Saya suka kamu

898 Words
Gadis cantik itu tengah merapikan beberapa file yang ada di atas mejanya. Semua itu tidak luput dari perhatian Raja. Tidak dapat ditampik sejak pertama melihatnya, Raja memang tertarik pada gadis itu. Ada sesuatu yang beda kala kedua mata bening milik Ratu bertemu dengannya. Ratu mengingatkannya pada gadis kecil dimasa lalunya. "Saya kemarin nyariin kamu, saya pikir kamu masih ada di parkiran?" Raja masuk ke ruangannya Ratu, membuat gadis itu sejenak menatap kehadirannya. "Ah, maaf. Aku ada urusan, kemarin." Raja mengangguk, "Kalau boleh tahu, urusan apa ya?" Semakin Raja banyak bertanya, semakin bingung pula Ratu mau jawab apa. Kemarin ia hanya pulang dengan pikiran kacau kala cerita Dokter yang mengurusnya terus terngiang. Ratu tidak cukup pintar untuk menyembunyikan perasaannya. Sehingga yang ia lakukan adalah segera pulang dan menenangkan dirinya. Namun sayang, yang ia dapatkan adalah kenyataan pahit tentang siapa dirinya, dan siapa Ayahnya. "Saya masih di sini lho!" Raja menepuk pelan pundaknya Ratu, sehingga membuat gadis juita itu mengerjap kaget. "Maaf, aku ...." "Saya tahu kamu enggak seneng kalau saya dekatin. Tapi ... bolehkan saya jadi teman kamu! Saya butuh teman!" Ratu terdiam, kedua mata cantik itu berhenti tepat dikedua matanya Raja. Ada getaran hebat yang tidak mampu ia kendalikan. Ada perasaan takut yang tidak bisa ia artikan. Tentang siapa dirinya, tentang siapa Raja. Laki - laki dengan segala kesempurnaannya. Sedang Ratu, dia hanya seorang gadis bekas jamahan orang yang siapa pun pasti tidak akan mampu menerimanya. Termasuk laki - laki di depannya ini. "Dan aku katakan sama kamu! Bahwa aku tidak butuh teman!" Deg! Raja mematung, rasanya kenapa cara hidupnya kejam sekali. Di rumah tidak ada satu pun yang menyayanginya. Salahkah ia jika di kantor mencari teman walau hanya sebentar saja. Walau hanya untuk berbagi cerita saja. Raja mengangguk, "Ok, kamu sepertinya sedang tidak dalam mood baik. Gak apa - apa, saya ke luar dulu. Semoga besok - besok penyambutannya tidak seperti ini." Raja perlahan mundur dan memutar diri. Membuat Ratu menghela napas dalam, merasa bersalah sekali karena harus melibatkan orang lain dengan masalah pribadinya. Padahal, setahunya, Raja ini adalah laki - laki yang tidak pantas untuk dihindari atau pun diberikan sikap tidak baik seperti itu. Tapi apa yang bisa Ratu lakukan. Hanya ini satu - satunya cara teraman, agar ia tetap bisa membentengi hatinya. Maafkan aku ... Ia berbalik dengan mengerjap, merasa kedua matanya memanas. *** "Boleh saya duduk di sini!" Raja membawa nampan makan siangnya ke meja yang dipakai Ratu, "Saya pikir pasti boleh." Tambah Raja lagi. Entah tuli atau memang laki - laki itu tidak mengerti sebuah kode. Bahwa dirinya memang sedang ingin sendiri. Ratu sungguh tidak ingin terlibat apa pun dengan laki - laki mana pun saat ini. Cukup satu Ramon yang sudah menghancurkan hatinya. Tidak ingin lagi ada Ramon lain yang memberikan kehancuran yang sama padanya. Ia mengangguk, "Silahkan." Namun detik berikutnya ia berdiri dengan membawa nampannya lalu pindah ke meja yang lain. Sekali lagi membuat Raja termenung. Diingat sekuat apa pun ia memang tidak punya salah. Ingin sekali menarik gadis itu dan meminta penjelasan. Namun keadaan kantin sangat ramai. Raja tidak mau menjadi pusat perhatian. Setelah selesai makan, Ratu segera ke luar dari kantin itu. Melewati para gadis yang menatapnya tidak senang. Semua karyawan perempuan yang tentu saja adalah fans-nya Raja. Si laki - laki tampan satu - satunya pewaris utama Navendra Corp. "Enak banget ya bisa didekati Pak Raja!" "Dasar cewek sok mahal, bilang aja kalau dia butuh uang berapa. Pak Raja pasti akan memberikan uang itu!" "Dia itu wajahnya agak cantik dikit sih! Tapi kalau sikapnya jutek kaya gitu, mending tinggalin aja deh!" "Aku harap Pak Raja bosan, terus jauhin dia deh." Baiklah, Ratu hanya perlu menutup kedua telinganya. Semua itu sama sekali tidak penting. Ia sedang banyak pekerjaan, ia harus membuat desain yang dipinta oleh pihak Adreas. Mereka menyukai desainnya. Ratu berharap pekerjaan itu bisa membuatnya lebih dewasa dan melupakan semua kenangan pahit yang sudah ditorehkan Ramon padanya. Tetap berjalan lurus ke arah lift. Ratu melihat jam tangannya, waktu masih lama. Sepertinya masih ada untuknya sekadar membaca n****+ karya penulis baru etnilee yang baru saja terbit bulan kemarin. Ratu bukan tidak menyukai karya penulis best seller seperti yang sudah membuat film - film pada saat ini. Hanya saja, setiap orang punya selera yang berbeda-beda. Kalau bagi mereka bacaan best seller itu lebih cocok. Tapi bagi Ratu tidak penting itu penulis best seller atau bukan. Yang penting bacaannya bisa masuk ke hatinya. Ratu butuh pengalihan dari masalah yang sedang ia hadapi. Biarlah masalah hidupnya sangat pelik dan pahit. Namun jika kisah n****+, ia akan membaca cerita yang membuatnya selalu tersenyum. Dan salah satunya karya penulis baru yang saat ini ia baca. Selesai dengan pemikiran absurdnya itu, Ratu berbelok ke arah kanan dan menekan tombol lift. berhasil terbuka, lalu Ratu pun memasukinya dengan tangan terjulur ke arah tombol lift bertujuan untuk menutupnya kala gerakan seseorang dengan cepat memasuki lift itu, lalu mendorongnya sangat kuat. Membuat gadis itu bersandar pada dingding lift. Penasaran dengan sipelaku, Ratu mengangkat tatapannya dan bertemu dengan kedua mata gelap milik Raja. "A-ada apa?" terlihat gugup, faktor dari dekatnya jarak mereka. Masih belum mau menjawab pertanyaan gadis juita itu, tangan Raja malah menekan tombol lift paling atas. "Pak Raja! tolong jangan main-main!" Ratu terlihat panik. Atas kalimat yang diutarakan gadis itu, Raja memilih menundukan tatapannya agar bisa menatap kedua mata indah itu lebih lekat, "Dan saya memang sedang tidak main-main!" Menghela napas yang terasa memburu. "Saya suka kamu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD