Mama sekali lagi mengingatkan gue.
"Jangan lupa cuci CD-mu sendiri. Jangan sampai ketahuan orang lain. Trus itu silikon jangan sampai ikut tercuci. Mama udah susah payah mencarinya, ingat jangan sampai rusak!"
Mama melipat beberapa CD cowok yang sengaja didesain khusus oleh Mama. Di bagian depan CD, tepatnya di bagian dalamnya diberi kantong khusus untuk menyelipkan silikon yang bentuknya mirip alat kelamin cowok. Yup! Celana dalam unik itu akan gue pakai sebagai alat samaran gue. Sebagai cowok yang akan bersekolah di SMA De HUGO, sekolah tinggi khusus anak cowok. Dan kabar buruknya, gue juga akan masuk asrama khusus cowok. Ngeri, kan, gue adalah cewek yang terpaksa menyamar menjadi cowok dan akan tinggal bersama segerombolan cowok yang berlibido tinggi.
God help me..
"Ma, haruskah Bianca melakukan ini? Mending Bianca ikut mama aja deh."
Mama menghela napas berat. "Kita sudah bicarakan ini berkali~kali, Bie, bahwa ini cara terbaik. Demi keselamatan keluarga kita. Orang yang mengincar kita taunya kamu anak cewek Mama. Jadi kamu harus berubah jadi cowok dan berpisah dari mama untuk menghilangkan jejakmu."
"Bianca gak mau pisah sama Mama," kata gue manja sambil memeluk Mama.
"Hanya tiga tahun, Bie. Setelah itu Mama akan menjemputmu."
Airmata gue kembali mengalir. Tiga tahun tanpa Mama rasanya berat sekali! Tapi apalah daya, gue tak ingin mempertaruhkan keselamatan keluarga kami, khususnya Mama.
"Be a nice boy, Bie. You can do it!" Mama menyemangati gue.
"I hope so, Ma."
"Trus disana bakal ada peri biru yang jagain kamu kok," kata Mama misterius.
"Siapa Ma?"
"Kau akan tau sendiri pada saatnya, My Boy," jawab Mama terkekeh.
***
Dan disinilah gue.. Gue menatap gamang bangunan megah nan kuno itu. Asrama cowok SMA De Hugo! Apakah gue bisa menaklukannya?
Cmon Bie, you can do it! Tidak, bukan Bie!
"Gue BOYKE NUGROHO! Gue akan menaklukan lo!" teriak gue penuh semangat.
Lega rasanya setelah berteriak seperti itu, rasa percaya diri gue tumbuh seketika.
PLUK!! Mendadak ada kulit pisang menimpuk kepala gue. Dengan sengit gue menoleh keatas, ada cowok yang rebahan di dahan pohon sambil menutup mukanya dengan buku.
"Woiii, siapa disana? Main buang kulit pisang sembarangan! Ini kepala, bukan tong sampah tau!"
"BRISSIKK!! GUE KEBIRI TAU RASA, LO!!" bentak cowok itu menggelegar.
Kampret. Kalah hawa gue. Ih, mending tak usah diperpanjang. Secara gue ini murid baru, sebaiknya tak usah mencari musuh. Mama telah berpesan agar gue selalu membaur supaya tak mencolok perhatian.
Huh! Gue acungkan jari tengah ke cowok itu, lalu gue melangkah memasuki gerbang asrama.
"Permisi, spadaaa, yuhuuu," sapa gue riang.
Tidak ada yang muncul. Gue mulai menjelajah masuk sambil menyeret koper besar gue. Tenryata di dalam bangunan ini terlihat asik, tak sekuno penampakan dari luar. Ada sisi modernnya, tapi tetap megah. Tengah asik mengagumi bangunan asrama ini, gue mendengar suara desahan dua orang yang bersahut~sahutan. Karena penasaran gue mendekati asal suara itu. Gila! Ada cowok yang tengah b******u dengan kekasihnya!
Apakah memang cewek diijinkan masuk ke dalam asrama? Setau gue sih tidak!
Dug! Auw!
Tak sengaja kaki gue menyenggol kaki meja. Gue menjerit menahan sakit, hingga dua insan yang asyik b******u tadi menoleh kearah gue. Anjrit! Jeruk makan jeruk?! Ternyata mereka cowok semua!
"Ehm, sorry. Gue gak ngelihat kok. Lanjutin lagi deh. Bye." Gue cengar~cengir sambil berbalik arah meninggalkan pasangan m**o m***m itu.
Deg. Mendadak salah satu dari mereka yang berbadan kekar menghadang didepan gue.
"Lo murid baru?"
Gue mengangguk, lalu buru~buru mau menyingkir. Eh, si kekar kembali menghalangi gue.
"Nama?"
"Boy. Boyke Nugroho."
Si kekar mengamati gue dengan teliti dari atas kebawa, sambil tersenyum m***m. Tatapannya berhenti lama di s**********n gue.
"Lo menarik. Muka lo cantik kayak cewek. Bodi lo mungil. Tapi, barang lo..."
Dia bersiul kurang ajar. Spontan gue menutup d**a gue. Sial! gue sudah memakai kain untuk menekan d**a, masa masih menonjol? Dia mendekati gue, lalu.. s**t! Dia meremas t*t*t buatan Mama.
"Barang lo size-nya jumbo, Man. On terus, lagi!"
Jujur, gue tak merasa apa~apa saat dia meremas t*t*t gue, barang palsu, sih. Tapi semestinya gue merasa kesakitan, ya? Jadi, gue pura~pura meringis kesakitan.
