ada wanita yang lebih cocok untukku kecuali dia."
Ades dan Demitrio menatap Archezo tak percaya, sebuah reaksi manusiawi dari dua penjaga yang mengetahui tuannya menyukai seorang wanita mengerikan.
"Yang Mulia, apakah kepala Anda terluka?" Ades meneliti kepala Archezo.
"Yang Mulia, wanita itu sangat mengerikan. Apa Anda tidak salah menyukainya? Dia membunuh orang seperti membunuh nyamuk."
"Aku juga bukan orang suci, Demitrio. Wanita sepertinya adalah wanita yang pantas menjadi wanitaku dan sangat sempurna untuk menduduki posisi Ratu Asgaf."
Mendengar dua kata terakhir Archezo, Ades dan Demitrio terdiam. Mencerna kembali dengan baik.
"Yang Mulia, apakah Anda akan mengambil kembali tahta Anda?" pertanyaan Demitrio mewakili pertanyaan dalam otak Ades.
"Untuk menjaga sesuatu yang berharga, aku tak bisa berlindung di balik sandiwara. Untuk wanita yang luar biasa, aku tak bisa hanya menjadi seorang Pangeran bodoh. Aku harus menjadi raja agar pantas bersamanya dan agar bisa menjaganya."
Kini Ades dan Demitrio tahu seberapa besar perasaan Archezo untuk si pemimpin pembunuh bayaran.