"Elo bisa gak sopan dikit? Main remes barang orang aja! Udah tahu gak beres, jangan show kayak gitu deh!" omel gue.
Si kekar itu terkekeh geli. "Boy, lo masih polos ya. Disini, diasrama ini, lo akan banyak nemuin cowok AC/ DC kayak gue. Dan karena gue udah meremas barang lo, gue akan tanggung jawab. Mulai sekarang lo pacar gue!"
Wajah gue pias seketika. Ya ampun, Mama. Mengapa Mama memasukkan gue ke sarang harimau semacam ini?! Ternyata disini asrama kaum homo! Dan mengapa Mama memberi gue aset size jumbo begini? Gawat! Jangan-jangan gue bakal menjadi sasaran m***m. Perasaan gue jadi tak enak!
"Eh, gue bukan cewek lo, ya!"
"Emang bukan, gue bilang lo pacar gue! Ohya nama gue Johny. Ingat ya, Yang." cengir si kekar.
"Yang, Yang, Yang, pala lo peang! Gue bukan pacar lo, tau!"
"Cepat atau lambat Sayang.."
Gue bergidik.
Dasar homo sialan! Jangan jadikan gue target lo. Lo salah sasaran!
***
Bapak asrama kami biasa dipanggil Pak Kuncung. Tampilannya antik. Sesuai namanya, rambutnya yang gondrong dikuncir mancur di bagian poninya.
"Boyke Nugroho. Lo sekamar sama.." Dia membaca daftar ditangannya.
"Sama gue saja."
"Sama Abang saja, Dik!"
"Eh, jangan sabotase. Boy sekamar ama gue, Johny!"
Gue jadi gugup, mengapa cowok~cowok ini menakutkan begini, sih?
"Pibi."
Suasana jadi hening begitu Pak Kuncung bacain nama itu. Seperti nama cewek, ya? Tak mungkin, kan, gue sekamar sama cewek! Atau jangan~jangan dia..
"Dia tipe cowok melambai ya?" tanya gue penasaran pada cowok berkacamata di sebelah gue. Jangan~jangan tipe melambai, homo pula!
Cowok kacamata disebelah gue mendesah, lalu berkata lirih, "Lo lihat aja ntar. Hope you can survive. Dalam sebulan ini aja udah ada tiga orang minta pindah kamar gara~gara Pibi!"
Ih, m***m amat si Pibi! Masa semua cowok itu pada di lecehkan olehnya?
Beberapa saat kemudian, gue masuk kamar dengan perasaan was~was. Untungnya Pibi belum ada. Ada ranjang susun di kamar ini, yang bawah sepertinya telah terpakai. Berarti gue harus tidur di ranjang atas. Sip, sepertinya lebih aman begitu. Gue pun membereskan barang~barang gue. Setelah itu gue rebahan di ranjang, di bagian atas.
Saat gue nyaris masuk ke alam mimpi, pintu kamar terbuka dengan keras! Pibi, kah, yang masuk? Tak lama, gue merasa ada yang menghempaskan tubuhnya dengan kasar di ranjang bawah hingga ranjang yang gue tempati ikut bergoyang. Mengapa gue menjadi tegang? Tapi penasaran. Perlahan gue mengintip dari ranjang atas gue.
Deg ...deg...deg..
Mata gue langsung bertemu dengan manik mata biru cemerlang yang menyorot tajam. Macho, bukan tipe melambai. Ajegile! Belum pernah gue melihat makhluk seganteng dan secemerlang ini! Dan, sejutek ini!!
"Kenapa liat~liat?! Mau gue kebiri?!" bentaknya kasar.
Kampret! Dia kan si...
"Lo, si kulit pisang itu!" teriak gue gusar.
Dia adalah makhluk menyebalkan yang gue temui diatas pohon! Gue segera kembali ke ranjang dan spontan menutup wajah gue dengan bantal! Sial betul gue bisa sekamar dengan makhluk sejutek dia. Pantas tak ada yang betah sekamar dengannya, model seram begitu!
"Heh, elo!" Tiba~tiba si Jutek menendang atap ranjangnya yang sekaligus jadi alas ranjang gue.
"Cih, napa sih? Ganggu aja!" sembur gue sambil terus menutup wajah gue dengan bantal.
"Mulai sekarang lo jongos gue!"
Enak saja si Jutek mengklaim gue seperti itu! Tapi, mengapa suaranya terdengar dekat? Perlahan gue membuka bantal gue dan langsung berhadapan dengan wajah si Jutek. Olala, dia berdiri di atas ranjangnya hingga kepalanya sejajar dengan kepala gue.
"Gue gak mau!" tolak gue namun dengan suara mencicit.
Gue agak gemetar melihat ekspresi seramnya. Apalagi saat dia memandang bibir gue intens. Gue sadar, bibir gue seksi, banyak yang mengakuinya. Mungil dengan belahan s*****l di tengahnya seperti buah cherry. Tapi dia melihat bukan seperti gemas ingin mencium, melainkan seakan tak sabar ingin menggilas bibir gue! Spontan gue menutup bibir.
"Udah sono, ntar gue pikir~pikir permintaan elo."
"Gue gak terima penolakan!"
"Iye, iye, gue bobok dulu ya. Gak bisa mikir jernih kalau kurang tidur," kata gue sambil berbalik membelakanginya.
Sial! Dalam satu hari ini sudah ada dua cowok aneh yang mengklaim diri gue! Satunya ingin menjadikan gue pacarnya, satunya ingin menjadikan gue jongosnya!
How lucky I am, sinis gue.
Bersambung.